Usaha-usaha Pembinaan Militer Budak

29 masyarakat Islam. Keahlian yang mereka bawa kadang cukup menjadikan para budak maupun mawla penguasa-penguasa militer yang diakui. Bukti akan adanya sistem untuk melatih dapat dilihat riwayat seseorang yang hidup sekitar masa tersebut, yakni riwayat tentang diri Ahmad bin Tulun lahir tahun 220 H835 M, menekankan bukan pada latihan militer, tetapi dalam aturan agama. Pendidikan tidak sama dengan pendidikan seorang non-Arab, yang berarti ia mempelajari ilmu-ilmu pengetahuan Islam. Petunjuk yang paling pasti menjelaskan hal ini yakni adanya penggunaan kata atau istilah Istina, bahwa para budak menjalani latihan baru yang lebih sistematik sekitar tahun 204 H820 M. Biarpun kata tersebut dipergunakan di sana-sini sebelum waktu tersebut, kata tersebut muncul lebih sering dalam penjelasan-penjelasan mengenai orang-orang Turki al- Mu’tashim. 36 Ketiga yaitu pengerjaan secara professional yang mulai dari sekitar tahun 205 H820 M cukup kuat. Sejak waktu itu budak-budak bekerja full time, menerima upah tetap dan pakaian lain dari pada yang lain, serta tinggal di daerahtempat yang terpisah, mereka harus mengabdikan dirinya sepanjang tahun. Khalifah al- Mu’tashim menjadikan mereka pengawal keamanan pribadi, selanjutnya, mereka digabungkan ke dalam angkatan tentara kerajaan, dengan keberanian dan kegagahan mereka serta keberhasilan dalam peperangan, maka mereka diberikan pula penghargaan oleh khalifah. Saat itu al- Mu’tashim memberikan pakaian seragam yang indah kepada orang-orang Turkinya; brokat emas dan sutra, ikat pinggang emas dan sutra, kerah baju emas serta hiasan-hiasan lainnya. Dia tidak hanya membuat mereka suatu pandangan yang indah, tetapi 36 Daniel Pippes, Sistem Militer Pemerintahan Islam, hal. 246 30 membikin mereka gampang di bedakan dari pasukan-pasukan lainnya. Dengan dandanan tersebut mereka memakai seragam kerajaan. Jelas mereka serdadu- serdadu yang bernilai tinggi. Pemisahan orang-orang Turki dari pasukan- pasukan lain di samarra’ memberikan petunjuk akhir, bahwa mereka adalah budak-budak militer. Di kota penduduk lainnya, terpisahkan oleh tembok, jauh dari pasar maupun khalayak ramai. Untuk melengkapi “pengasingan” al-Mu’tasim membangun untuk mereka masjid-masjid, tempat-tempat mandi dan sebuah pasar kecil. Dia bahkan mencari budak-budak wanita itu dengan bayaran serta melarang mereka bercerai. Bagian kota ini ada di luar batas daerah yang berpenduduk. Pada waktu naek kejenjang kekuasaan pada tahun 218 H833 M, al- Mu’tasim mendelegasikan sejumlah besar orang-orang Asia Tengah masa-masa pemerintahannya di gemakan oleh nama-nama mereka seperti Ahsnas, Itakh, Bugha al-Kabir, Wasif dan Afsin, yang membela al- Mu’tashim dalam berbagai peristiwa. 37

C. Tugas Pokok Militer Budak

Bicara mengenai tugas militer budak, saat itu para militer budak melaksanakan tugas-tugas penting dan memikul beban yang berat, mereka bertugas sepanjang tahun, membentuk korps elite, menyediakan banyak perwira dan menjulang dengan cepat dalam hirarki militer. Daftar kegiatan mereka tidak dapat diungkapkan pada studi ini; dalam berbagai situasi mereka melaksanakan semua tugas militer yang mungkin dilakukan. Dalam tugasnya militer budak sangat berbeda sekali dengan budak-budak biasa, mereka militer budak saat 37 Foran, FG, The Relation of the Slave and the Client to the Master or Parton in Medievel Islam dalam International Journal of Middle East Studies 2 1991, hal.60. 31 berperang membentuk korps besar dan berperang dalam satuan-satuan budak yang terpisah tidak seperti budak biasa yang cenderung bahu-membahu dengan majikan mereka. Selain itu, cara kerja militer budakpun berbeda mereka cenderung berdiri untuk menunggu dan berkumpul dengan militer budak yang lain, kalaupun mereka segera berpencar untuk melaksanakan tugas, secepat itu pula mereka berkumpul kembali sangat luar biasa budak militer ini. 38 Selain itu, mereka secara bergiliran menjaga setiap kemah dalam jumlah yang diperlukan, begitu pula cara yang dilakukan dengan pelayan pribadi pelayan raja, sehingga mereka tidak senpat berkelompok. Pada masa lampau, sejak hari pertama mereka dibeli hingga kemajuan yang mereka capai selama bertahun- tahun dan diangkat untuk memegang jabatan yang lebih tinggi, para pelayan saat itu telah diorganisasikan dengan efisien seperti pendidikan dan tingkat mereka. 39 Di bawah ini beberapa kutipan langsung afri Daniel yang diambil dari Siyasat namah mengenai karir budak dalam kerjaan tertentu. Dalam kutipan ini saya ambil di kerajaan Samaniah, sebagai gambaran mengenai proses tersebut perlu diperlihatkan. Daniel Pippes mengatakan bahwa: Para pelayan atau pembantu mendapat kenaikan posisi sesuai dengan lamanya mereka menjalankan tugas dan besarnya jasa mereka. Karena itu, setelah seorang pelayan diberi, selama satu tahun ia bertugas sebagai perawat sanggurdi seorang penunggang kuda dengan menggunakan mantel Zandaniji dan sepatu boot dan pelayan ini tidak diizinkan selama satu tahun pertama itu menunggang kuda baik secara sembunyi-sembunyi maupun didepan umum, dan kalau ia 38 Daniel Pippes, Sistem Militer Pemerintahan Islam, hal. 313-314. 39 Ibid., hal. 93-94. 32 kedapatan menunggang kuda ia akan mendapatkan hukuman. Setelah itu ia merampungkan tugasnya satu tahun, pemimpin kemah berbicara dengan kepala rumah tangga istana dan kepala rumah tangga ini memberikan informasi kepada raja, kemudian mereka memberikan kepada pelayan seekor kuda Turki kecil, dengan pelana yang terbungkus kulit. Setelah tugas satu tahun dengan kuda dan cambuk, dalam tahun ketiga ia mendapat ikat pinggang untuk dikenakan dipingganggnya. Pada tahun keempat mereka memberikan kepadanya sebuah tempat anak panah dan sebuah busur yang diikat ketubuhnya ketika ia menunggang kuda. Pada tahun kelima ia memperoleh pelana yang lebih baik dan sebuah kekang yang diberi hiasan bintang di samoing sebuah mantel dan pentung. Di tahun keenam ia diberikan tugas sebagai pembawa mangkuk atau pengangkat air dan ia menggantungkan sebuah gelas berbentuk piala dari pingangnya. Tahun ketujuh ia bertugas sebagai pembawa jubah. Pada tahun kedelapan mereka memberikan kepadanya kemah dan enam belas pasak dan menambah tiga pelayan yang baru dibeli kedalam pasukannya. Mereka menggelarinya pemimpin kemah dan mewajibkannya mengenakan pakaian yang terbuat dari lakan hitam yang diberi hiasan kawat perak dan sebuah mantel jubah yang dibuat dari Ganja. Setiap tahun mereka diberi pakaian yang semakin baik begitu pula hiasan yang dipakainya, disamping posisi dan tanggung jawabnya, hingga ia menjadi pemimpin pasukan dan seterusnya sampai akhirnya ia menjadi kepala rumah tangga. Ketika keserasiannya, keterampilan dan keberaniannya mulai dikenal secara umum dan setelah ia telah melaksanakan langkah-langkah yang sangat baik 33 dan didapati menaruh perhatian penuh terhadap rekan-rekannya di samping setia kepada tuannya, barulah setelah ia berusia tiga puluh lima atau empat puluh tahun, mereka mengangkatnya menjadi amir dan menugaskannya di sebuah propinsi. 40 Selama seribu tahun penuh, yakni sejak awal abad ke 3H9 M hingga awal abad ke 13 H19 M, orang-orang muslim, secara tetap, teratur dan sengaja memperkejakan budak-budak sebagai serdadu. Hal ini terjadi di semua tempat dalam dunia Islam, dan Afrika tengah sampai Asia Tengah, dari Spanyol ke Bengal dalam kurun waktu yang sedemikian panjang yang begitu luas. 41 Berbicara mengenai munculnya pertama kali budak militer dalam Islam, ada dua pertanyaan yang harus dijawab mengenai siapa dan kapan pertama kali terjadinya perbudak militer atau sistem pekerjaannya dan bagaimana hal itu berkembang. pembahasan ilmiah modern semuanya sependapat untuk mengetengahkan nama al- Mu’tashim kedalam usaha untuk memasukkan orang- orang Turki ke dalam angkatan perang dan usahanya untuk mengembangkan perbudakan militer. Dia bertanggung jawab atas kepercayaan yang berlebihan pada suatu bentuk baru dari ketentaraan, sehingga dia telah membuka jalan untuk adanya suatu pengambil alihan kekuasaan militer setelah ia meninggal. Namun dalam hal ini masih ada keraguan, apakah al- Mu’tashim adalah orang pertama kali menggunakan orang-orang Turki atau al- Ma’mun? Dalam kesempatan ini dapat kita sebutkan beberapa pendapat mengenai siapa pertama kali yang memperkejakan serdadu-serdadu budak. Montgomery mengatakan bahwa al- Ma’mun dikatakan sebagai orang yang pertama kali memperkejakan serdadu-serdadu budak dari perbatasan kerajaan, kebanyakan 40 Daniel Pippes, Sistem Militer Pemerintahan Islam , hal. 313-314. 41 Ibid., hal. 93-94.