Landasan Hukum Asuransi Syariah

20 jenis investasi bagi perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi dengan prinsip syariah terdiri dari : 1 Deposito dan sertifikat deposito syariah 2 Sertifikat Wadiah Bank Indonesia 3 Saham syariah yang tercatat di bursa efek 4 Obligasi syariah yang tercatat di bursa efek 5 Surat berharga syariah yang diterbitkan atau dijamin oleh pemerintah 6 Unit penyertaan reksadana syariah 7 Penyertaan langsung syariah 8 Bangunan atau tanah dengan bangunan untuk investasi 9 Pembiayaan kepemilikan tanah danatau bangunan, kendaaraan bermotor, dan barang modal dengan skema murabahah jual beli dengan pembayaran ditangguhkan 10 Pembiayaan modal kerja dengan skema mudharabah bagi hasil 11 Pinjaman polis

3. Operasional Asuransi Syariah

Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia DSN-MUI telah membuat pedoman mengenai asuransi syariah. Dimana pedoman tersebut, khususnya mengenai masalah teknis operasional, secara ringkas dijelaskan sebagai berikut 10 : 10 Desiana Puja Astuti, Analisis Komparasi Penerapan Prinsip Asuransi Syariah Tentang Mekanisme Operasional Pada Asuransi Takaful Keluarga Dan Asuransi Syariah Allianz Life Indonesia, Jakarta: Skripsi UIN Jakarta, 2010, h.37-40 21 a. Akad yang diperbolehkan dalam asuransi syariah adalah akad yang tidak mengandung unsur gharar penipuan, maysir perjudian, riba, zhulm penganiayaan, risywah suap, barang haram dan maksiat. b. Akad dalam asuransi: Akad yang dilakukan antara peserta asuransi dengan perusahaan terdiri atas akad tijarah dan akad tabarru’. Akad tijarah adalah semua bentuk akad yang dilakukan untuk tujuan komersial, sedangkan akad tabarru’ adalah semua bentuk akad yang dilakukan untuk tujuan kebajikan. 1 Akad setidak-tidaknya ada beberapa hal yang harus dibedakan: a Hak dan kewajiban peserta dan perusahaan b Cara dan waktu pembayaran premi c Jenis akad tijarah dan atau akad tabarru’ serta syarat-syarat yang telah disepakati, sesuai dengan jenis asuransi yang diakadkan d Kedudukan para pihak dalam akad tijarah dan tabarru’: 2 Dalam akad tijarah, perusahaan bertindak sebagai mudharib pengelola dan peserta bertindak sebagai shahibul mal pemegang polis 3 Dalam akad tabarru’ hibah, peserta memberikan hibah yang akan digunakan untuk menolong peserta lain yang terkena musibah. Sedangkan perusahaan bertindak sebagai pengelola dana. 22 4 Ketentuan dalam akad tijarah dan tabarru’: a Jenis akad tijarah dapat diubah menjadi akad tabarru‟ bila pihak yang tertahan haknya, dengan sukarela melepaskan haknya sehingga menggugurkan kewajiban pihak yang belum menunaikan kewajibannya. b Jenis akad tabarru‟ tidak dapat diubah menjadi jenis akad tijarah c. Masalah Premi : 1 Pembayaran premi didasarkan atas jenis akad tijarah dan jenis akad tabarru‟ 2 Untuk menentukan besarnya premi, perusahaan asuransi syariah dapat menggunakan rujukan, misalnya tabel mortalita untuk asuransi jiwa dan tabel morbidita untuk asuransi kesehatan 3 Premi yang berasal dari jenis akad mudharabah dapat diinvestasikan dan hasil investasinya dibagi hasilkan kepada peserta d. Masalah Klaim : 1 Klaim dibayarkan berdasarkan akad yang telah disepakati pada awal perjanjian 2 Klaim dapat berbeda dalam jumlah sesuai dengan premi yang dibayarkan 3 Klaim atas akad tijarah sepenuhnya merupakan hak peserta, dan merupakan kewajiban perusahaan memenuhinya 4 Klaim atas akad tabarru’, merupakan hak peserta dan hak perusahaan, sebatas yang disepakati dalam akad 23 e. Masalah Investasi : 1 Perusahaan selaku pemegang amanah wajib melakukan investasi dari dana yang terkumpul 2 Investasi wajib dilakukan sesuai dengan syariah f. Masalah Pengelolaan Dana : 1 Pengelolaan asuransi syariah hanya boleh dilakukan oleh suatu lembaga yang berfungsi sebagai pemegang amanah 2 Perusahaan asuransi syariah memeperoleh bagi hasil dari pengelolaan dana yang terkumpul atas dasar akad tijarah mudharabah 3 Urusan asuransi syariah memperoleh ujrah fee dari pengelolaan dana akad tabarru’ atau hibah.

4. Macam-Macam Asuransi Syariah

Secara umum, terutama ditinjau dari aspek pertanggungan atau tepatnya obyek yang dipertanggungkan, asuransi biasa dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu asuransi jiwa life insurance dan asuransi umum general insurance yang juga lazim dikenal dengan istilah asuransi kerugian. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian, misalnya, tegas- tegas membedakan asuransi ke dalam dua jenis, yakni “asuransi kerugian” dan “asuransi jiwa”. 11 11 M. Amin Suma, Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional, hal. 42