mengelola rumah tangga, mengambil tanggung jawab sebagai warga negara dan mencari kelompok sosial yang menyenangkan.
Tingkat penguasaan tugas-tugas ini pada tahun-tahun awal masa dewasa akan mempengaruhi tingkat keberhasilan mereka ketika mencapai puncak keberhasilan
pada waktu setengah baya. Tingkat penguasaan ini juga akan menentukan kebahagiaan mereka saat itu maupun selama tahun-tahun terakhir kehidupan
mereka.
D. Mahasiswa
Mahasiswa merupakan responden yang digunakan dalam penelitian ini, oleh karena itu akan dikemukakan teori tentang mahasiswa itu sendiri. Mahasiswa
adalah individu yang telah menyelesaikan Sekolah Menengah Atas dan Memasuki Perguruan Tinggi. Masa mahasiswa meliputi rentang umur dari 1819 tahun
sampai 2425 tahun Winkel,1997. Menurut Hurlock 1999 masa ini termasuk ke dalam masa dewasa awal. Masa dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun sampai
kira-kira umur 40 tahun. Rentang umur mahasiswa ini masih dapat dibagi-bagi atas periode 1819 tahun sampai 2021 tahun, yaitu mahasiswa dari semester I sd
semester IV; dalam periode waktu 2122 tahun sampai 2425 tahun, yaitu mahasiswa dari semester V sd semester VIII Winkel,1997.
Mahasiswa memiliki berbagai permasalahan. Salah satunya masalah yang dihadapinya sebagai mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial, mereka mengalami
apa yang disebut dengan perkembangan psikososial yaitu membentuk hubungan
Universitas Sumatera Utara
yang intim dengan lawan jenis Papalia, 2003. Ditambahkan Antorucci dalam Kail Cavanaugh, 1999 bahwa salah satu kelompok yang tidak lepas dari
masalah percintaan adalah individu yang berada pada tahap perkembangan dewasa awal. Membentuk hubungan intim juga merupakan salah satu tugas
perkembangan yang harus dipenuhi oleh individu yang berada pada tahap perkembangan dewasa awal Erikson dalam Papalia, 2003, sehingga mahasiswa
tidak merasa terasing dan terpisah dalam tahap perkembangan psikososial dewasa.
E. Perbedaan Keintiman Dalam Berpacaran Ditinjau Dari Status Identitas Pada Mahasiswa
Menurut teori psikososial Erikson, individu bergerak melalui delapan tahapan dalam perkembangan kepribadian yang dikarakteristikkan dengan adanya krisis
dan komitmen. Tahap pertama pada masa kanak-kanak kepercayaan dengan ketidakpercayaan, otonomi dengan rasa malu dan keragu-raguan, insiatif dengan
perasaan bersalah, ketekunan dengan rasa rendah diri dan identitas dengan kebingungan identitas. Tiga tahapan yang tersisa dikarakteristikkan dengan
perkembangan kepribadian orang dewasa yang dinamai dengan keintiman dengan keterasingan, bangkit dengan mandeg dan integritas dengan kekecewaan.
Menurut Erikson dalam Adams, 2005, keintiman membutuhkan perkembangan identitas terlebih dahulu. Kita harus mengetahui diri kita barulah
kita dapat berbagi dan memahami orang lain. Mengetahui diri sendiri terlebih dahulu dapat membantu kita dalam menciptakan hubungan yang intim tanpa harus
kehilangan diri kita sendiri dalam prosesnya.
Universitas Sumatera Utara
Identitas menggambarkan transisi yang terjadi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Berdasarkan teori perkembangan identitas, Marcia 1993 membagi
empat status identitas berdasarkan kehadiran dari krisis atau komitmen yang terjadi pada area ideologi yang merefleksikan pendekatan individu dalam konteks
umum yaitu pada pekerjaan, agama dan politik dan area interpersonal yang meliputi peran jenis kelamin, hubungan berpacaran dan hubungan persahabatan.
Penelitian ini berfokus pada area interpersonal tepatnya keintiman dalam hubungan berpacaran. Melalui pacaran, dewasa awal mendapat bekal untuk
memasuki dunia pernikahan. Mahasiswa yang merupakan sekelompok individu yang berada pada masa
dewasa awal, selain memiliki tugas perkembangan untuk menjalin hubungan yang intim dengan lawan jenisnya juga diharapkan sudah mampu untuk menemukan
identitas diri. Marcia 2000, mahasiswa menyelesaikan pencarian identitas dirinya dengan melakukan eksplorasi yang mempertanyakan kembali, mengkaji
dan mendalami berbagai hal mengenai masalah yang menimpanya. Seiring dengan eksplorasi maka mahasiswa melakukan suatu komitmen yaitu penentuan
sikap atau pilihan yang pasti terhadap suatu permasalahan. Akan tetapi, di satu pihak mahasiswa begitu penuh harap, terbuka, bangga, tetapi dilain pihak
mahasiswa dipenuhi ketakutan, keraguan, kecemasan, tidak tahu apa yang dapat , tidak yakin dirinya mampu atau tidak, tidak mengethaui tujuan hidupnya, tidak
mengetahui akan menjadi apa dikemudian hari dan sebagainya. Mahasiswa sering dipenuhi konflik dan tantangan tentang masa depan Aryatmi dalam Kartono,
1985.
Universitas Sumatera Utara
Empat status identitas yang disebutkan Marcia yang pertama yaitu identity diffusion menggambarkan individu yang belum mengalami krisis yaitu mereka
yang belum menjajaki pilihan-pilihan yang bermakna atau membuat komitmen apapun. Individu pada status ini terlihat apatis, kurang terarah dan kurang
memiliki ketertarikan. Kedua, identity foreclosure merupakan individu yang telah membuat suatu komitmen tetapi belum melakukan pencarian exploration.
Ketiga, identity moratorium merupakan individu yang sedang aktif melakukan pencarian, tanpa memiliki komitmen dan ke empat, Identity achievement ketika
individu telah mengalami suatu pencarian dan sudah membuat suatu komitmen. Adapun komitmen yang diambil pada masa ini berdasarkan sejumlah pencarian
yang dilakukan. Tahap penemuan identitas merupakan periode yang berkembang pada masa
remaja. Akan tetapi, identitas tidak hanya berkembang pada masa remaja. Pembentukan identitas merupakan proses yang berkepanjangan. Walaupun
perkembangan identitas yang utama pada masa remaja, Erikson dalam Adams, 2005 mengatakan bahwa pada masa remaja belum mampu untuk mengungkapkan
dan mengekspresikan keintiman. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkannya bahwa seseorang tidak akan mampu untuk mengembangkan
keintiman sebelum mereka mencapai status identitas yang baik. Kegagalan untuk mencapai keintiman sering menghasilkan rasa takut untuk berkomitmen yang
merupakan elemen penting dalam hubungan yang intim. Menurut Erikson dalam Adams, 2005, individu yang mengalami kegagalan
dalam memecahkan masalah dalam krisis perkembangan identitas akan memiliki
Universitas Sumatera Utara
status identitas diffusion. Kegagalan ini nantinya akan menghambat seseorang untuk mencapai tahap perkembangan psikososial yang berikutnya yaitu keintiman
dengan keterasingan. Keempat status identitas yang ada akan mempunyai dampak yang berbeda terhadap keintiman.
Hodgson dalam Marcia, dkk., 1993 mengatakan bahwa pada wanita, keintiman berkembang sebelum identitas berkembang dengan jelas, bahkan pada
area interpersonal. Kenyataannya sebagian besar dari wanita yang memiliki status identitas yang rendah memiliki kemampuan keintiman yang baik. Wanita pada
umumnya lebih baik dalam keintiman daripada identitas. Erikson dalam Marcia, dkk., 1993 menjelaskan bahwa wanita cenderung
untuk mendefenisikan identitasnya melalui sejumlah pencarian yang selektif terhadap pasangan prianya. Sangat sulit bagi wanita untuk mencapai status
identitas achievement tanpa menjalin sebuah hubungan dengan orang lain. Hodgson dan Fisher dalam Adams, 2005 mengatakan bahwa pria
mengembangkan identitas terlebih dahulu dari pada wanita. Alasan penundaan terbentuknya identitas pada wanita adalah dikarenakan wanita terlebih dahulu
mengembangkan keintiman setelah itu mencapai identitas dirinya. Identitas merupakan faktor yang penting dalam perkembangan keintiman seorang pria,
tetapi pada wanita hal ini tidak terjadi. Mahasiswa yang sukses dalam pembentukan identitas diri akan memiliki
kemampuan keintiman yang lebih baik dari pada mahasiswa yang mengalami kegagalan dalam pembentukan identitas diri. Mahasiswa yang memiliki identitas
achievement dan moratorium memiliki kemampuan keintiman yang lebih baik
Universitas Sumatera Utara
dari pada mahasiswa yang memiliki status identitas foreclosure dan diffuse Kaplan, 2000. Gembeck Patherick 2006 menyatakan bahwa mahasiswa
yang mempunyai pencapaian identitas achievement identity bersikap lebih terbuka dalam suatu hubungan, dan dapat menjalin hubungan yang intim dalam
jangka waktu yang lebih lama dibanding status identitas yang lainnya.
F. Hipotesa Penelitian