memiliki kesadaran diri dan komitmen yang jelas terhadap sejumlah pilihan yang telah diambilnya. Individu pada status ini dapat meyakini pilihan yang
diambilnya. Dalam hal memilih pasangan, mereka bertanggung jawab terhadap pasangan yang dipilih sehingga hubungan yang dijalani dapat bertahan lebih lama.
Individu yang memiliki identitas achievement dan moratorium memiliki keintiman yang lebih baik dari pada individu yang memiliki status identitas
foreclosure dan diffusion. Gembeck Patherick 2006 menyatakan bahwa mahasiswa yang mempunyai identitas achievement bersikap lebih terbuka dalam
suatu hubungan, dan dapat menjalin hubungan yang intim dalam jangka waktu yang lebih lama dibanding status identitas yang lainnya. Fitch dan Adam 1983
dalam penelitiannya terhadap 78 orang individu menunjukkan bahwa identitas mempunyai peranan yang penting dalam perkembangan keintiman. Mahasiswa
yang berhasil mencapai status identitas akan memiliki kemampuan keintiman yang lebih baik karena mampu menjalin hubungan yang lebih dekat, dan lebih
bersifat terbuka terhadap pasangan. Bertolak dari latar belakang masalah tersebut di atas, peneliti ingin
mengetahui bagaimana perbedaan keintiman dalam berpacaran ditinjau dari status identitas pada mahasiswa.
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang ingin diketahui pada penelitian ini adalah bagaimana perbedaan keintiman dalam berpacaran ditinjau dari status identitas
yang dimiliki pada mahasiswa.
Universitas Sumatera Utara
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan keintiman dalam berpacaran ditinjau dari status identitas pada mahasiswa.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan dan wacana dalam pengetahuan ilmu psikologi, khususnya dalam bidang psikologi
perkembangan b. Memberikan informasi tambahan dalam melakukan penelitian-penelitian
sejenis di bidang psikologi perkembangan.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah informasi mengenai pentingnya keintiman pada masa dewasa awal yang dapat
dijalin melalui proses berpacaran yang nantinya bertujuan sebagai persiapan untuk hidup berumah tangga.
b. Memberikan gambaran kepada mahasiswa mengenai pentingnya memiliki identitas diri sebelum menjalin keintiman dengan orang lain.
Universitas Sumatera Utara
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut : Bab I Pendahuluan
Bab ini akan dijelaskan latar belakang penelitian tentang perbedaan keintiman dalam berpacaran ditinjau dari status identitas pada mahasiswa, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori
Bab ini akan dijelaskan mengenai pengertian keintiman, kriteria keintiman, kategori keintiman, komponen keintiman, dan faktor-faktor yang mempengaruhi
keintiman. Serta penjelasan mengenai pengertian identitas, pembentukan identitas, status identitas, faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan identitas,
pengertian dewasa awal, tugas perkembangan dewasa awal, teori mahasiswa, perbedaan keintiman dalam berpacaran ditinjau dari status identitas pada
mahasiswa dan hipotesa penelitian. Bab III Metodologi Penelitian
Bab ini akan membahas mengenai identifikasi variabel-variabel penelitian, definisi operasional dari masing-masing variabel penelitian, karakteristik sampel
dan teknik pengambilan sampel, prosedur pelaksanaan penelitian, metode pengumpulan data serta metode analisis data.
Bab IV Analisa data dan interpretasi Bab ini menguraikan gambaran subjek penelitian, hasil utama penelitian,
hasil analisis dan hasil tambahan penelitian.
Universitas Sumatera Utara
Bab V Kesimpulan, diskusi dan saran
Bab ini menguraikan tentang kesimpulan penelitian, diskusi dan saran praktis sesuai hasil dan masalah penelitian.
Universitas Sumatera Utara
BAB II LANDASAN TEORI
A. Keintiman 1. Pengertian Keintiman
Keintiman berasal dari bahasa latin intimus yang artinya terdalam. Erikson dalam Kroger, 2001 mendefinisikan keintiman mengacu pada perasaan saling
percaya, terbuka dan saling berbagi dalam suatu hubungan. Keintiman dapat terjadi karena kita telah mengenal diri kita dan merasa cukup aman dengan
identitas yang kita miliki Erikson dalam Shaffer, 2005. Menurut Erikson dalam Marcia, dkk. 1993 individu yang memiliki kemampuan keintiman akan mampu
berkomitmen pada pilihan yang telah diambilnya walaupun untuk mempertahankannya membutuhkan pengorbanan dan banyak perundingan.
Olforsky dalam Marcia, dkk., 1993 mendefinisikan kemampuan keintiman sebagai kemampuan untuk membentuk dan mempertahankan hubungan yang
intim atau akrab, yang biasanya terlihat dalam bentuk kedekatan, penghargaan terhadap individualitas, keterbukaan, komunikasi, tanggungjawab, hubungan
timbal balik, komitmen dan seksualitas. Seksualitas disini tidak mengacu pada hubungan seks, tetapi lebih kepada kepuasan yang dirasakan individu dalam
berinteraksi dengan orang lain. Levinger dalam Masters, Johnson, Kolodny, 1992 mendefinisikan
keintiman sebagai sebuah proses dimana dua orang saling memberi perhatian
Universitas Sumatera Utara