ORDE BARU GAMBARAN UMUM FILM PENGKHIANATAN G 30 S PKI

baru yang diberi nama Kabinet Ampera. Tugas utama Kabinet Ampera adalah menciptakan stabilitas ekonomi dan stabilitas politik, atau dikenal dengan nama Dwidarma Kabinet Ampera. Program kerja yang dicanangkan Kabinet Ampera disebut Caturkarya Kabinet Ampera, yaitu: memperbaiki perikehidupan rakyat terutama di bidang sandang dan pangan; melaksanakan pemilihan umum dalam batas waktu seperti tercantum dalam Ketetapan MPRS No. XIMPRS1966 5 Juli 1968; melaksanakan politik luar negeri yang bebas dan aktif untuk kepentingan nasional sesuai dengan Ketetapan MPRS No. XIMPRS1966; melanjutkan perjuangan anti-imperialisme dan anti-kolonialisme dalam segala bentuk dan manifestasinya. Kabinet Ampera dipimpin oleh Presiden Soekarno, namun pelaksanaannya dilakukan oleh Presidium Kabinet yang dipimpin oleh Jenderal Soeharto. Akibatnya, muncul dualisme kepemimpinan yang menjadi kondisi kurang menguntungkan bagi stabilitas politik saat itu. Akhirnya pada 22 Februari 1967, untuk mengatasi situasi konflik yang semakin memuncak kala itu, Presiden Soekarno menyerahkan kekuasaan kepada Jenderal Soeharto. Penyerahan ini tertuang dalam Pengumuman Presiden Mandataris MPRS, Panglima Tertinggi ABRI Tanggal 20 Februari 1967. Pengumuman itu didasarkan atas Ketetapan MPRS No. XVMPRS1966 yang menyatakan apabila presiden berhalangan, pemegang Surat Perintah 11 Maret 1966 berfungsi sebagai pemegang jabatan presiden. Pada 4 Maret 1967, Jenderal Soeharto memberikan keterangan pemerintah di hadapan sidang DPRHR mengenai terjadinya penyerahan kekuasaan. Namun, pemerintah tetap berpendirian bahwa sidang MPRS perlu dilaksanakan agar penyerahan kekuasaan tetap konstitusional. Karena itu, diadakanlah Sidang Istimewa MPRS pada tanggal 7-12 Maret 1967 di Jakarta, yang akhirnya secara resmi mengangkat Soeharto sebagai presiden Republik Indonesia hingga terpilihnya presiden oleh MPR hasil pemilihan umum. Mundurnya Soeharto dari jabatannya pada tahun 1998 dapat dikatakan sebagai tanda akhirnya Orde Baru, untuk kemudian digantikan Era Reformasi. Masih adanya tokoh-tokoh penting pada masa Orde Baru di jajaran pemerintahan pada masa Reformasi ini sering membuat beberapa orang mengatakan bahwa Orde Baru masih belum berakhir. Oleh karena itu Era Reformasi atau Orde Reformasi sering disebut sebagai Era Pasca Orde Baru. Meski diliputi oleh kerusuhan etnis dan lepasnya Timor Timur, transformasi dari Orde Baru ke Era Reformasi berjalan relatif lancar dibandingkan negara lain seperti Uni Soviet dan Yugoslavia. Hal ini tak lepas dari peran Habibie yang berhasil meletakkan pondasi baru yang terbukti lebih kokoh dan kuat menghadapi perubahan zaman. 50 50 Wikipedia, Orde Baru, artikel diakses pada 23 Januari 2015 dari ht t ps: id.w ikipedia.org wiki Orde_Baru 62

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Analisis Semiotika Film Pengkhianatan G 30 S PKI

Analisis semiotika dalam adegan-adegan film Pengkhianatan G 30 S PKI akan dilakukan menggunakan 2 tahapan. Tahap yang pertama adalah melalui aspek penanda signifier dan yang kedua adalah aspek petanda signified. Dalam menganalisis penggambaran semiotika bentuk kekerasan yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia PKI sebagai bentuk propaganda media dalam film ini, peneliti membagi materi analisis ke dalam 2 pokok permasalahan utama, yaitu: 1 adegan-adegan yang memperlihatkan kekerasan yang dilakukan oleh kelompok dan simpatisan Partai Komunis Indonesia PKI, terutama pada saat melakukan kudeta kepada pemerintah. 2 adegan-adegan yang memperlihatkan kekuatan orde baru atau seoharto yang menjadi pahlawan dalam mengatasi kudeta yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia PKI Adegan-adegan dengan tema yang menggambarkan kekerasan yang dilakukan oleh kelompok dan simpatisan Partai Komunis Indonesia PKI. 1. Penyerbuan terhadap tempat training center Pelajar Islam Indonesia 2. Pemberitaan kekerasan yang dilakukan Partai Komunis Indonesia PKI 3. Penyerangan Kepada Brigjen D.N Pandjaitan 4. Penganiayaan di Lubang Buaya 5. Perampasan Radio Republik Indonesia RRI oleh Partai Komunis Indonesia PKI Kekerasan-kekerasan yang ditampilkan dalam film ini sekaligus diikuti dengan penggambaran bahwa Partai Komunis Indonesia PKI adalah sekelompok orang yang sangat brutal dalam melakukan aksinya demi mendapatkan apa yang mereka inginkan, sehingga membuat penonton yang melihatnya berkesimpulan bahwa Partai Komunis Indonesia PKI ini adalah otak dari semua kerusuhan yang terjadi pada masa itu. Berikut ini adalah analisis pada adegan-adegan tersebut.

1. Analisis Semiotika Pada Adegan Penyerbuan Terhadap Tempat

Training Center Pelajar Islam Indonesia sinopsis: Film ini diawali dengan adegan yang menggambarkan kebrutalan yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia PKI. Adegan dimulai pada suatu subuh di Desa Kanigoro yang terletak tidak jauh dari Kota Kediri dimana ketika orang-orang sedang melakukan sholat berjamaah, tiba tiba ribuan anggota Partai Komunis Indonesia PKI menyerbu dan melakukan pemukulan terhaap jamaah tersebut. selain itu mereka juga merusak dan menginjak-injak kitab suci Al-Qur’an. PENTANDA SIGNIFIER PENANDA SIGNIFIED Shoot Size Visualisasi Pesan Non- Verbal Visualisasi Pesan Verbal close up group shoot medium shoot Close up close up Salah seorang anggota Partai Komunis Indonesia PKI sedang mengambil benda tajam. Para pelajar Training Center sedang melakukan ibadah solat subuh berjamaah. Para anggota Partai Komunis Indonesia PKI melakukan penyerangan terhadap jamaah Training Center pelajar Islam Indonesia. Para anggota Partai Komunis Indonesia PKI sedang melakukan perusakan terhadap kitab suci Al-Qur,an peristiwa penganiayaan ini terjadi pada tanggal 13 Januari 1965 sekitar subuh di Desa Kanigoro yang terletak tidak jauh dari Kota Kediri. Ribuan orang orang Partai Komunis Indonesia PKI menyerbu tempat Training Center Pelajar Islam Indonesia, kecuali melakukan pemukulan terhadap salah seorang kyai dan beberapa orang guru, mereka menginjak injak kitab suci Al-Qur’an Penyerbuan terhadap tempat Training Center Pelajar Islam Indonesia pada waktu solat subuh menunjukan bahwa Partai Komunis Indonesia PKI sangat cerdas karena akan sangat mudah utuk melakukan penyerangan disaat para umat islam sedang melakukan ibadah solat subuh. Dalam penyerbuan ini para anggota Partai Komunis Indonesia PKI tidak segan untuk menghajar para jamaah yang baru selesai melaksanakan ibadah solat subuh dan melakukan perusakan terhadap kitab suci Al-Qur’an. Mereka juga menggunakan senjata tajam dalam melakukan aksinya.