80
Berdasarkan gambar 4.3 dan gambar 4.4 sebelumnya, terlihat bahwa terjadi peningkatan pendapatan dan pengeluaran responden
setelah mengikuti program, tetapi tidak terlalu signifikan peningkatannya. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen
keuangan tuna netra dinilai belum cukup baik dalam hal pengelolaan pengeluaran dikarenakan dana pengeluaran juga
meningkat sehingga kurang berpengaruh terhadap kesejahteraan mustahiq. Pelaksanaan program ini pun masih berlangsung selama
kurang lebih 7 bulan ketika penulis sedang melakukan penelitian, sehingga diperlukan jangka waktu yang lebih panjang untuk
melihat perbedaan kondisi pendapatan dan pengeluaran tuna netra sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan.
1.2 Deskripsi Kondisi Responden Sebelum Mengikuti Program
Dari hasil wawancara yang penulis lakukan, diperoleh data yang sama dengan penjelasan latar belakang program ini yaitu mayoritas tunanetra
di Tangerang Selatan tergabung dalam Pertunas Persatuan Tunanetra Asri. Kelompok tunanetra ini memiliki kegiatan bersama dalam bidang
keagamaan. Selain itu, ada Yayasan Khasanah Kebajikan YKK yang juga melakukan pembinaan rohani. YKK mengadakan pembinaan
rohani dengan mengajak tunanetra datang ke yayasan untuk
81
melaksanakan sholat tahajud bersama. Setelah itu diadakan kajian, sholat subuh, dan makan bersama. Selesai kegiatan, mereka dibekali
sejumlah uang untuk ongkos pulang ke rumah masing-masing sekitar Rp 20.000 per orang.
Sebagian besar tuna netra pernah mendapatkan pendidikan non formal yaitu kursus atau pelatihan pijat selama 1 sampai dengan 3 tahun.
Pendidikan non formal yang ditempuh tersebut berasal dari Departemen Sosial dan Lembaga Sosial lainnya. Disamping itu, penulis tertarik pada
motivasi mereka mengikuti program pemberdayaan ini, alasannya beragam seperti: agar pendapatan mereka meningkat, supaya lebih
berkembang usaha sebelumnya, membuat usaha baru yang mandiri, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, angsuran modalnya tidak
berbunga, menjalin silahturahim, senang berkelompok, dan ada juga yang karena ikut teman diajak bergabung ke program tuna berdaya
ini. Namun, dari semua itu ada salah seorang diantara mereka dalam kelompok pemijat yang mempunyai target jangka panjang visioner
yakni ingin punya usaha pijat bersama yang menjadi tempat percontohan pijat. Hal ini sejalan dengan tujuan dari Masyarakat
Mandiri yang berupaya terbentuknya kelembagaan komunitas yang biasa dikenal dengan Ikhtiar Swadaya Mitra.
82
1.3 Deskripsi Kondisi Responden Sesudah Mengikuti Program
Berdasarkan hasil observasi dilapangan, dari segi pendampingan program, tuna netra yang terbagi dalam 3 kelompok usaha mendapatkan
pembinaan rutin dari MM setiap bulannya. Mereka didampingi oleh satu pendamping yang bertugas mendampingi mitra guna meningkatkan
kapasitas mitra, baik kapasitas sebagai kelompok maupun individu. Aktivitas pendampingan yang dilakukan dalam bentuk diskusi
kelompok, penambahan wawasan dan keilmuan, pemberian motivasi dan etos kerja, serta studi banding. Selain itu, selama program sedang
berlangsung, mereka juga pernah memperoleh pelatihan kewirausahaan yang diadakan oleh MM di daerah Depok. Pelatihan ini diharapkan
mampu memberikan penyadaran akan pentingnya berwirausaha dan tentunya menambah ilmu dalam manajemen serta strategi dalam
berwirausaha. Dari segi manajemen usaha, MM memberikan modal awal kepada
tuna netra sebesar 1.000.000 rupiah yang sifatnya pinjamanqardhul hasan. Modal kerja ini diberikan agar tuna netra dapat mengembangkan
usahanya maupun yang baru memulai usahanya. Dari 27 responden yang diwawancara, penulis menemukan ada 3 responden yang tidak
menyalurkan modal dari MM tersebut untuk kegiatan usahanya. Hal ini dikarenakan pada saat itu modal terpakai untuk kebutuhan lainnya.
83
Dalam hal pengembalian modal atau angsuran per bulan, hampir semua tuna netra melaksanakan displin pembiayaan. Hanya beberapa yang
pernah ‘macet’, itu pun dikarenakan dana angsuran digunakan untuk kebutuhan yang lebih penting dan mendesak. Akan tetapi, tuna netra
yang mengalami ketelatan pembayaran ini tetap menyetor angsuran pada bulan berikutnya.
Mengenai kondisi usaha tuna netra, mayoritas mereka yang berprofesi sebagai pedagang kerupuk mengalami kondisi peningkatan usaha disaat
hari libur bukan hari kerja. Begitu pula sebaliknya, jika sedang mengalami penurunan usaha biasanya pada saat hari kerja. Ada juga
kondisi lain yang menyebabkan usaha penjualan kerupuk keliling sedang sepi, yakni disaat musim hujan dan banyak saingannya yang
sejenis. Apabila kondisi sedang sepi, ada diantara mereka yang tetap berjualan seperti biasanya, namun ada juga yang dirumah dengan
menerima jasa panggilan pijat. Untuk kondisi usaha pijat sendiri ini, biasanya tergantung dari kondisi penerima jasa pijat. Jika kondisi
pemijat sedang sepi, mereka melakukan kegiatan lain seperti membantu pekerjaan rumah sambil menunggu adanya panggilan pijat.
84
2. Hasil Pengukuran Efisiensi