Ruang Lingkup Ajaran Akhlak
akan membentuk pendidikan keagamaan, diantara nilai-nilai ketuhanan yang sangat mendasar ialah:
1. Iman, yaitu sikap batin yang penuh kepercayaan kepada Tuhan. Jadi
tidak cukup hanya “percaya” kepada adanya Tuhan, melainkan harus
meningkat menjadi sikap mempercayai Tuhan dan menaruh kepercayaan kepadanya.
2. Ihsan, yaitu kesadaran yang sedalam-dalamnya bahwa Allah SWT
senantiasa hadir atau bersama manusia diamanapun manusia berada. Karena Allah SWT selalu mengawasi manusia, maka manusia harus
berbuat, berlaku dan bertindak menjalankan sesuatu dengan sebaik mungkin dan penuh rasa tanggung jawab, tidak dengan setengah-
setengah dan tidak dengan sikap sekadarnya saja. 3.
Takwa, yaitu sikap yang sadar penuh bahwa Allah SWT selalu mengawasi manusia. Kemudian manusia berusaha berbuat hanya
sesuatu yang diridhai Allah SWT, dengan menjauhi atau menjaga diri dari sesuatu yang tidak diridhai-Nya. Taqwa inilah yang mendasari
budi pekerti luhur al-akhlaqul karimah. 4.
Ikhlas, yaitu sikap murni dalam suatu perbuatan, semata-mata demi memperoleh keridhaan Allah dan bebas dari pamrih lahir dan batin,
tertutup maupun terbuka. Dengan sikap ikhlas, manusa akan mampu mencapai tingkat tertinggi nilai karsa batinnya dan karsa lahirnya, baik
pribadi maupun sosial.
5. Tawakal, yaitu sikap senantiasa bersandar kepada Allah SWT dengan
penuh harapan kepadanya dan keyakinan bahwa dia akan menolong manusia dalam mencari dan menemukan jalan yang terbaik.
6. Syukur, yaitu sikap penuh terimakasih dan penghargaan. Dalam hal ini
atas segala nikmat dan karunia yang tidak terbilang banyaknya yang dianugerahkan oleh Allah kepada manusia. Bersyukur dalam hidup,
senantiasa mengharap kepada Allah SWT karena beryukur kepada Allah SWT hakikatnya beryukur kepada diri sendiri, karena manfaat
yang besar akan kembali kepada yang bersangkutan. 7.
Sabar, yaitu sikap tabah menghadapi segala kepahitan hidup, besar dan kecil, lahir dan batin, fisiologis maupun psikologis, karena keyakinan
yang tak tergoyahkan bahwa kita semua berasal dari Allah SWT dan akan kembali kepadanya. Jadi, sabar adalah sikap batin yang tumbuh
karena kesadaran akan asal dan tujuan hidup yaitu Allah SWT. b.
Akhlak terhadap Sesama Manusia
Banyak sekali rincian yang dikemukakan Al- Qur’an berkaitan
dengan perlakuan terhadap sesama manusia. Petunjuk mengenal hal ini bukan hanya dalam bentuk larangan melakukan hal-hal negatif seperti
membunuh, menyakiti badan atau mengambil harta tanpa alasan yang benar, melainkan juga kepada menyakiti hati dengan jalan menceritakan
aib seseorang di belakangnya, tidak peduli aib itu benar atau salah. Di sisi lain Al-
Qur’an menekankan bahwa setiap orang hendaknya melakukan perbuatan secara wajar. Seperti tidak masuk ke rumah orang
tanpa izin, jika bertemu mengucapkan salam, dan ucapan yang dikeluarkan
adalah ucapan yang baik. Setiap ucapan yang ducapkan adalah ucapan yang benar, jangan mengucilkan seseorang atau kelompok lain, tidak
wajar pula berprasangka buruk tanpa alasan, atau menceritakan keburukan seseorang, tidak menyapa atau memanggilnya dengan sebutan buruk.
Tawaduk rendah hati, rendah hati orang yang tawaduk berarti orang yang merendahkan diri dalam pergaulan, Tasamuh tenggang rasa, saling
menghormati, dan saling menghargai sesama manusia. Selanjutnya yang melakukan kesalahan hendaknya dimaafkan, pemaafan ini hendaknya
disertai dengan kesadaran bahwa yang dimaafkan berpotensi pula melalakukan kesalahan. Selain itu pula dianjurkan agar menjadi orang
yang pandai mengendalikan nafsu amarah. Adapun
bentuk-bentuk akhlak
terhadap sesama
manusia diantaranya adalah jujur, ikhlas, amanah, tawadhu, sabar, pemaaf,
penolong, rajin, disiplin, bermanfaat, cerdas, cinta damai, tanggung jawab, sabar, tasamuh, persaudaraan, peduli sosial, dan berbagi.
c. Akhlak terhadap Lingkungan
Yang dimaksud dengan lingkungan di sini adalah segala sesuatu yang di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun
benda-benda tak bernyawa. Adapun bentuk-bentuk perbuatan yang termasuk akhlak terhadap
lingkungan, yaitu dengan peduli lingkungan diantaranya memelihara tumbuh-tumbuhan, menyayangi hewan, menjaga kebersihan, dan
menjaga ketentraman.
Pada dasarnya akhlak yang diajarkan Al- Qur’an terhadap
lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia terhadap
sesamanya dan terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta bimbingan, agar setiap makhluk
mencapai tujuan penciptanya. Karena pada dasarnya, Allah SWT menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi, untuk mengelola
dan mengambil manfaat dari segala sesuatu yang dianugerahkan diberikan Allah SWT di muka bumi ini. Dalam pandangan Islam,
seseorang tidak dibenarkan mengambil buah sebelum matang atau memetik bunga sebelum mekar karena tidak memberi kesempatan
kepada manusia lainnya untuk mencapai tujuan penciptanya. Ini berarti manusia dituntut untuk mampu menghormati proses-proses
yang sedang berjalan, dan terhadap semua proses yang sedang terjadi. Yang demikian mengantarkan manusia bertanggung jawab, sehingga ia tidak
melakukan pengrusakan, bahkan dengan kata lain, setiap pengrusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai pengrusakan pada diri manusia
sendiri. Binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda tak bernyawa semuanya
diciptakan oleh Allah SWT dan menjadi milik-Nya, serta semuanya memiliki ketergantungan kepada-Nya. Hal ini menambah keyakinan seorang muslim
untuk menyadari segala sesuatu yang Allah SWT ciptakan di alam semesta pasti akan kembali kepadanya.
Dari uraian di atas memperlihatkan bahwa akhlak Islam sangat komprehensif menyeluruh dan mencakup berbagai makhluk yang diciptakan
Tuhan. Hal yang demikian dilakukan karena secara fungsional seluruh makhluk tersebut satu sama lain saling membutuhkan. Punah dan rusaknya
salah satu bagian dari makhluk Tuhan akan berdampak negatif bagi makhluk lainnya.
38