tulisan, bahasa yang ringan, sederhana sistematis dan lain sebagainya serta tema tulisan yang diangkat adalah yang membangkitkan rasa keagamaan.
Ini sejalan apa yang dijelaskan alquran:
ﺎ و ﺎ رأ
لﻮ ر ﺎ إ
نﺎ ﻮ
ﻬ
”Kami tidak mengutus seorang rasul pun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada
mereka.” Q.S. Ibrahim: 4
Mengenai metode dakwah Imam Khomeini yang pernah mengirim surat kepada Michael Gorbachev yang menyeru kepada ideologi Islam. Menurut penulis,
Imam melakukan ini karena mencontoh apa yang pernah Nabi Saw lakukan untuk berdakwah kepada kaum yang jauh dengan berkirim surat kepada para pemimpin
negeri itu dengan cara penguraian bahasanya agak mirip dengan pembukaan surat Imam Khomeini. Surat Nabi Saw pada awal muqaddimah pun sering membuka
dengan kata-kata yang santun sebelum masuk pada intinya. Metode dakwah melalui korespondensi juga metode nabi terdahulu dalam
menyebarkan risalah. Termasuk kita bisa mengingat kembali sejarah Nabi Sulaiman yang mengirimkan surat berisikan ajakan kepada Islam melalui burung suruhannya
kepada penguasa Ratu Bilqis.
6. Metode Dakwah kepada Para musuh Islam
Ada beberapa poin penting metode dakwah melawan musuh Islam menurut Imam Khomeini yaitu:
a. Melepaskan diri dari kaum munafik
Mengapa Imam Khomeini mengatakan harus melepaskan diri dari kaum munafik? Menurut penulis, ini ada kaitannya dengan keluhan yang
dilontarkan oleh Imam khususnya perihal kelemahan ulama dan kaum intelektual Islam di saat ini banyak yang munafik dan bercita-cita
menegakkan Islam hanya di mulut mereka saja tanpa implementasi. Dari sini, memang justru kaum munafiklah sebenarnya musuh Islam
yang paling berbahaya. Ia bak musuh dalam selimut yang bisa suatu saat tiba-tiba menusuk kita dari belakang. Karena itu untuk mengenali siapa
mereka yang munafik, kita bisa melihat dari apa yang dijelaskan Rasul Saw dalam sabdanya:
”Karakteristik orang munafik itu ada tiga yaitu bila ia berbicara dusta, bila ia berjanji ingkar, dan bila ia diberi amanat ia khianat.
” al- Hadist
b. Merangkul kaum cendekiawan dan ilmuwan Islam untuk
bersama membela Islam.
Maksudnya, dalam menyusun kekuatan Islam kita bersatu dengan kaum yang berilmu sehingga dengan pikiran cemerlang mereka itu sangat
berarti dalam merencanakan strategi Islam untuk melawan musuh Islam. Merangkul kaum intelektual adalah cara mencari petunjuk
sebagaimana dalam sabda Rasul Saw yang diriwayatkan oleh Al-Mawardi dalam kitab Adabud Dunya Wat Din:
اﻮ ﺪ ﻮﺼ و اوﺪ ﺮ ﺎ ا اوﺪ ﺮ ا
”Mintalah petunjuk kepada orang yang berakal, supaya kamu mendapat petunjuk. Dan janganlah kamu mendurhakainya. Jika kamu
mendurhakainya kamu akan menyesal.”
c. Jangan berhati lembut, berlapang dada, tunduk, dan memberi
peluang turut campur dalam urusan umat kepada para musuh Islam.
Maksudnya, sikap inilah yang sebenarnya yang telah diajarkan Islam dalam melawan musuh Islam. Karena bila kita berhati lemah lembut,
berlapang dada kepada mereka, kita akan tak bisa membendung pergerakan musuh Islam yang hendak menghancurkan Islam baik secara
nyata atau tidak. Firman Allah:
ﺪ لﻮ ر
ا ﺬ او
ءاﺪ أ ﻰ
رﺎ ﻜ ا ءﺎ ر
ﻬ ...
”Nabi muhammad saw ialah rasul allah. dan orang-rang yang bersama dengannya bersikap keras dan tegas terhadap orang kafir yang
memusuhi islam, dan sebaliknya berkasih sayang serta belas kasihan sesama sendiri umat islam.”
Q.S. Al-Fath: 29 Kemudian mengapa Imam Khomeini berpendapat kita jangan memberi
peluang kepada musuh Islam untuk turut campur dengan urusan kita? Menurut penulis ini lagi-lagi sesuai dengan historisitas apa yang telah
dialami oleh Imam Khomeini bahwa sejarah di Iran sebab meletusnya Revolusi Islam Iran adalah karena menyusupnya kaum kafir ke negeri itu
dan berani turut campur dalam semua masalah intervensi sehingga nilai- nilai Islam hampir akan diberangus oleh rezim penguasa Iran saat itu.
Ini pula kiranya kelemahan umat Islam di era menurut penulis. Betapa kita mau diintervensi asing mengorbankan prinsip negara dan agama demi
mendapatkan bantuan dari mereka? Ini banyak terjadi di negeri muslim saat ini, khususnya di negeri kita Indonesia yang mayoritas muslim.
Karena itu perlulah kita bersikap tegas terhadap musuh Islam.
d. Jadikan pusat kajian ilmu Islam sebagai pusat memecahkan