Keagamaan PERAN MILITER BUDAK PADA MASA PEMERINTAHAN KHALIFAH

47 Inilah yang menyebabkan dia memindahkan ibu kota khilafah dari Baghdad ke Surra Man Raa. 69 Letak kota Sammara adalah di sebelah timur sungai Dajlah atau Tigris yang jauhnya kurang lebih 100 km si sebelah utara kota Baghdad. Dinamakan demikian, sebab setelah kota tersebut selesai dibangun menjadi kota yang indah dan ramai, serta menarik perhatian bagi s iapa saja yang melihatnya. Samara adalah sebuah kota kuno yang dibangun kembali oleh Daulah Abbasiyah, khususnya pada masa Harun ar-Rasyid. Akan tetapi, apa yang diusahakan oleh ar-Rasyid itu belum sempurna, seperti yang dilakukan al- Mu‟tashim putranya. Sebab ar-Rasyid hanya membangun sebuah istana dan menggali Sungai Qathul yang terletak berdampingan dengan kota Sammara. Pada tahun 221835M, kota ini kemudian dibangun kembali oleh al- Mu‟tashim dengan tujuan: sebagai tempat tinggal yang baru istana bagi khalifah, sebagai hadiah untuk Asynas, slah seorang komandan tentara yang berkebangsaan Turki. 70 , untuk menampung orang-orang Turki yang tidak tertampung di Baghdad, di samping karena mereka dibenci penduduk Baghdad, sebab mereka sering mengadakan kerusuhan dan perkelahian. 71 Pada tahun 223 H, al- Mu‟tashim melakukan peperangan ke negeri Romawi. Serangan ini menimbulkan kerugian yang sangat besar di pihak tentara Romawi yang tidak pernah terjadi sebelumnya dan belum pernah dilakukan oleh khalifah manapun. Al- Mu‟tashim telah berhasil menghancurleburkan barisan mereka dan 69 Jalaluddin al-suyuti, Tarikh al- Khulafa’, Juz I, Terj. Samson Rahman Pustaka Kausar: 2000, cet-1 hal. 405 70 Br ockleman, Tarikh al- Syu’ub al-Islamiyah, terj. Nabih Amin Faris dan Munir al- Ba‟labaik, Beirut: Dar al-Ilmi li al-Malayin 1974, cet-4, hal. 210. 71 A hmad Syalabi, Sejarah dan Kebudaan Islam, Terj. Al-Mukkaram Ustad dan Labib Ahmad, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1993 , hal. 195. 48 merobohkan bangunan mereka, serta mampu membuka „Amuriyyah dengan pedang. Pada penyerangan itu sekitar tiga ribu tentara Romawi terbunuh dan sekitar tiga puluh lagi tertawan. Pada saat dia mempersiapkan bala tentaranya untuk menyerang Romawi, orang-orang ahli ramal mengatakan bahwa dia akan terkalahkan karena menurut mereka tahun itu adalah tahun perunggu, namun yang terjadi justru sebaliknya. Kemenangan yang dihasilkan oleh al- Mu‟tashim menunjukkan betapa dia benar-benar piawai dalam berperang. 72 72 Jalaluddin al-suyuti, Tarikh al- Khulafa’, Juz I, Terj. Samson Rahman Pustaka Kausar: 2000, cet-1 hal. 407 49

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam studi ini ini menjelaskan pertanyaan besar mengenai bagaimana peran militer budak pada masa khalifah al- Mu’tashim? Dan jawabannya adalah peran militer budak pada masa tersebut sangat memainkan peranan yang penting, khususnya dalam memadamkan pemberontakan. Berbagai faktor yang telah menyokong tegaknya imperium Abbasiyah yakni kalangan elit imperium dan bentuk- bentuk kulturalnya, sekaligus juga menyokong kehancuran transformasi imperium tersebut. Bahkan kemerosotan Abbasiyah telah berlangsung di saat konsolidasi. Ketika rezim ini sedang memperkuat angkatan militernya dan instansi pemerintahan terjadi beberapa peristiwa yang pada akhirnya mengahru-birukan nasib imperium Abbasiyah khususnya masa pemerintahan khalifah al- Mu’tashim. Beberapa kebijakan yang diambil oleh al- Mu’tashim dalam mengahadapi permasalahan, tampaknya belum bisa membantu sepenuhnya. Ada beberapa hal yang muncul setelah perang saudara terjadi yaitu adanya kebutuhan akan adanya dukungan dari berbagai kalangan dan basis militer yang loyal terhadap al- Mu’tashim. Beberapa pendukung al- Mu’tashim tampaknya tidak sepenuhnya memberikan dukungan bagi pemerintah pada saat itu. Beberapa peristiwa di sini dapat memberikan gambaran yang lebih jelas adanya persaingan dan perebutan kekuasaan dari masing-masing pendukung al- Mu’tashim di antaranya adalah peristiwa pemberontakan Zatti, Babik al-Kharrami,