investigasi kelompok, TGT, dan pendekatan structural yang meliputi Think Pair Share TPS, Number Head Together TGT.
Berdasarkan paparan di atas peneliti menyimpulkan menggunakan
model cooperative learning tipe Student Teams Achievent Divisions STAD dalam penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan
dikarenakan model cooperative learning tipe STAD merupakan model cooperative learning yang cukup mudah diterapkan bagi guru dan sesuai
dengan mata pelajaran IPA.
3. Pengertian Model Cooperative Learning Tipe STAD
STAD merupakan salah satu tipe cooperative learning yang paling sederhana dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi
para guru yang baru menggunakan model cooperative learning. Huda 2013: 201 berpendapat STAD merupakan salah satu tipe cooperative
learning yang di dalamnya beberapa kelompok kecil siswa dengan level kemampuan akademik yang berbeda-beda saling bekerja sama untuk
menyelesaikan tujuan pembelajaran. Sejalan dengan Huda, Abidin 2014: 248 menyatakan bahwa STAD adalah salah satu bentuk cooperative
learning tempat siswa belajar secara berkelompok, berdiskusi guna menemukan dan memahami konsep-konsep. Gagasan utama dari STAD
adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan
oleh guru Slavin, 2005: 12. Cooperative learning tipe STAD menurut Slavin dalam Trianto
2010: 68 menyatakan bahwa siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat
prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa
seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian, seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut, pada saat tes ini
mereka tidak diperbolehkan saling membantu.
Berdasarkan pendapat di atas peneliti menyimpulkan cooperative learning tipe STAD merupakan model pembelajaran kelompok kecil siswa
dengan level kemampuan akademik yang berbeda-beda untuk membahas dan memecahkan masalah secara kolaboratif, namun dalam mengerjakan
tes dilakukan secara individual dan hasil tes mempengaruhi prestasi kelompok.
4. Komponen Utama STAD
Model pembelajaran STAD memiliki beberapa komponen yang perlu diperhatikan, Menurut Slavin 2005: 143-146 terdapat lima komponen
utama dalam STAD, yakni presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim.
a. Presentasi Kelas
Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung
seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukan presentasi
audiovisual. Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar
berfokus pada STAD. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian
penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis
mereka menentukan skor tim mereka. b.
Tim Tim yang terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili
seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, rass dan etnisitas. Dalam kelas dapat disusun menjadi
beberapa tim disesuaikan dengan jumlah siswa. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-
benar belajar, dan lebih khusus lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik yang
paling sering terjadi, pembelajaran itu melibatkan pembahasan permasalahan
bersama, membandingkan
jawaban, dan
mengoreksikan tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan.
Tim adalah komponen yang paling penting dalam STAD. Pada tiap poinnya, yang ditekankan adalah membuat anggota tim
melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu setiap anggotanya. Tim ini
memberikan dukungan kelompok bagi kinerja akademik penting dalam pembelajaran, dan itu adalah untuk memberikan perhatian
dan respek yang mutual yang penting untuk akibat yang dihasilkan seperti hubungan antar kelompok, rasa harga diri,
penerimaan terhadap siswa-siswa mainstream.