baru yang diberi nama Kabinet Ampera. Tugas utama Kabinet Ampera adalah menciptakan stabilitas ekonomi dan stabilitas politik, atau dikenal
dengan nama Dwidarma Kabinet Ampera. Program kerja yang dicanangkan Kabinet Ampera disebut Caturkarya Kabinet Ampera, yaitu:
memperbaiki perikehidupan rakyat terutama di bidang sandang dan pangan; melaksanakan pemilihan umum dalam batas waktu seperti
tercantum dalam Ketetapan MPRS No. XIMPRS1966 5 Juli 1968; melaksanakan politik luar negeri yang bebas dan aktif untuk kepentingan
nasional sesuai dengan Ketetapan MPRS No. XIMPRS1966; melanjutkan perjuangan anti-imperialisme dan anti-kolonialisme dalam
segala bentuk dan manifestasinya. Kabinet Ampera dipimpin oleh Presiden Soekarno, namun
pelaksanaannya dilakukan oleh Presidium Kabinet yang dipimpin oleh Jenderal Soeharto. Akibatnya, muncul dualisme kepemimpinan yang
menjadi kondisi kurang menguntungkan bagi stabilitas politik saat itu. Akhirnya pada 22 Februari 1967, untuk mengatasi situasi konflik
yang semakin memuncak kala itu, Presiden Soekarno menyerahkan kekuasaan kepada Jenderal Soeharto. Penyerahan ini tertuang dalam
Pengumuman Presiden Mandataris MPRS, Panglima Tertinggi ABRI Tanggal 20 Februari 1967. Pengumuman itu didasarkan atas Ketetapan
MPRS No. XVMPRS1966 yang menyatakan apabila presiden berhalangan, pemegang Surat Perintah 11 Maret 1966 berfungsi sebagai
pemegang jabatan presiden. Pada 4 Maret 1967, Jenderal Soeharto memberikan keterangan pemerintah di hadapan sidang DPRHR mengenai
terjadinya penyerahan kekuasaan. Namun, pemerintah tetap berpendirian bahwa sidang MPRS perlu dilaksanakan agar penyerahan kekuasaan tetap
konstitusional. Karena itu, diadakanlah Sidang Istimewa MPRS pada tanggal 7-12 Maret 1967 di Jakarta, yang akhirnya secara resmi
mengangkat Soeharto sebagai presiden Republik Indonesia hingga terpilihnya presiden oleh MPR hasil pemilihan umum.
Mundurnya Soeharto dari jabatannya pada tahun 1998 dapat dikatakan sebagai tanda akhirnya Orde Baru, untuk kemudian digantikan
Era Reformasi. Masih adanya tokoh-tokoh penting pada masa Orde Baru di jajaran pemerintahan pada masa Reformasi ini sering membuat
beberapa orang mengatakan bahwa Orde Baru masih belum berakhir. Oleh karena itu Era Reformasi atau Orde Reformasi sering disebut sebagai Era
Pasca Orde Baru. Meski diliputi oleh kerusuhan etnis dan lepasnya Timor Timur,
transformasi dari Orde Baru ke Era Reformasi berjalan relatif lancar dibandingkan negara lain seperti Uni Soviet dan Yugoslavia. Hal ini tak
lepas dari peran Habibie yang berhasil meletakkan pondasi baru yang terbukti lebih kokoh dan kuat menghadapi perubahan zaman.
50
50
Wikipedia, Orde Baru, artikel diakses pada 23 Januari 2015 dari ht t ps: id.w ikipedia.org wiki Orde_Baru
62
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Analisis Semiotika Film Pengkhianatan G 30 S PKI
Analisis semiotika dalam adegan-adegan film Pengkhianatan G 30 S PKI akan dilakukan menggunakan 2 tahapan. Tahap yang pertama adalah melalui
aspek penanda signifier dan yang kedua adalah aspek petanda signified. Dalam menganalisis penggambaran semiotika bentuk kekerasan yang
dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia PKI sebagai bentuk propaganda media dalam film ini, peneliti membagi materi analisis ke dalam 2 pokok
permasalahan utama, yaitu: 1 adegan-adegan yang memperlihatkan kekerasan yang dilakukan oleh kelompok dan simpatisan Partai Komunis Indonesia PKI,
terutama pada saat melakukan kudeta kepada pemerintah. 2 adegan-adegan yang memperlihatkan kekuatan orde baru atau seoharto yang menjadi pahlawan dalam
mengatasi kudeta yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia PKI Adegan-adegan dengan tema yang menggambarkan kekerasan yang dilakukan
oleh kelompok dan simpatisan Partai Komunis Indonesia PKI. 1. Penyerbuan terhadap tempat training center Pelajar Islam Indonesia
2. Pemberitaan kekerasan yang dilakukan Partai Komunis Indonesia PKI 3. Penyerangan Kepada Brigjen D.N Pandjaitan
4. Penganiayaan di Lubang Buaya 5. Perampasan Radio Republik Indonesia RRI oleh Partai Komunis
Indonesia PKI Kekerasan-kekerasan yang ditampilkan dalam film ini sekaligus diikuti
dengan penggambaran bahwa Partai Komunis Indonesia PKI adalah
sekelompok orang yang sangat brutal dalam melakukan aksinya demi mendapatkan apa yang mereka inginkan, sehingga membuat penonton yang
melihatnya berkesimpulan bahwa Partai Komunis Indonesia PKI ini adalah otak dari semua kerusuhan yang terjadi pada masa itu. Berikut ini adalah
analisis pada adegan-adegan tersebut.
1. Analisis Semiotika Pada Adegan Penyerbuan Terhadap Tempat
Training Center Pelajar Islam Indonesia
sinopsis: Film ini diawali dengan adegan yang menggambarkan kebrutalan
yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia PKI. Adegan dimulai pada suatu subuh di Desa Kanigoro yang terletak tidak jauh dari Kota Kediri
dimana ketika orang-orang sedang melakukan sholat berjamaah, tiba tiba ribuan anggota Partai Komunis Indonesia PKI menyerbu dan melakukan
pemukulan terhaap jamaah tersebut. selain itu mereka juga merusak dan menginjak-injak kitab suci Al-Qur’an.
PENTANDA SIGNIFIER PENANDA
SIGNIFIED Shoot Size
Visualisasi Pesan Non-
Verbal Visualisasi
Pesan Verbal
close up group shoot
medium shoot Close up
close up Salah
seorang anggota
Partai Komunis
Indonesia PKI sedang
mengambil benda tajam.
Para
pelajar Training Center
sedang melakukan
ibadah
solat subuh
berjamaah. Para
anggota Partai Komunis
Indonesia PKI melakukan
penyerangan terhadap jamaah
Training Center pelajar
Islam Indonesia.
Para anggota
Partai Komunis Indonesia PKI
sedang melakukan
perusakan terhadap
kitab suci Al-Qur,an
peristiwa penganiayaan
ini terjadi pada tanggal
13 Januari
1965 sekitar subuh di
Desa Kanigoro yang
terletak tidak jauh dari
Kota Kediri. Ribuan
orang orang
Partai Komunis
Indonesia PKI
menyerbu tempat
Training Center Pelajar
Islam Indonesia,
kecuali melakukan
pemukulan terhadap salah
seorang
kyai dan
beberapa orang
guru, mereka
menginjak injak kitab suci
Al-Qur’an Penyerbuan
terhadap tempat
Training Center
Pelajar Islam
Indonesia pada
waktu solat subuh menunjukan
bahwa Partai
Komunis Indonesia
PKI sangat
cerdas karena
akan sangat mudah utuk
melakukan penyerangan
disaat para umat islam
sedang melakukan ibadah
solat subuh. Dalam penyerbuan
ini para anggota Partai
Komunis Indonesia
PKI tidak segan untuk
menghajar para
jamaah yang baru selesai
melaksanakan ibadah solat subuh
dan
melakukan perusakan
terhadap kitab suci Al-Qur’an.
Mereka
juga menggunakan
senjata tajam
dalam melakukan aksinya.