Investasi dalam Perspektif Syariah

30 a. Deposito Mudharabah Merujuk kepada Fatwa Dewan Syariah Nasional No.03DSN- MUIIV2000, “Deposito mudharabah adalah simpanan dana berjangka berdasarkan prinsip syariah dengan menggunakan akad mudharabah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. Perbedaan antara deposito yang terdapat di bank konvensional dengan deposito yang terdapat di bank syariah adalah dari hasil investasi yang didapat oleh nasabah. Pada bank konvensional, hasil investasi deposito yang diterima nasabah diperoleh berdasarkan bunga. Sedangkan pada bank syariah, hasil investasi deposito yang diterima nasabah diperoleh dari bagi hasil antara pihak bank dengan nasabah. b. Obligasi Syariah Merujuk kepada Fatwa Dewan Syariah Nasional No.32DSN- MUIIX2002, “Obligasi syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasilmarginfee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.” 22 22 Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi pada Pasar Modal Syariah, Jakarta: Kencana, 2008, h. 87-88 31 Obligasi syariah adalah surat hutang yang dikeluarkan oleh perusahaan kepada investor dengan janji membayar bunga secara periodik selama periode tertentu serta membayar nilai nominalnya pada saat jatuh tempo. Para investor tersebut akan mendapatkan return dalam bentuk suku bunga tertentu yang besarnya sangat bervariasi dan sangat bergantung pada bisnis penerbitnya. 23 Surat hutang yang mempunyai maturity date jatuh tempo lebih dari satu tahun, dilakukan dengan cara membeli obligasi syariah yang .diterbitkan oleh bank syariah dengan nisbah tertentu. Obligasi bisa dikatakan instrument investasi syariah jika memenuhi kriteria sebagai berikut: 1 Bersifat mudharabah yaitu bagi hasil, bagi kontribusi dan bagi resiko. Namun beresiko bisa tidak terjadi karena bersifat revenue sharing. 2 Dikeluarkan oleh perusahaan yang tidak bergerak di industri minuman keras, bank atau lembaga konvensional, perjudian, senjata, hotel dan pornografi. 3 Pengembaliannya didukung dengan penetapan aktiva produktif spesifik atau penempatan bagi hasil operasional spesifik perusahaan yang mengeluarkan obligasi. Hal-hal yang harus dijaga dalam transaksi obligasi syariah di pasar modal syariah adalah sebagai berikut: 23 Muhammad Firdaus NH, dkk, Konsep Dasar Obligasi Syariah, Jakarta: Renaisan, 2005, Cet.1, h.16 32 1 Tidak memperjualbelikan obligasi syariah pada harga diskon ataupun premium sebagaimana obligasi konvensional, karena secara syariat tidak diperbolehkan. 2 Yang diperbolehkan oleh syariat adalah melakukan mekanisme al- hawalah transfer service atau pengalihan piutang dengan tanggungan bagi hasil, dengan kata lain memperjual belikan hanya pada harga nominal pelunasan jatuh temponya. 3 Likuiditas obligasi syariah sangat bergantung kepada fluktuasi. c. Reksadana Syariah UU Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 Pasal 1 Ayat 27, menyatakan bahwa Reksadana adalah wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio Efek oleh Manajer Investasi. 24 Fatwa DSN Dewan Syariah Nasional MUI No. 20DSN- MUIIX2000 mendefinisikan Reksa Dana syariah sebagai Reksa Dana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai milik harta shahib al-malrab al-mal dengan Manajer Investasi sebagai wakil shahib al-mal, maupun antara Manajer Investasi sebagai shahib al-mal dengan pengguna investasi. 25 24 Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi pada Pasar Modal Syariah, Jakarta: Kencana, 2008, h. 109 25 Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi pada Pasar Modal Syariah, Jakarta: Kencana, 2008, h. 117