Pengertian Asuransi Syariah Asuransi Syariah

17 perjudian. Dalam investasi dan manajemen dana tidak diperkenankan adanya riba bunga. Ketiga larangan ini, gharar, maisir dan riba adalah area yang harus dihindari dalam praktik asuransi syariah, dan yang menjadi pembeda utama dengan asuransi konvensional. 7

2. Landasan Hukum Asuransi Syariah

Asuransi Syariah merupakan salah satu kegiatan muamalat yang dilakukan oleh manusia. Setiap kegiatan muamalat haruslah memiliki landasan secara syariahnya. Berikut ini adalah dalil-dalil yang melandasi kegiatan asuransi syariah: a. Al-Qur‟an …                   دئا لا 5 : 2 Artinya : “Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa- Nya.” QS. Al-Maidah5 : 2 b. As-Sunnah اك م ؤ لل م ؤ لا ملس و يلع ها لص ها ل س ر ل اق ,ل اق س م با ع ملسم و ر اخ لا اور اضعب ضعب دشي اي ل 8 7 Muhaimin Iqbal, Asuransi Umum Syariah Dalam Praktik, Jakarta: Gema Insani Press, 2005, h.2 8 Muhammad bin Ismail abu „abdallah al-bukhari al-ja‟fi, shahih bukhari, Beirut: Daar ibn Katsir, 1987, juz V.1, h. 182 18 Artinya : “Diriwayatkan dari Abu Musa ra. Ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “ Seorang mukmin terhadap mukmin yang lain adalah seperti sebuah bangunan di mana sebagiannya menguatkan sebagian yang lain.” HR Bukhari dan Muslim Dari segi hukum positif, hingga saat ini asuransi syariah masih mendasarkan legalitasnya pada UU No.2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian yang sebenarnya kurang mengakomodasi asuransi syariah di Indonesia karena tidak mengatur mengenai keberadaan asuransi berdasarkan prinsip syariah. Dalam menjalankan usahanya, perusahaan asuransi dan reasuransi syariah masih menggunakan pedoman yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.21DSN-MUIX2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah. Fatwa tersebut dikeluarkan karena regulasi yang ada tidak dapat dijadikan pedoman untuk menjalankan asuransi syariah. Fatwa dari Dewan Syariah Nasional MUI tidak mempunyai kekuatan hukum dalam hukum nasional karena tidak termaksud dalam jenis peraturan perundang-undangan di Indonesia. Agar ketentuan dalam Fatwa DSN MUI tersebut memiliki kekuatan hukum, maka perlu dibentuk peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pedoman asuransi syariah. Adapun peraturan perundang-undangan yang telah dikeluarkan pemerintah berkaitan dengan asuransi syariah yaitu 9 : 9 Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2007 hal.142-143 19 a. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 426KMK.062003 tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. Peraturan inilah yang dapat dijadikan dasar untuk mendirikan asuaransi syariah sebagai mana ketentuan dalam Pasal 3 yang menyebutkan bahwa “Setiap pihak dapat melakukan usaha asuransi atau usaha reasuransi berdasarkan prinsip syariah …” ketentuan yang berkaitan dengan asuransi syariah tercantum dalam Pasal 3-4 mengenai persyaratan dan tata cara memperoleh izin perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi dengan prinsip syariah, Pasal 32 mengenai pembukaan kantor cabang dengan prinsip syariah dari perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi konvensional, dan Pasal 33 mengenai pembukaan kantor cabang dengan prinsip syariah dari perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi dengan prinsip syariah. b. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 424KMK.062003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. Ketentuan yang berkaitan dengan asuransi syariah tercantum dalam Pasal 15-18 mengenai kekayaan yang diperkenankan harus dimiliki dan dikuasai oleh perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi dengan prinsip syariah. c. Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan Nomor Kep. 4499LK2000 tentang Jenis, Penilaian dan Pembatasan Investasi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi dengan Sistem Syariah. Berdasarkan peraturan ini, 20 jenis investasi bagi perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi dengan prinsip syariah terdiri dari : 1 Deposito dan sertifikat deposito syariah 2 Sertifikat Wadiah Bank Indonesia 3 Saham syariah yang tercatat di bursa efek 4 Obligasi syariah yang tercatat di bursa efek 5 Surat berharga syariah yang diterbitkan atau dijamin oleh pemerintah 6 Unit penyertaan reksadana syariah 7 Penyertaan langsung syariah 8 Bangunan atau tanah dengan bangunan untuk investasi 9 Pembiayaan kepemilikan tanah danatau bangunan, kendaaraan bermotor, dan barang modal dengan skema murabahah jual beli dengan pembayaran ditangguhkan 10 Pembiayaan modal kerja dengan skema mudharabah bagi hasil 11 Pinjaman polis

3. Operasional Asuransi Syariah

Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia DSN-MUI telah membuat pedoman mengenai asuransi syariah. Dimana pedoman tersebut, khususnya mengenai masalah teknis operasional, secara ringkas dijelaskan sebagai berikut 10 : 10 Desiana Puja Astuti, Analisis Komparasi Penerapan Prinsip Asuransi Syariah Tentang Mekanisme Operasional Pada Asuransi Takaful Keluarga Dan Asuransi Syariah Allianz Life Indonesia, Jakarta: Skripsi UIN Jakarta, 2010, h.37-40