dibutuhkan negara Islam dan banyak menelaah berbagai buku penunjang seperti buku agama, sosial, politik, sains, filsafat, sejarah, sastra, dan lain-
lain.
1
Dari nasihat ini implisit bermakna bahwa Imam memiliki pemikiran bahwa ilmu-ilmu penunjang dakwah penting untuk kesuksesan berdakwah.
Kita pun mengingat strategi Rasulullah dalam berdakwah beliau tak hanya tekun menelaah alquran wahyu yang diturunkan kepadanya, tetapi
Rasul Saw juga mendekatkan strategi bagaimana berperang yang baik kepada para sahabatnya seperti memanah, berkuda, berenang sebagai rangkaian
kegiatan dakwah untuk menyebarkan Islam guna mewaspadai bila tiba serangan musuh.
3. Karakteristik Kepribadian Da’i menurut Imam Khomeini
Karakteristik kepribadian seorang da’i menurut Imam Khomeini adalah: a.
Da’i harus waspada dari sifat cinta dunia
Maksudnya, inilah yang perlu diwaspadai oleh seorang da’i untuk keeksisannya di jalan dakwah. Kilau dunia yang serba memukau dan menggoda
tak akan memengaruhi dan melencengkan niat untuk terus menyeru kepada jalan Allah bila seorang da’i tidak memiliki sifat cinta dunia. Kenikmatan dunia hanya
sekadarnya saja perlu direguk untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani kita.
1
Islamic Cultural Center, Imam Khomeini: Pandangan, Hidup, dan Perjuangan, h. 49
Bagi seorang da’i yang menyeru kepada kehidupan akhirat yang jauh lebih bermakna dan kekal daripada dunia, tak sepantasnya mengejar dunia secara
berlebihan. Sebab bila ini yang telah menjadi cita-cita seorang da’i, maka yang terjadi adalah kerusakan tak hanya menimpa dirinya tetapi juga dunia khususnya
umat Islam. Allah Swt mengingatkan dalam firman-Nya:
نﺎآ ﺪ ﺮ
ﺔ ﺎ ا ﺎ
ﺎﻬ ﺎ
ءﺎ ﺪ ﺮ
ﺎ ﻬ
ﺎهﺎ ﺼ ﺎ ﻮ ﺬ
ارﻮ ﺪ
. “Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang duniawi, maka Kami
segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka Jahannam; ia akan memasukinya
dalam keadaan tercela dan terusir.” Q.S.Al-Isra’: 18
b. Da’i penting hidup dalam kesederhanaan dalam pengamalan sifat zuhud
dan taqwa.
Maksudnya, inilah jawaban untuk menangkal agar seorang da’i tidak memiliki sifat cinta dunia. Sifat zuhud adalah kebalikan dari sifat cinta dunia yaitu sifat
yang tak silau akan dunia. Sedangkan sifat taqwa adalah sifat yang senatiasa mengingat Allah di mana pun kita berada, sehingga dengan ini kita melaksanakan
semua perintahnya dan menjauhi semua larangannya. Dengan hidup sederhana seorang da’i akan tahan banting dan tegar dalam
menghadapi jalan dakwah yang amat panjang dan penuh liku. Kekurangan harta, makanan, dan kondisi susah lainnya tidak akan menjadi penghalang dari semangat
menegakkan kalimat Allah Swt. Sebaliknya, justru terkadang materi yang
berlebih itulah yang menjadi penyebab lemahnya semangat kita dalam tujuan dari jalan dakwah.
c. Da’i mutlak memiliki niat ikhlas dalam segala perbuatannya
Maksudnya, niat ikhlas karena semata mengharapkan keridhaan Allah Swt inilah seyogyanya yang menjadi tujuan utama dari seorang da’i dalam menapaki
perjalanan dakwah. Tidakkah kita ingat bahwa keberhasilan dakwah itu sejatinya adalah atas pertolongan dan keputusan Allah? Jadi pantaskah bila kita seorang
da’i berjalan di jalan Allah dakwah tetapi niat kita bukan untuk Allah Swt?. Dengan niat ikhlas pulalah, seorang da’i tak akan silau akan dunia.
Allah Swt berfirman:
ﺎ و اوﺮ أ
ﺎ إ اوﺪ
ا ﺼ
ﺪ ا ءﺎ
و اﻮ
ةﺎ ﺼ ا اﻮ ﺆ و
ةﺎآﺰ ا ﻚ ذو
د ﺔ ا
.
”Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan ikhlas kepada-Nya dalam menjalankan agama dengan
lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”
Q.S. Al-Bayyinah: 5
d. Dai haruslah selalu membina diri dengan akhlak yang mulia
Maksudnya, seorang da’i sejatinya tetaplah ia manusia biasa lengkap dengan sifat kemanusiaannya yang tetap memiliki nafsu jahat dan baik serta ditambah
dengan godaan dari lingkungan sekitar. Untuk itu, pembinaan diri terus menerus
dengan ilmu pengetahuan guna membiasakan diri bersikap dengan akhlak yang mulia perlu dilakukan sebab seorang da’i akan menjadi panutan bagi mad’unya.
Salah satu cara membina diri dengan akhlak mulia ,da’i bisa berkaca dari kepribadian Rasul Saw, Allah Swt dalam firman-Nya:
ﺪ نﺎآ
ﻜ لﻮ ر
ا ةﻮ أ
ﺔ نﺎآ
ﻮ ﺮ ا
مﻮ او ﺮ ا
ﺮآذو ا
اﺮ آ .
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” Q.S. Al-Ahzab: 21
ﻚ إو ﻰ
ﻈ .
”Dan sesungguhnya kamumuhammad benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
Q.S. Al-Qalam: 4
2. Mad’u menurut Imam Khomeini