Pendekatan Ukuran Efisiensi EFISIENSI DAN MODAL KERJA

40 Saat ini, menurut Hussain dan Brightman davilam Hendri Tanjung dan Abrista Devi, dikenal beberapa teknik kerangka yang dapat menjadi alat ukur untuk dapat melihat posisi kinerja suatu organisasi seperti Performance Pyramid yang diperkenalkan oleh Linch and Cross 1991, Result and Determinant Matrixs oleh Fitzgerald and Moon 1996, dan Balance Scorecard oleh Kaplan and Norton 1992, dimana semua teknik pengukuran ini dapat digunakan untuk melihat kinerja, baik bagi organisasi keuangan maupun non keuangan. Namun, kerangka tersebut hanya mampu menyajikan sedikit sekali informasi tentang bagaimana sumber daya dapat ditingkatkan atau dikurangi dengan tujuan untuk meningkatkan performa organisasi atau memaksimalkan efisiensi. Oleh sebab itu, untuk melengkapi kekurangan-kekurangan tersebut, diperkenalkan alat ukur Data Envelopment Analysis DEA.

2. Pendekatan Ukuran Efisiensi

Pengukuran model efisiensi dapat dilihat melalui dua pendekatan, yaitu pada pendekatan pada sisi input dan pendekatan pada sisi output. Coelli,dkk menjelaskan pendekatan ukuran efisiensi sebagai berikut: 2.1 Pendekatan Sisi Input 42 Pendekatan sisi input digunakan untuk menjawab berapa banyak kuantitas input dapat dikurangi secara proporsional untuk memproduksi kuantitas output yang sama. Pendekatan input ini digunakan jika kondisi 42 Hendri Tanjung dan Abrista, h. 322 - 323 41 pasar sudah mengalami tingkat “jenuh” sehingga perusahaan perlu mengetahui tingkat efisiensi dari sumber daya yang ada saat ini. Di asumsikan jika sebuah perusahaan menggunakan dua jenis input X 1 dan X 2 untuk memproduksi satu jenis output Y 1 dalam ancangan Constant Return to Scale CRS. Ancangan CRS adalah jika kedua jenis input X 1 dan X 2 , ditambah dengan jumlah presentase tertentu, maka output juga akan meningkat dengan presentase yang sama. Konsep efisiensi dari pendekata sisi input dapat dilihat pada gambar dibawah ini: Gambar 3.1 Efisiensi Pendekatan Input Bedasarkan kurva diatas menunjukkan bahwa kurva S to S’ adalah kurva isoquant yang merupakan titik-titik unit bisnisperusahaan yang paling efisien dalam kumpulan unit bisnis fully efficient firms atau unit- unit bisnis yang paling efisien secara teknis fully technically efficient. Unit bisnis yang berada pada titik P adalah unit bisnis yang tergolong 42 TE i = 1 – QPOP = 0Q0P AE i = 1 – RQ0Q = 0R0Q kurang efisien. Unit bisnis ini dapat menjadi unit bisnis yang lebih efisien jika ia dapat mengurangi kedua jenis inputnya, x 1 dan x 2 , untuk memproduksi 1 unit output sehingga unit bisnis tersebut berada di titik Q. Jarak PQ disebut sebagai potential improvement, yaitu berapa banyak kuantitas input dapat dikurangi secara proposional untuk memproduksi kuantitas output yang sama. Ukuran efisiensi teknis sebuah unit bisnis dalam kelompok unit bisnis TE i secara umum diukur dengan rasio: Tabel 3.2 Rasio Ukuran Efisiensi Teknis Pendekatan Input Sehingga 0 ≤ TE i ≤ 1. Nilai TE i = 1 menunjukkan bahwa unit bisnis i adalah yang paling efisien secara teknis diantara kelompok unit bisnisnya. Garis A to A’ adalah garis isocost yang menunjukkan rasio harga price ratio antara input 2 terhadap input 1. Efisiensi alokatif AE i unit bisnis i yang berada pada titik P, ditunjukkan oleh rasio: Tabel 3.3 Rasio Ukuran Efisiensi Alokatif Pendekatan Input RQ menunjukkan pengurangan biaya produksi yang akan terjadi jika produksi dilakukan pada titik yang efisien baik secara teknis maupun secara alokatif, yaitu Q’ 2 . 43 EE i = TE i x AE i = 0Q0P x 0R0Q = 0R0P Efisiensi Ekonomis EE i unit bisnis i adalah merupakan produk atau hasil perkalian antara Efisiensi Teknis TE i dengan Efisiensi Alokatif AE i , secara matematis dapat dilihat pada persamaan berikut ini: Tabel 3.4 Rasio Ukuran Efisiensi Ekonomis Pendekatan Input Dimana 0 ≤ TE i , AE i , EE i ≤ 1

2.2 Pendekatan Sisi Output

43 Berbeda dengan pendekatan sisi input yang menjawab berapa banyak kuantitas input dapat dikurangi secara proporsional untuk memproduksi kuantitas output yang sama, pendekatan sisi output menjawab berapa banyak kuantitas output dapat ditingkatkan secara proporsional dengan kuantitas input yang sama. Pendekatan ini digunakan pada saat kondisi pasar masih bagus sehingga produsen diharapkan dapat mempertahankan atau bahkan meningkatkan output dengan input yang sama. Diasumsikan misalnya sebuah perusahaan dengan 2 jenis output Y 1 dan Y 2 dan 1 jenis input X 1 dalam suatu ancangan CRS. Konsep berikut ini: 43 Hendri Tanjung dan Abrista Devi, h. 324 - 325 44 TE i = 1 – AB0B = 0A0B Gambar 3.2 Efisiensi Pendekatan Output Pada gambar di atas, kurva Z to Z’ adalah Kurva Kemungkinan Produksi PPF, sedangkan garis D to D’ adalah garis isorevenue yang menunjukkan rasio harga kedua output. Titik B adalah titik yang efisien secara teknis, sedangkan titik A tidak efisien. Jarak AB adalah besarnya potential improvement yang mungkin dilakukan perusahaan pada titik A untuk menjadi perusahaan yang efisien secara teknis. Ukuran Efisiensi Teknis TE i untuk sebuah perusahaan adalah: Tabel 3.5 Rasio Ukuran Efisiensi Teknis Pendekatan Output Jika kita memiliki informasi tentang harga output, maka Efisiensi Alokatif AE i dapat dihitung dengan: 45 AE i = 1 – BC0C = 0B0C EE i = TE i x AE i = 0A0B x 0B0C = 0A0C Tabel 3.6 Rasio Ukuran Efisiensi Alokatif Pendekatan Output Potential Improvement pada titik C memiliki arti bahwa perusahaan di titik B masih dapat meningkatkan pendapatannya dengan berproduksi di titik yang efisien secara teknis dan alokatif, yaitu di titik B’. Umumnya, Efisiensi Ekonomis EE i merupakan produk atau hasil perkalian antara Efisiensi Teknis dengan Efisiensi Alokatif, maka pengukuran matematis persamaan Efisiensi Ekonomis adalah: Tabel 3.7 Rasio Ukuran Efisiensi Ekonomis Pendekatan Output Ukuran efisiensi relatif, baik melalui pendekatan input dan output sama-sama membutuhkan pendefinisian garis pembatas frontier yang menunjukkan unit-unit bisnis yang relatif paling efisien daripada kelompok unit bisnisnya.

3. Data Envelopment Analysis DEA