Manajemen pendistribusian dana ZIS pada program beasiswa di BAZDA Kota Tangerang Selatan

(1)

SKRIPSI

DiajukanUntukMemenuhi Salah SatuSyarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh

Ahmad Haidir Al-Fadlil (1110046300015)

KONSENTRASI MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2014


(2)

(3)

(4)

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua Sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil hiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 13 November 2014

AHMAD HAIDIR AL-FADLIL


(5)

muamalat (Ekonomi Islam). Konsentrasi Manajemen Zakat Dan Wakaf (ZISWAF). Fakultas syariah dan hukum. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 1436 H/2014 M.

Penelitian ini untuk menganalisis Manajemen Pendistribusian Dana ZIS Pada Program Beasiswa di BAZDA Kota Tangerang Selatan, yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan wawasan mengenai pendistribusian dan ZIS dan juga merumuskan manajemen pendistribusian pada program beasiswa yang ada di BAZDA Kota Tangerang Selatan.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yaitu menganalisis data berdasarkan informasi-informasi yang diperoleh dari hasil wawancara, studi dokumentasi dan observasi langsung ke BAZDA Kota Tangerang Selatan. Penulis juga menjelaskan tentang manajemen program khususnya untuk analisis Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa manajemen BAZDA Kota Tangerang Selatan untuk program beasiswa ini sudah dilaksanakan dengan baik. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan analisa penulis tentang palnning, organizing, actuating dan controlling yang telah dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan ilmu manajemen yang telah ada. Dan juga mekanisme pendistribusian dana ZIS yang dilakukan oleh BAZDA Kota Tangerang Selatan tersebut sudah dilaksanakan dengan baik. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan laporan keuangan yang transparan dan merata.

Kata Kunci : Manajemen Pendistribusian Dana Zis Pada Program Beasiswa Di Bazda Kota Tangerang Selatan


(6)

i Assalamu’alaikum Wr, Wb.

Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas ridho dan rahmat-Nya-lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dalam rangka memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Ekonomi Syari’ah pada Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan umat Islam Nabi Muhammad SAW, beserta segenap keluarga, sahabat, dan juga umatnya. Yang Insya Allah kita termasuk di dalamnya. Didorong oleh semua itu penulis dapat menyelesaikan skripsi ini berjudul “Manajemen Pendistribusian Dana ZIS Pada Program Beasiswa Di Bazda Kota Tangerang Selatan.”

Selama proses penyelesaian skripsi ini, penulis sangat menyadari bahwa dalam proses tersebut tidaklah terlepas dari segala bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. J.M. Muslimin, MA, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., selaku Ketua Program Studi Muamalah dan Bapak Abdurrauf, Lc, MA., selaku Sekretaris Program Studi Muamalat yang telah membantu penulis secara tidak langsung dalam menyiapkan skripsi ini.

3. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH. MA. MM, selaku Guru Besar Fakultas


(7)

ii

mengingatkan dan mengarahkan penulis semasa mengikuti perkuliahan hingga penulis menyelesaikan skripsi ini.

6. Segenap Bapak-bapak dan Ibu-ibu Dosen, Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengajarkan ilmu yang tidak ternilai, yang tidak pernah lelah membimbing saya sehingga saya dapat menyelesaikan studi di Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Staff Perpustakaan Fakultas Syari’ah dan Hukum serta Perpustakaan Utama yang telah membantu dalam penulisan Skripsi ini.

8. Kepada pihak BAZDA Kota Tangerang Selatan yang bersedia memberikan waktu, data, dan informasi semoga kedepan menjadi Lembaga Amil Zakat yang berkembang pesat, amin.

9. Drs. K.H. Endang Saefuddin, M.A, selaku ketua umum BAZDA Kota Tangerang Selatan, dan H. Muhyidin , selaku seksi pengumpulan dana ZIS yang telah meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.

10.AyahandaHambali, S.Ag dan Ibunda TercintaMukriahyang tak pernah lelah setiap harinya selalu memberikan semangat, motivasi dan do’anya. Serta adik-adik kuIsmi Rahmayanti dan M. Nur Fajar Assodique yang selalumenyemangati, mengubah kelelahan menjadi keceriaanserta mendo’akan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(8)

iii

basecamp inspirasi ,Hani Tahliani , Tasya Gebi Amdini, Siti Aisyah Nasution, Muhammad Heri, Ahmad Ara Farhadi, Ahmad Dedaad Saddam Alhaqque, Ahmad Firdaus, Ahmad Taher dan Lutfi Hidayat yang tak pernah letih untuk memberikan

motivasi, dorongan dan do’anya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

13.Seluruh rekan-rekan yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu, yang telah memberikan kontribusi yang cukup besar sehingga penulis dapat menjalani perkuliahan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Akhir kata hanya kepada Allah jualah penulis memanjatkan doa, semoga Allah memberikan balasan berupa amal yang berlipat kepada mereka, atas dorongan, dukungan,

dan kontribusimereka, saya hanyalah hamba yang dhaif.

Semogaskripsiinidapatbermanfaatdanmemberikankontribusibagi orang banyak.Amin.

Jakarta, 13 November 2014


(9)

iv

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. BatasandanRumusanMasalah ... 9

D. TujuandanManfaatPenelitian ... 10

E. Kerangka Teori ... 11

F. Tinjauan(Review)KajianTerdahulu ... 13

G. MetodePenelitian ... 14

H. SistematikaPenulisan ... 18

BAB II LANDASAN TEORITIS A. KonsepZakat ... 20

1. Definisi Zakat ... 20


(10)

v

3. Fungsi dan Tujuan Penyaluran Zakat... 23

4. Syarat-Syarat Wajib Zakat ... 25

B. KonsepManajemen ... 30

1. PengertianManajemen ... 30

2. Fungsi-Fungsi Manajemen ... 33

3. Unsur-Unsur Manajemen ... 39

C. Konsep Program ... 41

1. PengertianProgram ... 41

2. Macam-Macam Program... 42

3. Tujuan Program ... 43

D. Konsep Pendistribusian ... 44

BAB III GAMBARAN UMUM BAZDA KOTA TANGERANG SELATAN A. Sejarah berdirinya BAZDA Kota Tangerang Selatan ... 46

B. Landasan hukum BAZDA Kota Tangerang Selatan ... 47

C. Visi dan misi BAZDA Kota Tangerang Selatan ... 47

D. Tugas, Fungsi dan Tanggung Jawab ... 48

E. Struktur dan organisasi BAZDA Kota Tangerang Selatan ... 49

F. Program kerja BAZDA Kota Tangerang Selatan ... 52


(11)

vi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Mekanisme Pendistribusian Dana ZIS Di BAZDA Kota Tangerang

Selatan ... 59 B. Analisis Manajemen Pendistribusian Pada Program Beasiswa BAZDA

Kota Tangerang Selatan ... 66 C. Evaluasi Manajemen Pendistribusian Dana ZIS Pada Program Beasiswa .... 82

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 85 B. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 88


(12)

vii

DAFTAR TABEL

Table 4.1 Rekapitulasipentasharufantahappertamadankeduatahun 2013 ... 65 Tabel 4.2 RekapitulasiPengeluara Program beasiswa 2013 ... 70


(13)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemiskinan masih menjadi permasalahan terbesar bangsa ini. Pasca krisis, sampai saat ini, pemulihan ekonomi berjalan lambat. Akibatnya, kemiskinan dan juga pengangguran masih tinggi dan meluas. Di tahun 2013 BPS memperkirakan Jumlah penduduk miskin pada September 2013 sebesar 28,55 juta orang atau 11,47 persen.1

Menurut Goenawan Sumodiningrat yang dikutip oleh Nahin M dan Agus Ahmad S, kalau dilihat dari segi kemiskinan dapat di bedakan menjadi kemiskinan natural, kemiskinan kultural, dan kemiskinan struktural2. Kemiskinan natural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor alamiah, seperti perbedaan usia, perbedaan kesehatan, perbedaan geografis, dan tempat tinggal. Kemiskinan kultural adalah kemiskinan yang dilihat dari perbedaan adat istiadat dan perbedaan etika kerja. Adapun kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor perbuatan manusia seperti distribusi asset yang timpang, kebijakan ekonomi yang diskriminatif, korupsi, dan tatanan

1

Wiyanto, BPS: Angka Kemiskinan Naik 0,48 Juta Orang, di akses dari http.//m.

Inilah.com/news/detail/2061255/bps-angka-kemiskinan-naik-0,48-juta-orang, pada tanggal 2 Januari 2014 pukul 17.51 WIB

2 Nanih Machendrawati dan Agus Ahmad Safe’i,

Pengembangan Masyarakat Islam dari Ideologi Strategi Sampai Tradisi, (Bandung Rosda Karya, 2001), Cet ke-1, Hal. 70


(14)

ekonomi dunia yang cenderung tidak menguntungkan kelompok masyarakat atau golongan tertrntu.3

Islam sebagai sebuah konsep hidup (way of life) yang lengkap sangat menganjurkan umatnya agar senantiasa menjauhi kemiskinan. Hal ini dikarenakan kemiskinan dapat membawa masyarakat pada kehinaan yang berujung kepada kekufuran. Oleh karena itu, Islam menawarkan konsep zakat sebagai program pengentas kemiskinan wajib dalam perekonomian islam. Zakat sebagai bagian dari rukun Islam tidak hanya memiliki dimensi spiritual tetapi juga dimensi sosial.

Zakat merupakan salah satu tiang utama ajaran Islam memiliki keunikan tersendiri, selain merupakan rukun Islam yang ketiga yang memiliki dimensi ibadah yang kuat, pengaruh zakat juga sangat besar dalam aktifitas sosial ekonomi kemasyarakatan. 4 Seperti empat rukun Islam yang lain, ajaran zakat menyimpan beberapa dimensi yang kompleks meliputi nilai privat-publik, vertical-horizontal, serta ukhrawi-duniawi. Nilai-nilai tersebut merupakan landasan pengembangan kehidupan kemasyarakatan yang komprehensif. Bila semua dimensi yeng terkandung dalam ajaran zakat ini dapat diaktualisasikan, maka zakat akan menjadi sumber kekuatan yang sangat besar bagi pembangunan umat menuju kebangkitan kembali peradaban islam.

3

Ibid, h.97

4

Mustafa Edwin Nasution, Ketua Umum Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia, Seminar Potensi Lembaga Keuangan, Universitas Islam Negeri, Rabu 17 januari 2007


(15)

Salah satu tugas lembaga pengelola zakat yang keberadaannya dipayungi undang-undang adalah mewujudkan peran zakat sebagai solusi untuk menanggulangi kemiskinan. Zakat dan kondisi ekonomi umat memiliki hubungan timbal balik yang erat. Tingkat ekonomi umat semakin baik akan meningkatkan penerimaan zakat, dan sebaliknya dana zakat yang dikelola dan disalurkan secara benar pada kelompok mustahik diharapkan dapat merubah peta kemiskinan ditengan masyarakat.

Sistem penghimpunan dan penyaluran zakat dari masa kemasa memiliki perbedaan. Awalnya, zakat lebih banyak disalurkan untuk kegiatan konsumtif, tetapi belakangan ini telah banyak pemanfaatan dana zakat untuk kegiatan produktif, upaya ini diharapkan dapat merubah setrata sosial dari yang terendah (mustahik) kepada yang tertinggi (muzzaki ). Pengumpulan zakat tidak dapat dilakukan dengan paksaan terhadap muzzaki, melainkan muzzaki melakukan dengan kesadaran sendiri, menghitung sendiri jumlah hartanya yang harus dibayarkan kewajibannya. Dalam hal, muzzaki tidak dapat menghitung sendiri harta dan kewajiban zakatnya, muzzaki dapat meminta bantuan kepada BAZ/LAZ atau Lembaga Pengelolaan Zakat (LPZ). Idealnya LPZ menyediakan panduan dalam penghimpunan dana, jenis dana, dan cara dana itu diterima. Organisasi pengelola menetapkan jenis dana yang diterima sebagai sumber dana.


(16)

Setiap jenis dana memiliki karakteristik sumber dan konsekuensi pembatasan berbeda yang harus dipenuhi oleh pengelola zakat.5

Salah satu pertanyaan yang sering muncul mengenai pengelolaan zakat adalah tentang bentuk penyaluran dana produktif. Pemahaman umum bahwa produktif artinya dana yang ada dipinjamkan oleh amil kepada mustahik untuk bisnis. Kenyataan ini dapat menimbulkan dua pandang yang berbeda yang berujung kepada kesimpulan bahwa aksi bentuk usaha modal zakat melanggar syar’i atau tidak. Kalau kita melihat pengelolaan zakat pada masa Rasullah SAW. Dan para sahabat kemudian dan diaplikasikan pada zaman sekarang kita dapati bahwa penyaluran zakat dapat kita bedakan dalam 2 bentuk ; yakni bantuan sesaat dan pemberdayaan. Bantuan sesaat buka berarti bahwa zakat hanya diberikan kepada seseorang satu kali sesaat saja. Bantuan sesaat dalam hal ini berarti bahwa penyaluran kepada mustahik tidak disertai target terjadinya kemandirian ekonomi ( pemerdayaan ) mustahik. Hal ini dilakukan karena mustahik yang bersangkutan tidak mungkin lagi mandiri seperti pada diri para orang tua yang sudah jompo, orang dewasa yang cacat yang tidak memungkinkan ia mandiri.

Adapun pemerdayaan adalah penyaluran zakat yang disertai target merubah keadaan penerima ( lebih di khususkan golongan fakir miskin ) dari kondisi kategori mustahik menjadi kategori muzzaki. Target ini adalah target besar yang tidak dapat dicapai dengan mudah dan dalam waktu yang singkat. Untuk itu,

5


(17)

penyaluran zakat disertai dengan pemahaman yang utuh terhadap permasalahan yang ada pada penerima. Apabila permasalahannya adalah kemiskinan harus diketahui penyebab kemiskinan tersebut sehingga kita dapat mencari solusi yang tepat demi tercapainya target yang telah dicanangkan.

Penyaluran dalam dua bentuk diatas umumnya disertai dengan sifat penyaluran yang berbeda. Untuk bantuan sesaat penyaluran idelnya adalah hibah. Adapun untuk pemerdayaan dana yang disalurkan identik dengan pinjaman. Ada tiga sifat penyaluran dana dalam pemerdayaan ; hibah, dana bergulir qordul hasan, dan pembiayaan. Tiga sifat penyaluran ini dibedakan antara dana zakat dengan dana bukan zakat.6

Dalam pendayagunaan, ada beberapa kegiatan yang dapat dikembangkan yaitu ada tiga kegiatan besar yakni pengembangan ekonomi, pembinaan SDM dan layanan sosial. Dalam pengembangan ekonomi ada beberapa yang bisa dilakukan yaitu penyaluran modal, pembentukan lembaga keuangan, pembangunan industri, peningkatan usaha, pelatihan, pembentukan organisasi. Kemudian dalam pembinaan SDM ada beberapa kegiatan yang bisa dilakukan yaitu beasiswa, diklat dan krusus keterampilan dan menggelar program sekolah. Selanjutnya dalam layanan sosial yaitu layanan yang diberikan kepada kalangan mustahik dalam memenuhi kebutuhan mereka.7

6

Ibid., h. 25

7

Eri Sudewo, ManajemenZakat Tinggalkan 15 Tradisi Terapkan 4 Prinsip Dasar, (Ciputat: IMZ,2004), Cet ke-1, Hal. 227-235


(18)

Dari beberapa kegiatan pendayagunaan dana ZIS untuk mustahik, penulis ingin membahas tentang layanan sosial pada program pendidikan yaitu beasiswa. Pendidikan adalah hak seluruh warga masyarakat, mulai lapisan paling atas hingga lapisan paling bawah, masyarakat menengah keatas dengan kondisi sosial ekonomi yang mendukung, tentunya tidak akan mengalami kesulitan untuk menjangkau pendidikan sampai tingkat atas, namun tidak demikian halnya dengan masyarakat menengah kebawah. untuk inilah perlu adanya pemerataan kesempatan memperoleh layanan pendidikan.8

Tingkat kemiskinan menyebabkan masyarakat miskin tidak mampu memenuhi kebutuhan akan pelayanan pendidikan yang tergolong mahal. Jika tidak segera diatasi, kondisi tersebut akan memperparah kondisi masyarakat Indonesia, karena krisis ekonomi telah meningkatkan jumlah masyarakat miskin dan mengakibatkan naiknya biaya, sehingga semakin menekan akses mereka karena biaya yang semakin tak terjangkau.

Menurut data yang dihimpun dari 34 kantor komnas perlindungan anak indonesia di 33 Provinsi saja ada 10,2 juta siswa wajib belajar (SD dan SMP) tidak dapat menyelesaikan wajib belajar Sembilan tahun. Sedangkan sebanyak 3,8 juta tidak dapat melanjutkan ke tingkat SMU.

Menurut sekjen komnas perlindungan anak indonesia, kasus putus sekolah yang paling menonjol terjadi di tingkat SMP, yaitu 48%, adapun tingkat SD

8


(19)

tercatat 23%, kalau di gabungkan kelompok puberitas, yaitu anak SMP dan SMA, jumlahnya mencapai 77% dengan kata lain jumlah anak usia remaja yang putus sekolah tak kurang dari 8 juta orang.

Khusus untuk Kota Tangerang Selatan dari data BAZDA Kota Tangerang Selatan di temukan bahwa di Tangerang Selatan kasus usia remaja putus sekolah di tingkat SD sekitar 3.677 jiwa, SLTP sekitar 2.230 jiwa dan SLTA sekitar 2.369 jiwa. Kondisi seperti ini menimbulkan dampak sosial yang tidak kecil, salah satunya adalah semakin banyak anak-anak yang berkeliaran di jalan, selanjutnya anak-anak tersebut terdesak untuk membantu ekonomi keluarga dan akhirnya bekerja sebelum waktunya.

Kondisi ini tidak boleh di biarkan, anak-anak usia berkembang seharusnya mendapatkan pendidikan yang baik, pendidikan merupakan hak dasar setiap manusia. Pendidikan juga menentukan tingginya peradapan manusia. Hanya saja keterbatasan ekonomi memang menjadi alasan kenapa angka putus sekolah terus meningkat setiap tahun. Oleh karena itu BAZDA Kota Tangerang Selatan mengeluarkan program beasiswa untuk siswa yang kurang mampu untuk melanjutkan jenjang pendidikan dari tingkat SD/MI sampai SLTA.

Dari kasus diatas penulis beranggapan bahwa BAZDA Kota Tangerang Selatan memiliki peranan penting dalam mengelola dana Zakat, Infaq dan Shodaqoh sehingga dapat membantu kesejahteraan masyarakat khususnya bidang

pendidikan. Untuk itu penulis tertarik untuk menyusun skripsi ini dengan judul “


(20)

Tangerang Selatan”. Penulis berharap dengan adanya penelitian tersebut bisa

memerikan kontribusi yang baik terhadap penerapan manajemen yang ada di BAZDA Kota Tangerang Selatan.

B. Identifikasi Masalah

Sebelum dirumuskannya masalah, berdasarkan latar belakang diatas penelitian perlu dibuat identifikasi masalah. Pengelolaan zakat bukanlah semata-mata dilakukan secara individual dari muzzaki langsung diserahkan kepada mustahik, akan tetapi pengelolaan zakat lebih baik dikelola oleh lembaga yang benar-benar khusus menangani zakat, yang memenuhi sebuah persyaratan tertentu yang di sebut amil zakat. Ada banyak Lembaga atau Badan Amil Zakat baik yang didirikan oleh pemerintah maupun swasta. Namun fakta membuktikan dengan menjamurnya Lembaga Amil Zakat (LAZ) dan Badan Amil Zakat (BAZ) menjadikan problematika umat tentang kemiskinan dan kesenjangan sosial belum dapat diselesaikan. Saat ini banyak terdapat Lembaga Amil Zakat atau Organisasi Pengelolaan Zakat (OPZ) yang berhamburan diwilayah Tangerang Selatan seperti Dompet Dhuafa dan Rumah Zakat, mulai dari penggalangan dana (fundraising) dan pendayagunnanya, adapun sifat dari pendayagunaan zakat ada 2, yaitu bersifat konsumtif dan bersifat produktif. Zakat yang bersifat konsumtif adalah zakat yang diberikan hanya satu kali atau sesaat saja (digunakan hanya sekali). Sedangkan zakat yang bersifat produktif adalah zakat yang lebih


(21)

diprioritaskan untuk usaha yang produktif, dan hasil dari semua itu hanya dikhususkan untuk kepentingan umat atau mustahik.

Salah satu contoh pendayagunaan dana zakat dari Badan Amil Zakat di Tangerang Selatan dengan programnya yaitu pembinaan SDM berupa beasiswa. Sesuai dengan tema yang di ambil, penulis ingin mengetahui bagaimana mekanisme manajemen pendistribusian dana ZIS pada program-program yang ada di BAZDA Kota Tangerang Selatan, terutama bagaimana menejemen pendistribusian pada salah satu program yaitu program beasiswa. Dari menejemen pendistribusian pada program beasiswa ini akan dilihat apakah sudah baik atau belum.

C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

Agar penelitian yang dilakukan dan dibahas pada penulisan skripsi ini lebih terarah dan tidak meluas, dibuat batasan masalah yang menjadi pembahasan penelitian. Yang akan dibahas disini adalah Manajemen Pendistribusian Dana ZIS Pada Program Beasiswa di BAZ Kota Tangerang Selatan. Adapun penelitian ini dilakukanpada tanggal 24 September sampai 24 Oktober 2014 bertempat di BAZDA Kota Tangerang Selatan Jl. Pamulang II Blok F1 No. 27 Tangerang Selatan, yang mengumpulkan data sekunder penyaluran zakat periode 2013.


(22)

Perumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana mekanisme pendistribusian dana ZIS yang ada di BAZDA Kota Tangerang Selatan?

2. Bagaimana manajemen pendistribusian dana ZIS pada program beasiswa di BAZDA Kota Tangerang Selatan?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan penelitian dari penulisan skripsi ini adalah:

a. Untuk memahami mekanisme pendistribusian dana ZIS yang ada di BAZDA Kota Tangerang Selatan

b. Untuk mengetahui manajemen pendistribusian dana ZIS pada program beasiswa di BAZDA Kota Tangerang Selatan

Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan pencerahan dan daya guna bagi pihak-pihak terkait, yakni sebagai berikut:

a. Bagi mahasiswa

Menambah wawasan serta ilmu yang luas demi meningkatkan kompetensi diri, kecerdasan intelektual dan emisional dalam pengetahuan tentang ekonomi syariah khususnya tentang zakat dan juga menambah wawasan tentang pola-pola pendistriusian zakat yang dilaksanakan oleh BAZDA Kota Tangerang Selatan.


(23)

b. Bagi Badan Amil Zakat

Menambah sumbangan wacana pemikiran serta motivasi kepada badan amil zakat dalam melakukan program pemerdayaan masyarakat dan juga dapat menjadi rujukan dan perbandingan untuk penerapan pola-pola dan startegi-strategi penyaluran zakat yang efektif.

c. Bagi Praktisi

Agar masyarakat lebih memahami tentang pola pendistribusian zakat yang dijalankan oleh BAZDA Kota Tangerang Selatan pada program beasiswa.

E. Kerangka Teori

Zakat pada dasarnya merupakan konsep islam dalam upaya meningkatkan kesejahteraan sosial yang merata melalui pendistribusian harta dari kaya/pemberi kepada orang miskin/penerima zakat (mustahiq) . pendistribusian bisa dilakukan secara langsung maupun melalui perantara. Dimana perantara dalam konteks ini ialah pengelolaan lembaga zakat yang menghimpun dana zakat dan mendayagunakannya sesuai dengan syariat agama.

Fungsi dan tugas organisasi zakat adalah mengelola zakat. Mengingat itu kebanyakan organisasi zakat langsung terjun ke masyarakat berkampanye tentang zakat. Cara seperti ini mengabaikan satu hal penting, yaitu tersisihnya perencanaan di tubuh internal organisasi zakat yaitu rancang bangun organisasi.


(24)

Mereka tak sadar bahwa rancang bangun sosok organisasi zakat merupakan induk kegiatan pengelolaan zakat.9

Sesungguhnya jatuh bangun lembaga zakat terletak pada kreativitas divisi pendayagunaan. Boleh-boleh saja lembaga zakat memiliki struktur organisasi lengkap. Juga boleh lembaga zakat didukung oleh nama-nama besar. Bahkan bisa saja lembaga zakat tiba-tiba memiliki dana yang besar karena mendapat kepercayaan dari beberapa perusahaan besar. Tetapi pada akhirnya, kembali juga pada kreatifitas program pendayagunaan apa yang bisa dikembangkan untuk mustahik. Sesungguhnya program pemerdayaan mustahik, merupakan inti dari fundraising. Dari program ini masyarakat dapat mengetahui sampai sejauh mana performance lembaga zakat. Program pengelolaan zakat terpaku pada yang sifatnya charity murni. Program yang bersifat sosial ini, dicirikan dengan kegiatan yang dikelola secara kepanitiaan, dalam waktu singkat dan habis setelah program itu dilaksanakan. Program charity murni, tak butuh pendamping dan pembinaan dan tanpa pemantauan perkembangan bantuan. Prinsipnya usai kegiatan, selesai pula programnya. Maka dari itu dalam pendayagunaan, ada beberapa kegiatan yang bersifat produktif dan dapat dikembangkan yaitu dalam pengembangan ekonomi seperti penyaluran modal, pembentukan lembaga keuangan, peningkatan usaha dan masih banyak lagi kegiatan-kegiatan yang bisa

9

Eri Sudewo, ManajemenZakat Tinggalkan 15 Tradisi Terapkan 4 Prinsip Dasar, (Ciputat: IMZ,2004), Cet 1, Hal. 100


(25)

dikembangkan dalam pengembangan ekonomi. Kemudian kegiatan dalam pembinaan SDM seperti beasiswa dan diklat atau kurus keterampilan. 10

F. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Untuk menghindari penelitian dengan objek yang sama, maka diperlukan kajian terdahulu. Berdasarkan pengamatan dan pengkajian yang telah dilakukan terhadap beberapa sumber kepustakaan terkait dengan permasalahan yang dibahas dalam penulisan skripsi ini, seperti skripsi yang ditulis Lisa Hafizah, Efejtivitas Pengelolaan Dana Zakat BAZDA Kota Tangerang Selatan terhadap pemerdayaan pengusaha kecil dan mikro, tahun 2005, skripsi tersebut mebahas tentang pengelolaan zakat pada BAZDA Kota Tangerang khususnya dalam hal pemerdayaan pengusaha kecil dan mikro, apakah sudah efektif dan tepat sasaran atau belum. Kemudian juga tentang hubungan BAZDA Kota Tangerang dengan BAZDA-BAZDA Kecamatan.

Selanjutnya skripsi Sri Sugianti, Manajemen Pendayagunaan Hewan Qurban Melalui Usaha Pengkornetan Pada Rumah Zakat Indonesia, skripsi mahasiswa fakultas dakqah dan komunikasi jurusan manajemen dakwah disusun pada tahun 2006, skripsi tersebut membahas tentang penerapan fungsi manajemen pendayagunaan hewan qurban dengan proses pengkornetan yang dilakukan oleh rumah zakat indonesia.

10


(26)

Terakhir Panca Mardisiwanto, Manajemen Penghimpunan dan Pendistribusian Zakat Melalui teknologi Informasi pada M-zakat Jakarta, skripsi mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Mamajemen Dakwah, disusun pada tahun 2005, berisi tentang penerapan fungsi manajemen untuk menghimpun dan mendistribusikan zakat melalui media teknologi informasi dengan fasilitas SMS (Short Massage Service)

Sedangkan Pada penelitian ini, penulis meneliti Manajemen Pendistribusian Dana ZIS Pada Program Beasiswa di BAZDA Kota Tangerang Selatan, yang membahas tentang fungsi manajemen yaitu Planning, Organizing, Actuating dan Controlling.

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.11

Dalam Penelitian ini merupakan penelitian pendekatan Kualitatif dengan jenis metode deskriptif, yaitu metode masalah yang memandu peneliti untuk mengeksplorasi dan atau memotret situasi yang akan diteliti secara menyeluruh, luas dan mendalam.12

11

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, (Bandung: CV. Alfabeta, 2009), cetakan ke-8, Hal. 2

12


(27)

Selain itu, penelitian juga merupakan penelitian kepustakaan (library research). Penulis akan mendapatkan data dari literatur berupa buku-buku, makalah, artikel dan tulisan-tulisan lainnya yang menyangkut tentang lembaga pokok bahasan dalam skripsi ini.

2. Waktu dan Tempat Penelitian

Adapun penelitian ini dilakukanpada tanggal 24 September sampai 24 Oktober 2014 bertempat di BAZDA Kota Tangerang Selatan Jl. Pamulang II Blok F1 No. 27 Tangerang Selatan.

3. Jenis Data dan Sumber Data A.Jenis Data

1. Data Kualitatif

Menurut Bambang dalam bukunya Statistika 1 mengatakan:

“Penelitian Kualitatif adalah metode penelitian yang bertujuan untuk

membuat pemaparan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat pada objek penelitian sesuai dengan permasalahan yang

diteliti”.

Adapun yang menjadi data kualitatif dalam penelitian ini yaitu data yang bersumber dari hasil pengumpulan data yang diinterpretasikan ke dalam kata-kata sehingga tersusun skripsi ini.

B. Sumber Data

Penelitian ini merupakan studi kasus di BAZDA Kota Tangerang Selatan. Pengumpulan data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk


(28)

memperoleh bahan-bahan yang relevan dan akurat. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Untuk mendukung penelitian diperlukan data yang aktual. Berdasarkan sumbernya, data-data yang diperoleh dibedakan menjadi :

1. Data Primer

Yaitu data utama yang diambil atau didapatkan dari sumber pertama yakni internal data dalam bentuk dokumentasi atau data-data tertulis di BAZDA Kota Tangerang Selatan.

2. Data Sekunder

Dalam penelitian ini penulis melakukan studi kepustakaan (Library Research) yaitu dengan mempelajari buku kepustakaan, literature, bulletin, majalah serta materi kuliah yang berkaitan erat dengan pembahasan masalah ini.

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan mealui:

a. Observasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung ke BAZDA Kota Tangerang Selatan untuk mengkonfrontir sebagai temuan dalam wawancara dengan situasi rill lapangan. Observasi juga sekaligus merupakan teknik untuk membaca secara objektif pendistribusian dana ZIS pada program beasiswa. .

b. Wawancara (interview), yaitu dengan mengajukan pertanyaan kepada pihak-pihak yang terkait secara mendalam yang dapat


(29)

menjelaskan berbagai aspek mengenai manajemen pendistribusian dana ZIS pada program beasiswa. Dalam hal ini penulis melakukan wawncara kepada pihak terkait yaitu ketua BAZDA Kota Tangerang Selatan yaitu Bapak Drs. K.H. Endang Saefuddin, M.A.

c. Studi dokumentasi, pengumpulan data-data yang diperlukan dengan cara memeperoleh data dokumentasi tentang Manajemen pendistribusian pada program beasiswa dari lokasi penelitian serta mencari bahan pustaka/buku-buku rujukan yang berkaitan dengan judul penulisan skripsi yang sedang dibuat ini.

2. Teknik Analisa Data

Teknik analisis data yang penulis pergunakan adalah metode analisis kualitatif deskriptif, yaitu menganalisis berdasarkan informasi yang diperoleh dari wawancara, studi dokumentasi dan observasi atau penelitian yang menentukan dan menafsirkan data yang berkesan denga situasi yang dialami sekarang, sikap dan pandangan yang menggaejala saat ini, hubungan antara variabel, pertentangan dua atau lebih, pengaruh terhadap situasi kondisi, perbedaan antara fakta dan lain-lain. Kemudian ditarik suatu kesimpulan yang diharapkan setiap fakta yang ada bisa diterima secara logis dan ilmiah.


(30)

3. Teknik Penulisan Laporan

Teknik penulisan serta penyusunan skripsi ini, semua berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Skripsi Tahun 2012 yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah.

H. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penuliasan skripsi ini, penulis membaginya menjadi 5 (lima) bab dengan beberapa sub Bab yang pada garis besarnya adalah pada Bab 1 akan menguraikan tentang berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat, serta review studi terdahulu, metode penelitian dan teknik penulisan serta sistematika penulisan.

Pada Bab IIakan membahas yang berisi pembahasan mengenai konsep zakat yang meliputi definisi zakat, hukum zakat, Fungsi dan Tujuan Penyaluran Zakat, syarat-syarat wajib zakat. Konsep manajemen meliputi pengertian manajemen, fungsi-fungsi manajemen, dan unsur-unsur manajemen. Konsep program meliputi: pengertian program, macam-macam program, dan tujuan program. Konsep pendistribusian meliputi.

Pada Bab III akan membahas mengenai gambaran umum dari Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) yang meliputi sejarah berdirinya BAZDA Kota Tangerang Selatan, landasan hukum, visi dan misi, tugas, fungsi dan tanggung


(31)

jawab, struktur organisas, program kerjanya dan program BAZDA Kota Tangerang Selatan.

Pada Bab IV akan dijelaskan analisis manajemen pendistribusian dana ZIS pada program beasiswa di BAZDA Kota Tangerang Selatan yaitu berisi tentang mekanisme pendistribusian dana ZIS dan manajemen program pendistribusian pada program beasiswa.

Pada Bab V merupakan bagian akhir penulisan yang akan menunjukan pokok-pokok penting dari keseluruhan pembahasan ini. Bagian ini menunjukan jawaban ringkas dari permasalahan yang dibahas yang berisi kesimpulan dan saran


(32)

20 BAB II

LANDASAN TEORETIS A. Konsep Zakat

1. Definisi Zakat

Menurut bahasa (lughat), zakat berarti: tumbuh, berkembang, kesuburan atau bertambah (HR. At-Tirmidzi). Dalam Q.S. Al-Taubah: 10 dijelaskan bahwa pengertian zakat juga berarti membersihkan atau mensucikan sebagaimana dalam penjelasan ayat berikut ini:

                               

Artinya: “Ambilah zakat dari sebagaian harta mereka, dengan zakat itu kamu

membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo’alah untuk mereka. Sesungguhnya do’a kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan

allah maha mendengar lagi maha mengetahui” (Q.S. At-Taubah: 103).

Hafidhuddin13 menjelaskan definisi zakat berdasarkan kitab al-mu’jam al-wasith. Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti, yaitu al-barakatu (keberkahan), an-nama (pertumbuhan dan perkembangan), at-thaharatu (kesucian) ash-shalatu (keberesan). Ditinjau dari segi istilah, zakat adalah bagian dari harta dengan persyaratan tertentu, yang Allah SWT

13


(33)

wajibkan kepada pemiliknya, untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya, dengan persyaratan tertentu pula (Yogatama, 2009).

Fakhruddin (2008) menjelaskan definisi zakat menurut para ulama mazhab berdasarkan kitab Al-Fiqh Al-Islami Wa Adilatuhu, antara lain:

1. Ulama Malikyah (mazhab imam malik) mendefinisikan zakat adalah mengeluarkan bagian khusus dari harta yang telah mencapai nishab (jumlah minimal yang menyebabkan harta terkena kewajiban zakat) untuk mustahiq-nya, jika milik semprna dan mencapai haul (tenggang waktu satu tahun hijriyah) selain barang tambang, tanaman dan barang temuan.

2. Ulama Hanafiyah (mazhab imam hanafi) mendefinisikan zakat adalah kepemilikan bagian harta tertentu untuk orang atau pihak tertentu yang telah ditentukan Allah SWT untuk menharapkan keridhaan-Nya.

3. Ulama Syafi’iyah (mazhab imam hanafi) mendefinisikan zakat adaah nama bagi sesuatu yang dikeluarkan dari harta dan badan dengan cara tertentu.

4. Ulama Hanabilah (mazhab imam ahmad ibn hanbal) mendefinisikan zakat adalah hak wajib dalam harta tertentu untuk kelompok tertentu pada waktu tertentu.


(34)

Dalam UU No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat (PZ), yang dimuat dalam pasal 1 Bab 1 ketentuan umum dijelaskan bahwa definisi zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha unruk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat islam.

2. Hukum Zakat

Zakat merupakan bagian dari rukun islam, disamping syahadat, sholat, puasa dan haji. Oleh sebab itu, hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Sudewo (2004) membagi secara fungsional rukun islam ke dalam dua kategori yaitu ibadah yang bersifat vertikal (habluminallah) seperti syahadat, sholat, puasa dan haji serta ibadah yang bersifat horizontal (habluminannas) yaitu zakat, syahadat, sholat, puasa dan haji merupakan rukun islam yang pelaksanaannya dari pribadi, oleh pribadi dan untuk pribadi yang bersangkutan. Sebaliknya, zakat merupakan komponen ibadah yang pelaksanaannya dimulai dari muzakki, dikelola oleh amil dan diperuntukan bagi mustahik. Berikut ini beberapa ayat dalam berbagai surat Al-Qur’an yang menjadi dasar kehujjahan zakat:



 

 







dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat serta rukuklah bersama


(35)

                                                  

dan dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacem-macem buahnya, zaitundan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin): dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesumgguhnya allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” (Q.S.

Al-An’am: 141)

3. Fungsi dan Tujuan Penyaluran Zakat

Tujuan utama dari zakat adalah menghapus kefakiran, kemiskinan, dan kemelaratan. Yusuf Al-Qardhawi, alam kitabnya Hukum Zakat membagi tujuan zakat kepada tiga bagian, yaitu: dari pihak para wajib zakat (muzzaki), pihak penerima zakat dan dari kepentingan masyarakat.

Tujuan zakat dan dampaknya bagi muzzaki yaitu: zakat mensucikan jiwa dari sifat kikir, medidik berinfak dan memberi, berakhlak dengan Akhlak Allah, merupakan manifestasi syukur atas nikmat Allah, mengobati hati dari cinta dunia, mengembangkan kekayaan batin, menarik rasa simpati / cinta, serta dapat mengembangkan harta. Sedangkan bagi penerima zakat, antara


(36)

lain untuk membebaskan penerima dari kebutuhan hidup dan dapat menghilangkan sifat benci dan dengki yang sering menyelimuti hati mereka jika melihat orang kaya yang bakhil.

Adapun tujuan zakat dilihat dari kepentingan kehidupan sosial, antara lain bahwa zakat bernilai ekonomik, merealisasi fungsi harta sebagai alat perjuangan menegakkan agama Allah (jihad fi sabilillah), dan mewujudkan keadilan sosial ekonomi masyarakat pada umumnya.

Lebih luas lagi wahbah menguraikan tujuan zakat bagi kepentingan masyarakat, sebagai berikut:

1. Manggalang jiwa dan semangat saling menunjang dan solidaritas sosial dikalangan masyarakat islam.

2. Merapatkan dan mendekatkan jarak dan kesenjangan sosial ekonomi dalam masyarakat.

3. Menanggulangi pembiayaan yang mungkin timbul akibat berbagai bencana seperti bencana alam dan sebagainya.

4. Menutup biaya-biaya yang timbul akibat terjadinya konflik, persengketaan dan berbagai bentuk kekacauan dalam masyarakat.

5. Menyediakan suatu dana taktis dan khusus untuk penanggulangan biaya hidup bagi para gelandangan, para pengangguran dan para tuna sosial lainnya, termasuk dana untuk membantu orang-orang yang hendak menikah tetapi tidak memiliki dana untuk itu.


(37)

Al-Tayyar menambahkan, bahwa tujuan zakat selain sebagai ibadah, ia juga bertujuan untuk menghapuskan berbagai dosa dan kesalahan, menolak bala bencana, serta mendorong meningkatkan semangat dan produktifitas kerja, sehingga pada gilirannya mampu menghilangkan sikap dan status seseorang dari kemiskinan dan tangan di bawah (yad al-sufla).14

Sebagaimana shalat yang menjadi tiang agama, maka zakat merupakan tiang masyarakat, yang apabila tidak ditunaikan dapat meruntuhkan sendi-sendi sosial ekonomi masyarakat, karena secara tidak langsung penahnan (tidak menunikan) zakat dari oang-orang kaya itu merupakan perekayasaan pemiskinan secara struktural. Zakat yang mempunyai dimensi sosial disamping dimensi sakral, bila tidak ditunaikan akan menimbulkan dampak negatif berupaya kerawnan sosial, seperti banyaknya pengangguran dan masalah-masalah sosial.

4. Syarat-Syarat Wajib Zakat

Harta yang akan dikenakan zakatnya harus telah memenuhi persyaratan-persyaratan yang sesuai dengan syara’. Fakhruddin (2008) membagi syarat ini menjadi dua, yaitu syarat wajib dan syarat sah berdasarkan kitab fiqh al-islamiy wa adillatuhu. Adapun syarat wajib zakat adalah:

a) Merdeka

14

Abdurrahman Qadir, Zakat Dalam Dimensi Sosial Dan Mahdhah (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), Hal. 76-77.


(38)

Seorang budak tidak dikenai kewajiban membayar zakat, karena dia tidak memiliki sesuatu apapun. Semua miliknya adalah milik tuannya.

b) Islam

Seorang non muslim tidak wajib membayar zakat. Adapun untuk mereka yang murtad (keluar dari agama islam), terdapat perbedaan

pendapat. Menurut imam syafi’i orang murtad diwajibkan membayar

zakat terhadap harta-hartanya seelum dia murtad. Sedangkan menurut imam hanafi, seorang murtad tidak dikenai zakat terhadap hartanya karena peruatan riddahnya telah menggugurkan kewajiban tersebut. Menurut malikiyah, islam adalah syarat sah, ukan syarat wajib. Oleh karena itu orang kafir wajib berzakat meskipun tidak sah menurut islam. c) Baligh dan berakal

Anak kecil dan orang gila tidak dikenai zakat pada hartanya, karena keduanya tidak dikenai khitab perintah.

d) Harta tersebut merupakan harta yang memang wajib dizakati, seperti : naqdaini (emas dan perak) termasuk juga al-auraq al-naqdiyah (surat-surat berharga), barang tamang dan temuan (rikaz), barang dagangan, taman-tamanan dan buah-buahan, serta hewan ternak.

e) Harta tersebut telah mencapai nishab (ukuran jumlah). f) Harta tersebut adalah milik penuh (al-milk al-tam).


(39)

Harta tersebut berada di bawah kontrol dan di dalam kekuasaan pemiliknya, atau seperti menurut sebagian ulama bahwa harta itu berada di tangan pemiliknya, di dalamnya tidak tersangkut dengan hak orang lain dan ia dapat menikmatinya. Atau bisa juga dikatakan sebagai kemampuan pemilik harta mentransaksikan miliknya tanpa campur tangan orang lain.

Menurut Hanafiyah, Al-Milk Al-tam adalah harta yang berada dalam tangan atau kekuasaannya. Oleh karena itu jika seseorang memiliki sesuatu (harta), namun dia tidak menggenggamnya, maka ia tidak wajib di zakati, seperti maskawin bagi seorang perempuan sebelum dia menerimanya. Sedangkan menurut malikiyah, milk al-tam adalah kepemilikan seseorang sehingga dia berkesempatan untuk menggunakan harta yang dimilikinya. Oleh karena itu, tidak wajib zakat bagi seorang budak atas segala sesuatu yang dimilikinya karena kepemilikannya tidak sempurna.

g) Telah berlalu satu tahun atau cukup haul (ukuran waktu, masa).

Haul adalah perputaran harta satu nisha dalam 12 bulan Qamariyah. Apabila terdapat kesulitan akuntansi karena biasanya anggaran dibuat berdasarkan tahun syamsiyah, dengan penamahan volume (rate) zakat yang waji diayar, dari 2,5 % menjadi 2,575 % sebagai akibat kelebihan harta bulan syamsiyah dari hari bulan qomariyah


(40)

h) Tidak adanya hutang.

Adurahman al-jaziri dalam Fakhruddin (2008) merinci pendapat para imam mazhab sebagai berikut. Berkait dengan hal itu, Hanafiyah memagi hutang menjadi tiga macam, yaitu pertama, hutang yang murni erkaitan dengan seseorang, kedua, hutang yang berkaitan dengan Allah SWT namun dia dituntut dari aspek manusia, dan ketiga, hutang yang murni berkaitan dengan Allah SWT dan tidak ada tuntutan dari aspek manusia, seperti hutang nadzar dan kafarat, zakat fitrah dan nafkah haji. Hutang yang bisa mencagah seseorang untuk membayar zakat adalah hutang dalam kelompok pertama dan kedua. Oleh karena itu, ketika seseorang telah mencapai nisa dan haul, namun dia masih mempunyai hutang, maka dia tidak waji berzakat kecuali zakat tanam-tanaman dan buah-buahan.

Imam Maliki mengatakan bahwa jika seseorang mempunyai hutang yang mengurangi nishab dan dia tidak mempunyai harta yang bisa menyempurnakan nishabnya, maka dai tidak wajib berzakat. Ini adalah syarat khusus untuk zakat emas dan perak jika keduanya bukan arang tambang dan barang temuan.

Imam Hambali berpendapat bahwa tidak wajib zakat bagi seseorang yang menghabiskan nishab hartanya atau menguranginya, meskipun hutang terseut bukan sejenis dengan harta yang akan dizakati atau bukan hutang pajak. Hutang terseut mencegah wajibnya zakat pada


(41)

al-amwal al-bathiniyah seperti uang dan niali arang dagangan, barang tamang, al-amwal al-dzahrah seperti hewan ternak, biji-ijian dan buah-buahan. Jika seseorang mempunyai harta tapi berhutang, maka hendaklah dia melunasi hutangnya dulu kemudian dibayar zakatnya jika memenuhi nishab.

i) Melebihi kebutuhan dasar atau pokok

Barang-barang yang dimiliki untuk kebutuhan pokok, seperti rumah pemukiman, alat-alat kerajinan, alat-alat industri, sarana transportasi dan angkutan, seperti mobil dan perabotan rumah tangga, tidak dikenakan zakat. Demikian juga dengan uang simpanan yang dicadangkan untuk melunasi hutang. Tidak diwajibkan zakat, karena seorang kreditor sangat memerlukan uang yang ada di tangannya untuk melepaskan dirinya dari cengkraman hutang.

j) Harta tersebut harus di dapatkan dengan cara yang baik dan halal. Maksudnya bahwa harta yang haram, baik substansi bendanya maupun cara mendapatkannya jelas tidak dikenakan kewajiban zakat, karena Allah tidak menerima kecuali yang baik dan halal.

k) Berkembang

Qardhawi dalam Fakhruddin (2008) membagi pengertian tersebut menjadi dua, yaitu pertama, bertambah secara konkrit (haqiqi). Dan kedua, bertambah secar tidak konkrit (taqdiri). Berkembang secara konkrit adalah bertambah akibat pembiakan dan perdagangan dan


(42)

sejenisnya. Sedangkan berkembang tidak secara konkrit adalah kekayaan itu berpotensi berkembang baik berada di tangannya maupun di tangan orang lain atas namanya.

B. Konsep Manajemen

1. Pengertian Manajemen

Pengertian manajemen berasal dari bahasa inggris dengan katakerja “to manage” secara umum berarti mengurusi.15

Dalam kamus besar bahasa Indonesia manajemen berarti:

a. Proses penggunaan sumberdaya yang efektif untuk mencapai sasaran b. Pimpinan yang bertanggung jawab atas jalannya perusahaan.

Pada sumber lain disebutkan bahwa manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.16 Dan manajemenberarti prosesperencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan berbagai usaha anggota organisasi dan penggunaansumber-sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan organisasi, yang telah ditetapkan.17

15

A.M Kadarman dan Jusuf Udaya, Pengantar Ilmu Manajemen, Buku Panduan Untuk Mahasiswa, (Jakarta: Gramedia Pustaka Gama, 2001) Cet-1 Hal, 5S

16

Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), Hal, 54

17

Saud Hasan, Manajemen, Pokok-pokok Pengertian dan Soal Jawaban, (Yogyakarta: BPPE, 1989), Cet-1 Hal, 2


(43)

Istilah manajemen memiliki berbagai pengertian. Secara universal manajemen adalah penggunaan sumberdaya organisasi untuk mencapai sasaran dan kinerja yang tinggi dalam berbagai tipe organisasi profit maupun nonprofit. Selanjutnya kata benda “manajemen” atau managemen dapat mempunyai berbagai arti. Pertama, sebagai pengelolaan, pengendaliaan atas penanganan (managing). Kedua, perlakuan secara terampil untuk menangani sesuatu berupa skillfull treatment. Ketiga, gabungan dari dua pengertian tersebut, yaitu yang berhubungan dengan pengelolaan suatuperusahaan, rumah tangga atau suatu bentuk kerjasama dalam mencapai suatu tujuan tertentu,

Adapun manajemen menurut istilah: dalam hal ini para ahli berpendapat diantaranya:

a. Andrew F. Sikula

Manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan, pemotivasian, komunikasi dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan sehingga akan dihasilkan suatu produk dan jasa secara efesien.

b. George R. Terry

Manajemen adalah suatu proses yang berbeda terdiri dari Planning, Organizing, Actuating dan Controlling yang dilakukan untuk


(44)

mencapai tujuan yang ditentukan dengan menggunakan manusia dan sumber daya lainnya.18

c. Zaini Muchtaram

Manajemen adalah aktifitas untuk mengatur kegunaan sumber daya bagi tercapainya tujuan organisasi secara efektif.19

Manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melali kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan yang sama. Manajemen adalah seni (Art) atau suatu ilmu pengetahuan. Mengenai ini pun sesungguhnya belum ada keseragaman pendapat, segolongan mengatakan bahwa manajemen adalah seni dan segolongan yang lain mengatakan bahwa manajemen adalah ilmu. Sesungguhnya kedua pendapat itu sama mengantung kebenarannya.

Jika menyimak definisi-definisi diatas dapatlah ditarik kesimpulan mengenai manajemen, bahwa:

a. Manajemen mempunyai tujuan yang ingin dicapai.

b. Manajemen merupakan perpaduan antara ilmu dengan seni.

c. Manajemen merupakan proses yang sistematis, terkoordinasi, kooperatif dan integrasi dalam memanfaatkan unsure-unsurya.

18

Yayat M. Harujito, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta: PT. Grazsindo, 2004), Cet ke-3, Hal, 3

19

Zaini Muchtaram, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta: Al-amin dan Ikfa, 1996), Cet ke-1, Hal, 3


(45)

d. Manajemen baru dapat diterapkan jika ada dua orang atau lebih melakukan kerjasama dalam suatu organisasi.

e. Manajemen harus didasarkan pada pembagian kerja, tugas, dan tanggung jawab.

f. Manajemen terdiri dari beberapa fungsi. g. Manajemen hanya alat untuk mencapai tujuan. 2. Fungsi-fungsi Manajemen

Fungsi manajemen dalam hal ini adalah sejumlah kegiatan yang meliputi berbagai jenis pekerjaan yang dapat digolongkan dalam suatu kelompok sehingga membentuk suatu kesatuan administrative. Para ilmuan telah sepakat bahwa pada dasarnya jenis keseluruhan fungsi-fungsi manajemen dapat digolongkan kepada dua jenis utama, yaitu fungsi organic dan fungsi yang digolongkan kepada jenis fungsi-fungsi organik dan fungsi penunjang, sebagaimana dinyatakan dalam bukunya fungsi-fungsi manajemen yang ditulis oleh Sondang P. Siagian, yaitu:

a. Fungsi organic adalah keseluruhan fungsi utama, yang mutlak diperlukan oleh para manajer dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Fungsi-fungsi organic tersebut merupakan penjabaran kebijaksanaan dasar atau strategi organisasi yang telah ditetapkan dan harus digunakan sebagai dasar bertindak.


(46)

b. Fungsi-fungsi penunjang adalah berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh orang-orang atau satuan kerja dalam organisasi dan dimaksudkan mendukung semua fungsi organic pra manajer.20 Selanjutnya Sondang P. Siagian menjelaskan bahwa fungsi-fungsi dari manajemen yang disingkat dengan POAC, yaitu:

a. Planning (Perencanaan)

Planning berarti memilih dan menghubung-hubungi kenyataan dalam membayangkan dan merumuskan tindakan-tindakan yang dianggap perlu untuk mencapai hasil yang diinginkan.21

Setiap kegiatan yang dilakukan oleh seorang atau lembaga tertentu mempunyai tujuan dan untuk mencapai tujuan tersebut

perlulah dibuat suatu “perencanaan” terlebih dahulu, namun perlu kita ketahui bahwa tujuan dan perencanaan adalah tidak sama. Tujuan merupakan suatu yang ingin dicapai sehingga merupakan sasaran , sedangkan perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan atau sasaran tersebut.

Kegiatan yang terdapat dalam perencanaan adalah sebagai berikut:

1) Perkiraan (forecasting)

20

Sondang P. Siagian, Fungsi-fingsi Manajerial, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992) Cet ke-2. Hal, 44

21

J. Panglaikin dan Hazil Tanzil, Manajemen Suatu Pengantar, (Jakarta: Gharlia Indonesia, 1960), Cet, ke- 1, Hal.78


(47)

2) Tujuan (objective) 3) Program (programming) 4) Jadwal (schedule) 5) Prosedur (procedure)

Dari berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan dengan proses yang sistematis untuk menggambarkan dan merumuskan apa yang harus dilakukan dan dikerjakan pada masa depan dalam sebuah organisasi.

b. Organizing (Pengorganisasian)

Organizing adalah mengelompokan kegiatan sesuai yang diperlakukan yaitu menentukan susunan organisasi, serta tugas dan fungsi masing-masing unit yang ada dalam organisasi, serta menetapkan kedudukan dan sifat hubungan di antara masing-masing unit tersebut. Yang apabila dikerjakan secara seksama akan menjamin efisiensi pengguna tenaga kerja.

Pengorganisasian mempunyai arti yang penting bagi proses sebuah kegiatan, sebab dengan pengorganisasian maka rencana kegiatan menjadi lebih mudah pelaksanaanya. Hal ini disebabkan adanya pembagian tindakan atau kegiatan-kegiatan dalam tugas-tugas yang terperinci serta diserahkan pelaksaannya kepada beberapa orang yang telah ditentukan.


(48)

Dari definisi-definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pengorganisasian adalah keseluruhan proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas serta wewenang dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakan sebagai suatu kesatuan yang utuh dan bulat dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.22.

Proses pengorganisasian yaitu:

1) Membagi-bagi dan menggolongkan tindakan yang akan dikerjakan dalam kesatuan tertentu.

2) Menentukan dan merumuskan tugas dari masing-masing kesatuan serta menempatkan pelaksana untuk melakukan tugas yang telah ditentukan.

3) Memberikan wewenang kepada masing-masing pelaksana. 4) Menetapkan jalinan hubungan.23

c. Actuating (Penggerakan)

Actuating merupakan fungsi organic manajemen yang terpenting berhasil tidaknya rencana yang ditetapkan tergantung mampu tidaknya seorang pemimpin melaksanakan fungsi penggerakan.24penggerakan mempunyai arti sangat penting, sebab di

22

Sondang P. Siagian, Fungsi-Fungsi Manajerial, (Jakarta:Bumi Aksara, 2004), Hal 60

23

Abdul Rasyad Sholeh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang 1993), Cet, ke-3, Hal.54

24


(49)

antara fungsi manajemen lainnya, penggerakan dalam fungsi yang secara langsung berhubungan dengan manusia(pelaksana), dengan fungsi inilah ketiga fungsi manajemen yang lain baru aktif. Di sini fungsi penggerakan berperan sebagai pendorong tenaga pelaksana untuk segera melaksanakan yang telah direncanakan. Didalam penggerakan mengandung kegiatan-kegiatan member motivasi, directing, koordinasi, komunikasi dan memperkembangkan para pelaksana.

Dari definisi diatas, dapat disimpulakn bahwa penggerakan merupakan hal yang sangat menentukan bagi kelancaran organisasi yang telah direncanakan dan diorganisir sebelumnya.

Langkah-langkah penggerakan diantaranya yaitu: 1) Memberi motivasi

2) Pembimbingan 3) Menjalin hubungan

4) Penyenggaraan komunikasi

5) Pengembangan atau peningkatan pelaksana.25 d. Controlling (Pengendaliaan/Pengawasan)

Controlling sering juga disebut pengendalian, definisinya adalah salah satu fungsi yang berupa mengadakan penilaian dan sekaligus bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa yang sedang

25


(50)

dilakukan para kegiatan dapat diarahkan dijalan yang benar dengan maksud tercapainya tujuan yang sudah digariskan semula. Dalam pelaksanaan kegiatan pimpinan mengadakan pemeriksaan dan penilaian, mencocokan serta mengusahakan agar kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan serta tujuan yang ingin dicapai.26

Ketiga fungsi manajemen di atas Planning, Organizing, dan Actuating, tidak akan efektif dan efesien tanpa adanya Controlling atau pengendalian. Bila terjadi penyimpangan, maka manajer segera memberikan peringatan untuk meluruskan kembali langkah-langkah yang telah dilakukan oleh anggota organisasi agar sesuai dengan apa yang telah direncanakan.27

Adapun langkah-langkah pengawasan, diantaranya yaitu: 1) Penetapan standar pelaksana

2) Penentuan ukuran-ukuran pelaksanaan 3) Pengukuran pelaksanaan

4) Membandingkan dengan standar yang telah ditetapkan.

Dari beberapa fungsi manajemen yang telah dikemukakan diatas, dapat dipahami bahwa bila fungsi-fungsi manajemen

26

M. Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1996), Cet. Ke-15, Hal.23-24

27

H. Zaini Muchtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta: Al-amin dan IKHFA, 1996). Cet. Ke-1, Hal.47


(51)

dipergunakan dalam suatu kegiatan, maka setiap kegiatan organisasi atau instasi bisa berjalan dengan efektif dan efesien.

3. Unsur-unsur Manajemen

Dalam kegitan atau aktivitas manajemen guna mencapai tujuan yang efektif dan efesien, maka sangat diperlukan sekali adanya fasilitas atau sarana-sarana alat kerja yang disebut sumber atau unsure-unsur manajemen. Sarana atau unsur-unsur manajemen itu lebih dikenal dengan 6M, dinyatakan dalam bukunya Dasar-dasar Manajemen Dakwah yang ditulis oleh Zaini Muchtaram, yaitu: Man (manusia), Money (uang), Material (bahan), Machine (mesin), Methods (metode atau cara kerja), dan Market (pasar).

a. Man (Manusia)

Berbagai macam aktivitas yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan balik ditinjau dari sudut proses ataupun bidang diperlukan adanya campur tangan manusia, tanpa adanya manusia suatu rencana/aktivitas tidak akan mungkin mencapai tujuan.

b. Money (Uang)

Untuk melakukan aktivitas diperlukan uang, seperti upah atau gaji orang-orang yang membuat rencana, mengadakan pengawasan, bekerja dalam proses produksi, membeli bahan-bahan, berbagai macam peralatan yang dibutuhkan, dan lainnya guna mencapai tujuan.


(52)

Dalam proses pelaksanaan kegiatan, manusia menggunakan bahan-bahan, yaitu seperti meenggunakan sumber daya alam, karena bahan yang dibutuhkan dalam oprasional guna untuk menghasilkan barang atau jasa untuk dijual.

d. Machine (Mesin)

Demikian juga halnya dengan mesin, terlebih dalam kemajuan teknologi dewasa ini, mesin bukan lagi sebagai pembantu bagi manusia melainkan sebaliknya manusia telah diubah kedudukannya sebagai pembantu mesin.

e. Methods (Metode atau cara kerja)

Metode adalah cara yang digunakan dalam mewujudkan rencana yang telah ditentukan sebelumnya guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Metode atau cara juga sangat menentukan kelncaran jalannya roda manajemen dalam suatu organisasi akan menghasilkan produk yang baik pula sehingga akan mencapai tujuan dengan efektif dan efesien. f. Market (Pasar)

Barang-barang hasil produksi suatu lembaga atau perusahaan tentunya segera dipasarkan. Oleh sebab itu aktivitas pemasaran dalam manajemen ditetapkan sebagai salah satu unsure yang tidak dapat


(53)

diabaikan. Penguasaan diperlukan guna menyebarluaskan hasil-hasil produksi agar sampai ketengah konsumen.28

C. Konsep Program

1. Pengertian program

Program itu sebenernya adalah kumpulan dari tulisan-tulisan yang saling berhubungan yang menghasilkan satu buah hasil.

Program adalah sederetan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh seseorang atau sekelompok organisasi, lembaga bahkan negara mempunyai suatu program.

Suharsimi Arikanto mengemukakan program sebagai berikut:29

Program adalah suatu rencana yang pada dasarnya telah menggambarkan rencana yang konkrit. Rencana ini konkrit, karena dalam program telah terencana baik sasran, kebijakan, prosedur, waktu maupun anggaran. Jadi, program juga merupakan usaha-usaha untuk mengefektifkan rangkaian tindakan yang harus dilaksanakan menurut bidangnya masing-masing.30

Kegiatan yang sudah dilaksanakan bukan lagi suatu program, kegiatan yang tidak direncanakan walaupun terjadi bukan merupakan suatu program. Ada tiga pengertian penting dalam menentukan program:

28

Zaini Muchtaram, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta: Al-amin dan Ikfa, 1996), Cet ke-1, Hal, 45

29

Suharsimi Arikanto, Penilaian Program Pendidikan, (Yogyakarta: Bina Aksara, 1998), Hal 1.

30

Malayu Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian Dan Masalah, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 2008), Edisi Revisi, Cet ke-3, Hal 96.


(54)

a. Realisasi atau implementasi suatu kebijakan.

b. Terjadi dalam waktu relative lama bukan kegiatan tunggal tetapi jamak dan berkesinabungan.

c. Terjadi dalam organisasi yang melibatkan sekelompok orang. 2. Macam-macam program

Jenis program dapat bermacam-macam wujud, jika ditinjau dari berbagai macam aspek. Program ditinjau dari:

a. Tujuan, ada yang bertujuan mencari keuntungan, maka ukurannya adalah seberapa banyak program yang tersebut telah memberikan keuntungan dan jika program tersebut bertujuan sukarela, maka ukurannya adalah seberapa banyak program tersebut bermanfaat bagi orang lain.

b. Jenis, ada program pendidikan, program koperasi, program kemasyarakatan dan kebahagiaan dan sebagainya. Klasifikasi tersebut tergantung dari isi program yang bersangkutan.

c. Jangka waktu, ada program jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

d. Keluasan. Ada program sempit ada program luas. Program sempit hanya menyangkut program yang terbatas sedangkan program luas menyangkut banyak variabel.


(55)

e. Pelaksanaannya, ada program kecil dan ada program besar. Program kecil hanya dilaksanakan beberapa orang, sedangkan program besar dilaksanakan oleh banyak orang.

f. Sifatnya, ada program penting dan ada program kurang penting. Program penting yang dampaknya menyangkut orang banyak, menyangkut hal-hal yang vital sedangkan program kurang penting adalah sebaliknya.

3. Tujuan program

Tujuan adalah sasaran atau maksud yang harus dicapai dalam proses pelaksanaan kegiatan yang direncanakan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Suharsini Arikunto sebagai berikut:

“Tujuan program merupakan sesuatu yang pokok dan harus dijadikan pusat perhatian evaluator. Jika suatu program tidak mempunyai tujuan yang tidak bermanfaat, maka program tersebut tidak perlu dilaksanakan. Tujuan

menentukan apa yang akan diraihnya.”

Tujuan program dibagi menjadi dua bagian yaitu program umum dan program khusus (objektif). Tujuan umum biasanya menunjukan otput dari program jangka panjang sedangkan jangka khusus outputnya jangka pendek.31

Berbicara mengenai program atau tujuan program tidak dapat terlepas dari kurikulum. Kurikulum adalah acuan yang berisi tentang sejumlah

31

Suharsimi arikanto, Penilaian Program Pendidikan, (Yogyakarta: Bina Aksara, 1998), Hal, 35.


(56)

pelajaran yang dilaksanakan dalam suatu kegiatan belajar mengajar, sebagaimana yang dikemukakan oleh S. Nasution bahwa kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau sejumlah pelajaran yang harus dikuasai untuk mencapai suatu tingkat atau ijazah.32

D. Konsep Pendistribusian

Istilah pendistribusian, berasal dari kata distribusi yang berarti penyaluran atau pembagian kepada beberapa orang atau beberapa tempat. Oleh karena itu, kata ini mengandung makna pemberian harta zakat kepada para mustahiq zakat secara konsumtif. Sedangkan, istilah pendayagunaan berasal dari kata dayaguna yang berarti kemampuan mendatangkan hasil atau manfaat. Istilah pendayagunaan dalam konteks ini mengandung makna pemberi zakat kepada mustahiq secara produktif dengan tujuan agar zakat mendatangkan hasil dan manfaat bagi yang memperodutifkan.

Pendistribusian zakat adalah inti dari seluruh kegiatan pengumpulan dana zakat. Di dalam mengoptimalkan fungsi zakat sebagai amal ibadah sosial mengharukan pendistribusian zakat diarahkan pada model produktif dari pada model komsumtif seperti ketentuan yang tercantum dalam UU No. 23 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat. Dalam pelaksanaannya, model pendayagunaan zakat pada penyaluran dana diarahkan pada sektor-sektor pengembangan ekonomi

32


(57)

dengan harapan hasilnya dapat mengangkat taraf kesejahteraan mustahiq. Secara garis besar model pendistribusian zakat digolongkan ada empat yaitu:

1. Model distribusi bersifat konsumtif tradisional

Model distribusi bersifat konsumtif tradisional yaitu, zakat dibagikan pada mustahiq untuk dimanfaatkan secara langsung seperti zakat fitrah yang dibagikan pada fakir miskin untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari atau zakat mal yang diberikan pada korban bencana alam.

2. Model distribusi bersifat konsumtif kreatif

Zakat diwujudkan dalam bentuk lain dari barangnya semula, seperti dalam bentuk alat-alat sekolah atau beasiswa.

3. Model distribusi zakat bersifat produktif treadisional

Zakat yang diberikan dalam bentuk barang-barang yang produktif seperti kambing, sapi, alat cukur, dan lain-lain sebagainya. Pemberian dalam bentuk ini akan menciptakan suatu usaha yang membuka lapangan kerja fakir miskin. 4. Model distribusi dalam bentuk prduktif kreatif

Zakat diwujudkan dalam bentuk permodalan baik untuk pembangunan proyek sosial atau menambah modal usaha pengusaha kecil.


(58)

46 BAB III

GAMBARAN UMUM BAZDA KOTA TANGERANG SELATAN

A. Sejarah Berdirinya BAZDA Kota Tangerang Selatan

BAZDA Kota Tangerang Selatan di bentuk berdasarkan Keputusan Walikota No. 415.12/Kep 73-Huk. /2009, tanggal 02 Juli 2009, tentang Pengurus Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang Selatan periode 2009-2012 yang kemudian diperbaharui dengan Keputusan Walikota No. 415.12./ Kep 252-Huk. / 2010, tanggal 23 juli 2010, tentang Pembentukan Pengurus Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang Selatan Tahun Anggaran 2009-2012 sebagai realisasi dari UU No. 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat di Kota Tangerang Selatan33.

Landasan Syari’ah Islam yang tercakup dalam Al-Quran dan Al Hadist a) Al-Quran Surat At-Taubah ayat 103 yang artinya :

”Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat kamu

membersihkan dan mensucikan mereka. Sesungguhnya doa kamu menjadi ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Mendengar lagi Maha

Mengetahui.”

b) Hadist Nabi SAW yang di Riwayatkan oleh Jama’ah Ahli Hadist dan HR. Ahmad dan Muslim, yang artinya :

33

Kasmarang H. Muchtar, BAZDA Kota Tangerang Selatan, (Tangerang Selatan: 2011), Cet. 1 hal 13


(59)

”Tatkala Rasulullah SAW mengutus Mu’adz ke yaman, beliau memerintahkan kepada Mu’adz ”beritahukanlah pada mereka, sesungguhnya Allah telah mewajibkan pada mereka sedekah (zakat) yang diambil dari orang-orang fakir

dikalangan mereka.”Seseorang yang menyimpan hartanya, tidak dikeluarkan

zakatanya akan dibakar dalam neraka jahanam, baginya dibuatkan seterika

dari api neraka kemudian diseterikakan ke badannya.” (HR. Ahmad dan

Muslim).

B. Landasan Hukum BAZDA Kota Tangerang Selatan

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat revisi menjadi Undang-Undang No.23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.

2. Keputusan Menteri Agama No.373 Tahun 2003 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia No.38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat. 3. Keputusan Walikota No. 415.12./ Kep 252-Huk. / 2010, tanggal 23 juli 2010,

tentang Pembentukan Pengurus Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang Selatan

4. Keputusan Walikota No. 415.12./ Kep 248-Huk. / 2011, tentang zakat fitrah tahun 1433 H/2012 M dan pengaturan alokasi pendayagunaan hasil pengumpulan zakat, infaq dan shadaqah (ZIS) Kota Tangerang Selatan.

C. Visi Dan Misi BAZDA Kota Tangerang Selatan

Visi dan Misi BAZDA Kota Tangerang Selatan berlandaskan pada Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an, surat At-Taubah ayat:60 dan ayat 103:


(60)

1. Visi

Menjadikan Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) sebagai lembaga pengelola zakat yang dipercaya dalam membangkitkan ekonomi umat dalam rangka memerangi dan mengetaskan kemiskinan.

Dari visi diatas dapat kita lihat bahwa BAZDA Kota Tangerang Selatan akan berusaha menjadikan sebuah lembaga yang dapat dipercaya umat dalam menyalurkan zakat sebagai aplikasi terhadap perintah Allah dalam surat At-Taubah yaitu mengeluarkan zakat. Hal ini sesuai dengan ketentuan Al-Qur’an dan Sunnah yang menjadi landasan dari BAZDA Kota Tangerang Selatan. 2. Misi

a. Menggali potensi umat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kota Tangerang Selatan dalam upaya memperkecil kemiskinan. Mendayagunakan dana umat bagi peningkatkan kualitas umat yang islami. b. Memudahkan pelayanan para muzzaki, munfiq dan mufashaddiq dalam

menunaikan zakat, infaq dan shadakah (ZIS).

c. Mendistribusikan zakat kepada mustahiq (yang berhak menerima zakat) sesuai dengan hukum dan syari’at serta Undang-Undang yang berlaku.

D. Tugas, fungsi dan tanggung jawab

1. Tugas Pokok

Sebagai pengelola zakat tugas pokok BAZDA adalah: a. Menggali potensi zakat


(61)

c. Mengelola harta zakat yang telah terkumpul

d. Mendistribusikan zakat kepada mustahiq secara proprosional e. Mendayagunakan dana zakat

f. Mengupayakan pengembangan zakat baik dari segi sumber maupun pemanfaatnya

g. Menyusun pedoman zakat yang sederhana dan mudah dipahami oleh muzzaki

2. Fungsi

Sebagai pengelola zakat, BAZDA akan memfungsikan diri sebagai lembaga pelayanan masyarakat yang akan berzakat (muzakki) dan bagi orang-orang yang membutuhkan bantuan dana zakat (mustahiqi).

3. Tanggung Jawab

Amanah yang dibebani terhadap BAZDA adalah:

a. Memperbaiki keadaan dan tarap perekonomian masyarakat, dalam hal ini adalah mustahiq.

b. Menyediakan fasilitas yang akan menunjang upaya perbaikan penghasilan bagi umat.

c. Melakukan penataan administrasi umum, personalia dan keuangan zakat.

E. Struktur Organisasi BAZDA Kota Tangerang Selatan

1. Dewan Pertimbangan

Ketua : Walikota Tangerang Selatan


(62)

Sekertaris : Asda 1 Kota Tangerang Selatan

Wakil Sekertaris : Kabag Kesra Setda Kota Tangerang Selatan

Anggota : 1. K.H Saidih, S.Ag.

2. K.H Zinuddin Abdullah, M.HUM. 3. K.H Hasyim Rais

2. Komisi Pengawas

Ketua : Kepala Kandepag Kab. Tangerang

Wakil Ketua : H. Norodom soekarno, S.Ip.

Sekertaris : Drs. H. Noor Aly

Wakil Sekertaris : Drs. H. Hasanuddin, M.M.

Anggota : 1. H. Dadang Syarif

2. H. Abdul Rahim Aryad 3. Drs. H. Suryadi

3. Badan Pelaksana

Ketua Umum : Drs. K.H. Endang Saefuddin, M.A.

Ketua I : Drs. H.M. Idris Elby, M.H.M.A

Ketua II : K.H. Komarudin

Ketua III : K.H. Juhana Zakaria

Sekertaris Umum : Drs. H. Nana Suardi Sekertaris I : Bukit Sutiarno

Sekertaris II : Drs. Muchtar Kasmarang, S.Ag. M.M. Bendahara : Drs. H. Masir


(63)

Wakil Bendahara : Drs. Abdul Karim Ja’far, M.M. 4. Seksi-Seksi

1. Seksi Pengumpulan

Ketua : DR.H. Dimyati Sajari, M.Ag.

Anggota : 1. H. Ruslan Sudjaja, S.H, M.M. 2. H. Muhyidin

3. H. Ramli Sondakh 4. H. Suroso

5. Baihaqi Hamdi 6. H. Weldy CH, S.E. 7. Yusuf FHR, S.Pd. 2. Seksi Pendistribusian

Ketua : Drs. Abdul Rozak Sastra, M.A.

Anggota : 1. Drs. H. Hasan HB, M.Pd.

2. Drs. Halimi 3. M. Tata Surya 4. Drs. M. Nasir Syah 5. H. Muchlash 6. Drs. Syamsuri 3. Seksi Pendayagunaan

Ketua : Drs. H. Nasuha Abu Bakar, M.A.


(64)

2. H. Muhammad Siddiq, S.H.I.M.H 3. Drs. Jayadi.

4. Drs. H. Haryadi 5. Wandi, S.Sos.

6. H. Budi Hryawan, S.E. 7. Ust. H. Syarif

4. Seksi Pengembangan

Ketua : Ir. H. Junaidi

Anggota : 1. Drs. H. Haris Nasution 2. Drs. Syuhada, M.A. 3. H. Irawan, M.P.d. 4. Joko Suprapto

5. Ahmad Kurniadi, B.A. 6. Drs. Tafsir Munir

7. H. Muhammad Syafe’i, S.Ag

F. Program Kerja BAZDA Kota Tangerang Selatan

1. Program Kerja

Program kerja BAZDA Kota Tangerang Selatan adalah sebagai berikut: a) Membina dan membimbing umat dalam rangka peaksanaan zakat, infak


(65)

b) Mensosialisasikan hukum zakat dan UU No. 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat.

c) Memugut, menerima dan menyalurkan zakat, infaq dan shadaqah serta lainnya sesuai dengan ketentuan syariat.

d) Melakukan kerjasama dengan berbagai pihak dalam peningkatkan kualitas pungutan zakat dan kualitas pengelolaan zakat

2. Kesekertariatan

a) Mengadakan pembagian tugas bagi masing-masing staf sekertaris

b) Melakukan penataan sekertariat dari segi kelengkapan dan tataletak arsip dan lain-lain

c) Menghimpun data seluruh seksi untuk bahan laporan dan publikasi

d) Melaksanakan sosialisasi pengelolaan zakat bekerjasama dan koordinasi dengan seksi-seksi lain

e) Melakukan penataan administrasi surat menyurat (kode surat) dan lain-lain dan penataan arsip surat

f) Melaksanakan tugas lain di seksi pengelolaan zakat sesuai hasil rapat g) Menerbitkan bulletin, pamplet, spanduk, buku petunjuk dan bimbingan

zakat bersama dengan seksi-seksi lain

h) Menyusun laporan bulanan, triwulan dan tahunan bekerjasama dan koordinasi dengan seksi-seksi lain

i) Menyiapkan kupon pungutan dan pendistribusian zakat, infaq dan shadaqah


(66)

j) Mengadakan dan membuat data inventaris BAZDA k) Melaksanakan sosialisasi perturan perundang-undangan 3. Kebendaharaan

a) Membuat rencana anggaran tahun operasional BAZDA Kota Tangerang Selatan bersama sekertaris

b) Melaksanakan penataan administrasi keuangan zakat dan keuangan operasional

c) Mengadakan pembagian tugas yang menangani administrasi keuangan zakat dan menangani keuangan biaya operasional BAZDA

d) Melaksanakan pembukuan penerimaan dan pengeluaran keuangan zakat dan biaya operasional sesuai dengan ketentuan yanga berlaku

e) Menyiapkan data keuangan baik penerimaan dan pengumpulan, pendistribusian, pendayagunaan, pengemangan maupun data biaya pengelolaan sebagai data laporan dan publikasi

f) Menyiapkan laporan keuangan bulanan, triwulan, semesteran dan tahunan g) Melaksanakan sosialisasi pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah

bekerjasama dan berkoordinasi dengan seksi-seksi lain. 4. Seksi Pengumpulan

a) Menginformasikan hasil pengumpulan zakat, infaq dan shadaqah

b) Menyusun rencana dan program pelaksanaan pengumpulan zakat, infaq dan shadaqah


(67)

c) Melaksaakan sosialisasi pengumpulan zakat, infaq dan shadaqah bekerjasama dan berkoordinasi dengan seksi-seksi lain

d) Melakukan bimbingan tentang pembgumpulan zakat, infaq, dan shadaqah kepada UPZ, SKPD, dan BAZ kecamatan

e) Mengintesifkan pengumpulan zakat, infaq dan shadaqah di seluruh instansi/lembaga pemerintah dan swasta serta perusahaan, sesuai ketentuan perundangan yang berlaku

f) Mendistribusikan kupon ke DKM, UPZ SKPD dan BAZ kecamatan serta lembaga pemerintah maupun swasta

g) Menyiapkan data pengumpulan zakat, infaq dan shadaqah sebagai bahan laporan dan publikasi

h) Menysun format data base, melakukan pendataan dan mengindentifikasi tentang muzzaki

i) Melaksanakan tugas lain tentang pengelolaan zakat sesuai hasil rapat 5. Seksi pendistribusian

a) Merumuskan format data base, melakukan pendataan dan penyusunan identifikasi tentang mustahiq

b) Menyusun rencana dan program pelaksanaan pendistribusian kepada mustahiq sesuai asnaf dan berdasarkan data base

c) Mengelola pendistribuisan zakat, infaq dan shadaqah secara produktif untuk membebeaskan umat dari rentenir dan membentengi aqidah umat serta meningkatkan kualitas SDM serta kesejahteraan umat


(1)

sangat penting agar kegiatan penggerakan ini dapat terlaksana. Bapak Endang Saefuddin selaku ketua umum BAZDA ini dituntut memiliki kemampuan atau seni dalam melakukan kepemimpinan. Bagaimana bapak Endang Saefuddin memberikan arahan, nasehat dan job dest kepada koordinator, pembimbing dan peserta beasiswa yang merupakan salah satu program pendidikan dari BAZDA Kota Tangerang Selatan, ataupun yang terlibat dalam program tersebut dengan cara pendekatan secara emosional kepada pembimbing dan peserta dapat tersampaikan secara baik, sehingga efeknya dalam seluruh kegiatan program mampu bekerja secara maksimal, profesional, dan amanah. Sehingga kegiatan program beasiswa pun berjalan dengan baik.

Sedangkan fungsi manajemen yang keempat yang diterapkan oleh pihak manajemen program beasiswa adalah pengawasan (Controling), kegiatan pengawan ini pun menjadi tanggung jawab wajib ketua BAZDA dan koordinator program beasiswa dan dibantu oleh pembimbing, karena tidak mungkin pemimpin mampu mengawasi setiap detail yang terjadi pada saat kegiatan berlangsung. Menurut penulis pada pengawasan ini menggunakan pengawasan secara tidak langsung pemimpin melakukan pemeriksaan pelaksana kegiatan program beasiswa ini melalui laporan-laporan yang diterima dari bawahan atau divisi yang diberikan tanggung jawab dalam program beasiswa.


(2)

85 BAB V PENUTUP A.Kesimpulan

Berdasarkan penelitian, wawancara, studi dokumentasi dan beberapa metode penelitian yang dilakukan serta uraian dari beberapa bab yang terdahulu, maka enulis dapat menyimpulkan beberapa kesimpulan dan saran-saran sebagai berikut: 1. Di dalam mekanisme pendistribusian dana zakat di BAZDA Kota Tangerang

Selatan ini telah melakukan dengan baik, Hal tersebut dapat dibuktikan dengan laporan keuangan yang transparan dan merata. dengan mendistribusikannya secara terarah sesuai dengan ukuran-ukuran yang telah ditentukan. Berikut beberapa asnaf dan program yang BAZDA distribusikan dana ZIS:

1. Asnaf Riqab terdiri dari: a. Bantuan Kesehatan b. Rehab / Bedah Rumah

c. Bantuan berdasarkan proposal 2. Asnaf Gharimin terdiri dari:

a. Bantuan sarana keagamaan yaitu: 1) TPQ / TPA

2) Majlis Taklim 3) Mushalla / Masjid 3. Asnaf Muallaf terdiri dari:


(3)

b. Bantuan Masyarakat Dhu’afa 4. Asnaf Ibnu Sabil terdiri dari:

a. Bantuan Beasiswa Berkelanjutan: 1) Siswa SD / MI

2) Siswa SLTP 3) Siswa SLTA

5. Asnaf fi sabilillah terdiri dari a. Bantuan Guru Ngaji b. Bantuan Guru TPQ / TPA

2. Di dalam program beasiswa di BAZDA Kota Tangerang Selatan telah melakukan manajemen yang baik. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan analisa penulis tentang Planning, Organizing, Actuating dan Controlling yang telah dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan ilmu manajemen yang telah ada. Pada perencanaannya koordinator dan pembimbing betul-betul memikirkan dan membahas secara detail tentang kebutuhan, jadwal kegiatan, pembimbingan pada peserta beasiswa sehingga seluruh hal wajib dan yang dibutuhkan oleh para peserta dapat terpenuhi dengan baik dan lancar.

Selanjutnya pengorganisasian BAZDA Kota Tangerang Selatan telah membagi dan menentukan tugas-tugas kepada semua staff program beasiswa. Kemudian pelaksanaanya memberikan motivasi dan bimbingan kepada peserta beasiswanya agar lebih baik lagi dan terakhir pengawasan melakukan pemeriksaan pelaksana kegiatan program beasiswa ini melalui laporan-laporan


(4)

87

yang diterima dari bawahan atau divisi yang diberikan tanggung jawab dalam program beasiswa. Serta telah menerapkan unsur-unsur manajemen Man, Money, Methods, Materials, Machines dan Market yang di singkat dengan 6 M.

B.Saran-saran

1. Untuk BAZDA Kota Tangerang Selatan, diharapkan dapat memberikan beasiswa pendidikan tidak hanya bagi mereka yang bersekolah di SD sampai SLTA aja tetapi agar bisa melanjutkan ke perguruan tinggi juga, karena untuk yang putus sekolah tidak hanya ingin melanjutkan sekolah dari SD sampai SLTA saja tetapi mereka pun ingin melanjutkannya ke jenjang yang lebih tinggi pula yaitu perguruan tinggi.

2. Dari segi pengarahan, di harapkan BAZDA Kota Tangerang Selatan mengadakn mentoring atau bimbingan yang khusus untuk mengarahkan para peserta mahasiswanya untuk menjadi lebih baik lagi

3. Dalam memberi bantuan beasiswa di harapkan BAZDA Kota Tangerang Selatan memiliki sekolahan sendiri agar semua fasilitas yang di berikan kepada peserta beasiswa labih memadai lagi.


(5)

89

Mahasiswa, Jakarta: Gramedia Pustaka Gama, 2001

Arikanto, Suharsimi, Penilaian Program Pendidikan, Yogyakarta: Bina Aksara, 1998 Bariadi, Lili, dkk, Zakat Dan Wirausaha, Jakarta: CED, 2005

Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta: Bumi Aksara, 2004 Eri Sudewo, ManajemenZakat Tinggalkan 15 Tradisi Terapkan 4 Prinsip Dasar,

Ciputat: IMZ,2004

Hafidhuddin, Didin, Zakat Dalam Perekonomian Modern Jakarta: Gema Press, 2002 Hasan, Saud, Manajemen, Pokok-pokok Pengertian dan Soal Jawaban, Yogyakarta:

BPPE, 1989

Hasibuan, Malayu, Manajemen Dasar, Pengertian Dan Masalah, Jakarta: PT. Bina Aksara, 2008

IMZ, Zakat dan Empowering, Jurnal Pemikiran dan Gagasan, 2009

J. Panglaikin dan Hazil Tanzil, Manajemen Suatu Pengantar, Jakarta: Gharlia Indonesia, 1960

Kasmarang, H. Muchtar, BAZDA Kota Tangerang Selatan, Tangerang Selatan: 2011 M. Manullang, Dasar-dasar Manajemen, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1996

Nanih Machendrawati dan Agus Ahmad Safe’i, Pengembangan Masyarakat Islam dari Ideologi Strategi Sampai Tradisi, Bandung Rosda Karya, 2001


(6)

90

Nasution, Mustafa Edwin, Ketua Umum Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia, Seminar Potensi Lembaga Keuangan, Universitas Islam Negeri, Rabu 17 januari 2007

Qadir, Abdurrahman, Zakat Dalam Dimensi Sosial Dan Mahdhah Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001

S. Hasibuan, Asas Dan Kurikulum, Bandung: CV. Jenimar. 1975 Soebani dan Mochtar, , (Surabaya: InsitutDagangMochtar. 1994

Sholeh, Abdul Rasyad, Manajemen Dakwah Islam, Jakarta: Bulan Bintang 1993 Sondang P. Siagian,Fungsi-Fingsi Manajerial, Jakarta: Bumi Aksara, 1992

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, Bandung: CV. Alfabeta, 2009

Wawancara Pribadi dengan Endang saefudin, Drs.K.H,Ketua BAZ Kota Tangerang Selatan, Tangerang Selatan, 26 September

Wiyanto, BPS: Angka Kemiskinan Naik 0,48 Juta Orang, di akses dari http.//m. Inilah.com/news/detail/2061255/bps-angka-kemiskinan-naik-0,48-juta-orang,pada tanggal 2 Januari 2014

Yayat M. Harujito, Dasar-dasar Manajemen, Jakarta: PT. Grazsindo, 2004

Zaini Muchtaram, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, Yogyakarta: Al-amin dan Ikfa, 1996