m. Memiliki kepribadian yang bulat dan utuh sehingga mempunyai
kemampuan dalam menangkap dan menyikapi masalah-masalah mentalrohaniyah yang dirasakan klien.
n. Memiliki pengetahuan dan pengalaman teknis yang dibutuhkan dalam
menjalankan tugas dan profesinya. Adapun syarat yang harus dimiliki pembimbing agama antara lain
sebagai berikut: a.
Bertawakal dan mendasarkan sesuatu atas nama Allah SWT. b.
Sabar, utamanya tahan menghadapi si terbantu yang menentang keinginan untuk diberikan bantuan.
c. Tidak emosional, artinya tidak mudah terbawa emosi dan dapat mengatasi
diri dan si terbantu. d.
Retorika yang baik, sehingga dapat mengatasi keraguan si terbantu dan dapat meyakinkan bahwa ia dapat memberikan bantuan.
e. Dapat membedakan tingkah laku klien yang berimplikasi terhadap hukum
wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram.
25
4. Tugas Pembimbing Agama
Tugas pembimbing adalah membimbing dan mengenalkan kebutuhan atau kesanggupan peserta didik, menciptakan situasi yang kondusif bagi
berlangsungnya proses kependidikan, menambah dan mengembangkan
25
Elfi Mu’awanah Dan Rifa Hidayah, Bimbingan dan Konseling Di Sekolah Dasar, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009, Cet. Ke-1, h. 142.
pengetahuan yang dimiliki untuk disalurkan kepada peserta didik, serta senantiasa membuka diri terhadap seluruh kelemahan atau kekurangannya.
26
Samsul Nizar mengutip pendapat Imam Al-Ghazali, bahwa tugas pembimbing yang utama adalah menyempurnakan, membersihkan,
mensucikan, serta membawa hati manusia untuk selalu mengingat Allah
SWT.
Bagi pembimbing agama, tugas pokoknya adalah membimbing dan mengajarkan pengetahuan agama serta nilai-nilai agama ke dalam pribadi
anak didiknya. Yang menjadi tekanan utamanya adalah mengubah sikap mental anak didik ke arah beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Pembimbing agama harus memiliki beberapa persyaratan khusus, antara
lain kematangan jiwa dan keimanan yang tangguh serta berkemampuan menjadi uswatun hasanah contoh teladan sesuai norma-norma ajaran
agamanya, baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Dalam hal ini,
seorang pembimbing bertugas melaksanakan kegiatan-kegiatan dengan cara:
a. Bekerja sama dengan murid.
b. Bekerja sama dengan orang tua murid.
c. Bekerja sama dengan rekan-rekan seprofesi dan masyarakat.
d. Melakukan promosi dan hubungan dengan orang lain bagi kepentingan
anak bimbingannnya.
27
26
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002, cet. Ke-1, h. 44
27
Umar dan Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan, h. 75
Umar dan Sartono mengutip pendapat Rachel Dunaway Cox yang pernah melakukan studi di Amerika Serikat dan mengambil kesimpulan bahwa tugas
pokok pembimbing adalah sebagai berikut: a.
Melaksanakan koordinasi kegiatan bimbingan di sekolah. b.
Merangsang dan mendidik karyawan sekolah agar memahami dan menghayati pelaksanaan program bimbingan di sekolahnya.
c. Melaksanakan kegiatan bimbingan yang bersifat khusus pada saat
tertentu.
28
Sesungguhnya dalam Islam setiap pembimbing atau konselor berperan atau berfungsi sebagai
“juru dakwah” atau “muballigh” yang mengemban tugas dalam menyampaikan pesan-pesan ajaran Islam ke tengah-tengah
kehidupan umat manusia, baik dalam bentuk individu maupun kelompok, agar diyakini dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan Islam,
pembimbing atau konselor bertugas mengarahkan kliennya agar masuk ke ajaran Islam secara utuh, menyeluruh dan universal.
29
Dalam psikoterapi berwawasan Islam menyatakan bahwa pembimbing mempunyai tugas terhadap kesembuhan, keselamatan dan kebersihan rohani
klien dunia akhirat. Karena aktifitas bimbingan adalah berdimensi ibadah, berefek sosial, dan bermuatan teologis tidak semata-mata bersifat
kemanusiaan.
30
.
28
Umar dan Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan, h. 76
29
M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan Konseling Islam, Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008, h. 158
30
Isep Zainal Arifin, Bimbingan Penyuluhan Islam Pengembangan Dakwah Bimbingan Psikotrapi Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2009, H. 41.
B. Akhlak
1. Pengertian Akhlak
Secara bahasa, pengertian akhlak diambil dari bahasa arab yang berarti: a perangai, tabi’at, adat diambil dari kata dasar khuluqun, b
kejadian, buatan, ciptaan diambil dari kata dasar khalqun. Adapun pengertian akhlak secara terminologis dapat dilihat pada pernyataan
ulama. Para ulama telah banyak mendefenisikan mengenai pengertian akhlak, diantaranya Ibn Maskawaih dalam bukunya Tahdzib al-Akhlak.
Beliau mendefinisikan mengenai pengertian akhlak akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa
terlebih dahulu melalui pemikiran dan pertimbangan. Selanjutnya Imam Al-Ghazali dalam kitabnya
Ihya „Ulum al-Din menyatakan bahwa akhlak adalah gambaran tingkah laku dalam jiwa yang dari padanya lahir
perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
31
Perkataan akhlak dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab akhlak. Bentuk jamak kata khuluq atau al-khulq, yang secara etimologis
antara lain berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabi ’at. Dalam
kepustakaan, akhlak diartikan juga sikap yang melahirkan perbuatan perilaku, tingkah laku, mungkin baik, mungkin buruk.
32
Hal ini dikarenakan bahwa akhlak ditimbulkan sesuai dengan kadar keimanan
31
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam Bandung; PT Remaja Rosdakarya, September 2006, cet. 1, ke-1 h. 151.
32
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008, h. 346.