Hakikat Dakwah TINJAUAN TEORITIS

D. Hakikat Dakwah

Tugas Islam sebagai Rahmatan Lil Alamin, maka tujuan hidup dan perjuangan hidup kaum muslimin, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok warga masyarakat, warga Negara dan warga dunia, adalah merealisasikan kebenaran ajaran Allah dalam kehidupan pribadi dan kehidupan bermasyarakat dalam segala aspeknya. Bagi setiap muslim, dalam aspek apapun, tujuan itu tidak dapat terlepas dan tujuan hidupnya yang berpedoman kepada Al-Qur-an dan Sunnah Rosulullah. Dari segi arahnya, tujuan hidup yang Islami dapat di perinci menjadi tujuan vertical dan tujuan horizontal. Tujuan vertical adalah kehidupan yang di ridhoi Allah SWT. Dalam surat Al-Qur’an Surah Al-An’am, ayat : 162-163 : dO, a ی;ﺵ: D F , Z 4 , -, ﺹ ?9 - ?, , R; Artinya:”Katakanlah, sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya, dan demikian itulah yang di perintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri kepada Allah.” Dan tujuan horizontal adalah kebahagiaan di dunia dan di akhirat, dalam surah Al-An’am, ayat 156 : 0 Bﺱ M ?C 9, 6 B 8f L D B V 8? 2 9 ` Artinya : “Kami turunkan Al-Quran itu agar kamu tidak mengatakan: Bahwa Kitab itu Hanya diturunkan kepada dua golongan saja sebelum kami, dan Sesungguhnya kami tidak memperhatikan apa yang mereka baca” Dari segi satuan lingkungannya, tujuan hidup Islami adalah : 1. Terwujudnya pribadi yang di ridhoi Allah, yaitu pribadi muslim yang paripurna, yang taqwa kepada Allah SWT. 2. Terwujudnya rumah tangga yang di ridhoi Allah, yaitu rumah tangga yang sakinah yang di liputi mawaddah wa rahmah. 3. Terwujudnya Qaryah lingkungan, kampung, kampus, komplek kerja, dll yang di ridhoi Allah, yaitu qoryah yang kondusif dan layak menerima berkah Allah dari berbagai arah, di sebabkan warganya beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. 4. Terwujudnya negeri yang di ridhoi Allah, yaitu negeri yang baik yang di liputi maghfiroh ampunan Allah. 5. Terwujudnya dunia yang di ridhoi Allah, yaitu dunia yang hasanah yang berkesinambungan dengan akhirat yang hasanah atau baik pula. Ismail R. al-Faruqi dan isterinya Lois Lamya membagi hakikat dakwah Islam pada tiga term: Kebebasan, rasionalitas dan universalisme. Ketiganya saling berkaitan dan melengkapi. 30 Kebahagiaan, ketenangan itulah cita-cita setiap orang. Manusia berusaha untuk menggapainya. Kadang mereka harus berebut kursi, bahkan banyak menghalalkan yang nyata haram. Mereka mengira ketika mencapai tujuan, itulah kebahagiaan. Mungkin benar itu bahagia, tapi sesaat. Pernah ada ungkapan “bahagianya manusia adalah ketika ia menggapai apa yang di inginkannya.” Di sinilah manusia harus memiliki gapaian yang positif, di mana agama memberikan bimbingan spiritual yang transcendental. 30 Ismail R.al-Faruqi dan Lois Lamya, Atlas Budaya Islam, terj.Ilyas Hasan Bandung: Mizan, 1998, cet.ke-Ih.221 Kebebasan sangat di jamin dalam agama Islam, termasuk kebebasan meyakini agama. Objek dakwah harus merasa bebas sama sekali dari ancaman, harus benar- benar yakin bahwa kebenaran ini hasil penilaiannya sendiri. Termaktub dalam Al- Qur’an :”Tak ada paksaan dalam agama. Kebenaran sudah nyata; Barangsiapa menghendaki, biarlah dia beriman; dan barangsiapa tidak menghendaki, biarlah dia kafir…barangsiapa menerima dakwah, maka yang beruntung adalah dirinya sendiri; barangsiapa menolaknya, maka yang celaka adalah dirinya sendiri . QS.2:256, 18:29, 39:41 Jelas, dakwah tidak bersifat memaksa. Dakwah adalah ajakan yang tujuannya dapat tercapai hanya dengan persetujuan tanpa paksaan dari objek dakwah. Dakwah Islam merupakan ajakan untuk berfikir, berdebat dan berargumen, dan untuk menilai suatu kasus yang muncul. Dakwah Islam tidak dapat di sikapi dengan keacuhan kecuali oleh orang bodoh atau berhati dengki. Hak berfikir merupakan sifat dan milik semua manusia. Tak ada orang yang dapat mengingkarinya. Kemudian apa yang di upayakan adalah penilaian, maka dari hakikat sifat penilaian, tujuan dakwah tak lain adalah kepasrahan yang beralasan, bebas dan sadar dari objek dakwah terhadap kandungan dakwah. Ini berarti bahwa jika kesadaran objek dakwah di langgar karena suatu kesalahan atau kelemahannya, maka dakwah juga batal. Dakwah yang melibatkan unsur kelalaian, peningkatan emosi, atau “ekspansi psikopatik” kesadaran, tidak sah. Dakwah bukan hasil sikap atau ilusi, bukan semata penarik emosi sehingga tanggapannya lebih bersifat pura-pura daripada penilaian. Dakwah harus merupakan penjelasan tenang kepada kesadaran, di mana akal maupun hati tidak saling mengabaikan. Keputusannya harus berupa tindak akal diskursif yang di dukung intuisi emosi dari nilai-nilai yang terlibat. Tindak akal diskursif mendisplinkan dan intuisi emosi memperkayanya. Penilaian ini harus menimbang bukti yang mendukung dan menentangnya secara tepat, hati-hati , dan objektif. Tanpa menguji koherensi internal, kesesuaiannya dengan pengetahuan lain, hubungannya dengan realitas, tanggapan terhadap dakwah Islam tidak akan rasional. Dakwah Islam, karena itu, tak dapat dilakukan secara rahasia; karena dakwah ini bukanlah penarik hati. 31 Keuniversalan Risalah Nabi Muhammad adalah untuk semua manusia, bahkan juga jin. Risalahnya berlaku sepanjang masa tanpa batasan ruang dan waktu. Nabi bersabda:” Aku telah di berikan lima hal yang belum pernah di berikan pada para nabi sebelumku .” Beliau menyebutkan salah satu dari lima hal itu adalah, “Nabi sebelumku di utus khusus untuk kaumnya, sedangkan aku di utus untuk semua manusia tanpa kecuali.” H.R.Bukhari. Allah berfirman: “Dan kami tidak mengutus kamu melainkan kepada ummat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. ” QS.Saba :28. 32 Pada dasarnya hakikat dakwah terbagi menjadi 2 dua kelompok besar, yaitu: 1. sebagai aktualisasi fungsi kerisalahan, 2. sebagai upaya manifestasi dari rahmatan lil ‘alamin. 33 1. Fungsi kerisalahan 31 Ibid.,h.221 32 Lihat Said Ali Bin al-Qahtani., h.354 33 AW. Pratiknya Ed, Islam dan Dakwah Pergumulan Antara Nilai dan Realitas Yogyakarta:Majlis Tabligh PP. Muhammadiyah,1988,h.62 Hakikat dakwah sebagai fungsi kerisalahan, berarti upaya penerusan “tradisi profetis” kerasulan Muhammad sebagai pembawa risalah Islam kepada seluruh umat manusia. “Tradisi profetis” tersebut di lakukan oleh umat Islam demi menyampaikan ajaran-ajaran Islam kepada muslim maupun non muslim sebagai upaya sosialisasi nilai-nilai Islam yang fitrah. Sebagaimana di sebutkan di atas bahwa dakwah bagi umat Islam merupakan jiwa dalam memfungsikan kekhalifahannya di dunia, maka kekhalifahan manusia muslim tidak akan memiliki apa-apa manakala sebagai muslim ia tidak melakukan “tradisi profetis” kerasulan Muhammad SAW. Dr. Kuntowijoyo, dalam paradigma Islam, menyebut bahwa “tradisi profetis” ini merupakan pengkondisian situasi historis Nabi ke dalam aktualisasi kehidupan manusia. 34 Dengan demikian, maka aktualisasi fungsi kerisalahan tersebut 2 dua proses transformasi: Pertama, transformasi nilai transformation of value, yaitu proses alih nilai-nilai dari kejahiliahan baik yang terdapat pada agama-agama lain non Islam atau keyakinan lainnya maupun nilai-nilai yang ada paham-paham marxisme, idealisme, materialisme, dan lain-lain kepada nilai-nilai moral universal Islam. Maka dakwah adalah upaya pengembangan manusia kepada tatanan budaya dan peradaban luhur yang di cita-citakan ummat manusia. Kedua , transformasi social transformation of social. Dakwah Islam dalam pengertian transformasi social, bersifat multidimensional. Misalnya dakwah yang di lakukan oleh Nabi Muhammad, dengan membangun kembali masyarakat Arab dari masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat Islami, yang beradab dalam tatanan sosialnya, dari masyarakat yang strukturnya menginjak-injak hak asasi manusia, 34 Dr. Kuntowijoyo, Paradigma Islam Interpretasi Untuk Aksi Bandung:Mizan,1991,h.294 menjadi masyarakat yang menghargai hak-hak asasi manusia . Salah satu kepentingan besar Islam sebadai sebuah idiologi social adalah bagaimana mengubah kondisi masyarakat sesuai dengan cita-cita dan visinya mengenai transformasi social. Dan semua ideology atau filsafat social menghadapi suatu permasalahan pokok, yakni bagaimana mengubah masyarakat dari kondisinya yang sekarang menuju kepada keadaan yang lebih dekat dengan tatanan idealnya. Sebagai sebuah ‘ideologi’ social, Islam juga mendapat teori-teori sosialnya sesuai dengan paradigmanya untuk transformasi social menuju kepada tatanan masyarakat yang sesuai dengan cita-citanya. Oleh karena itu, dakwah Islamiyah sangat berkepentingan terhadap realitas social, bukan untuk di pahami, tetapi juga berkehendak untuk di realitaskan. Maka tidaklah Islami misalnya, jika kaum muslimin bersikap acuh tak acuh terhadap kondisi social masyarakatnya, sementara tahu bahwa kondisi tersebut munkar. 35 Melihat pada pengertian pertama, dakwah sebagai transformasi nilai, maka dakwah tidak lain merupakan proses komunikasi dari komunikator da’i pada komunikan objek dakwah dengan menyampaikan pesan nilai-nilai yang ada dalam ajaran Islam untuk di lakukan sehingga terjadi perubahan perilaku. Adapun pada level sosialnya, proses transformasi nilai Islam yang intinya adalah humanisme-teosentris, bukanlah proses ke jenjang kognitif, afektif, dan psikomotorik pada level individu semata, tetapi juga menjadi keharusan nilai-nilai Islam tersebut berlaku untuk perubahan social. Karena itu perubahan-perubahan social masyarakat yang berlaku semestinya mengacu kepada dimensi fitrah kemanusiaan dan kemasyarakatannya. Firman Allah SWT.: 35 Lihat Dr. Kuntowijoyo, h.337 ?9 B 86 , ﺵ 0 , LI , A;C+ 02 ? 1 ? یی F ?9 02 F 0 ;C W; 6 W0 Artinya :” Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”. 2. Manifestasi Rahmatan Lil ‘Alamin Hakikat dakwah sebagai manifestasi rahmatan lil alamin, berarti supaya menjadikan Islam sebagai sumber konsep bagi manusia di dunia ini di dalam meniti kehidupannya. Artinya, bahwa konsep-konsep Islam tidak sekedar di tujukan bagi ummat Islam semata, melainkan juga untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam. Maka dalam kaitan ini, dakwah meliputi upaya; pertama, menerjemahkan menjabarkan nilai-nilai normatif Islam yang global menjadi konsep-konsep operasional di segala aspek kehidupan manusia, yskni social, budaya, ekonomi, polituk, ilmu pengetahuan, dan tekhnologi. Kedua, mewujudkan konsep-konsep tersebut dalam kehidupan actual, pada level individu, keluarga maupun masyarakat. Dengan demikian, di lihat dari fungsi kerahmatannya, proses dakwah Islamiyah akan menghadapi permasalahan-permasalahan, sejalan dengan perkembangan peradaban manusia itu sendiri yang menyangkut poleksosbud Politik, social, ekonomi, dan budaya dan iptek yang selalu berubah. Sebab di dalamnya terkait pula perubahan nilai terhadap cara pandang manusia terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Permasalahan-permasalahan yang terjadi dan di hadapi ummat manusia dalam pergaulatannya dengan kehidupan, yang kemudian dapat melahirkan cara pandang dan nilai yang harus di terapkannya, tentu tidak dengan sendirinya berjalan kearah nilai-nilai yang di bawa Islam. Meskipun kita akui bahwa segala gerak kehidupan di dunia ini merupakan pemberlakuan akan ayat-ayat Allah dan nilai kefitrahannya, seperti kehendak manusia untuk mengakui adanya Tuhan, kehendak berkasih sayang dan sebagainya. Akan tetapi jika tidak ada moral normatif yang melandasinya, ia akan berjalan di rel yang berkelok-kelok tanpa arah yang pasti. Maka di sinilah dakwah memberikan landasan-landasan moral normatif kepada manusia, untuk di jadikannya sebagi pandangan hidup manusia way of life dalam menata kehidupannya di dunia. Hakikat dakwah sebagai aktualisasi fungsi kerisalahan dan manifestasi rahmatan lil ‘alamin, adalah sebuah kesatuan yang terpadu dan saling terkait. Aktualisasi kerisalahan yang terkandung proses transformasi nilai dan transformasi social, tidak lain menuju kepada cita-cita dan tujuan Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin. Manifestasi rahmatan lil ‘alamin, hendaknya di wujudkan dalam realitas kehidupan sehari-hari oleh para pengemban dakwah Islam, maupun oleh kaum muslimin, baik kepada masyarakat muslim itu sendiri maupun kepada masyarakat non muslim. 36 36 Drs. Samsul Munir Amin, M.A.,Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam Jakarta:Sinar Grafika,2008,h.46 Hakikat pesan dakwah, dengan merujuk pada ayat-ayat Al-Quran sebagai kitab dakwah, dapat di jelaskan secara singkat berikut ini: a. Di antara wujud kebenaran hakiki adalah al-Islam dan syariah, maka pesan dakwah adalah al-Islam atau syari’ah, sebagaimana kebenaran hakiki yang datang dari Allah melalui malaikat Jibril kepada para nabi-Nya, dan sampai kepada nabi terakhir, yakni Muhammad SAW. Pesan dakwah ini dalam Al- qur’an di ungkapkan dengan terma yang beragam yang menunjukkan fungsi kandungan ajaran-Nya, misalnya dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 125 di sebut dengan sabili rabbika jalan Tuhanmu b. Al-qir’an menyebutkan terma Islam sebanyak 28 kali dalam bentuk kata kerja, dan sebanyak 110 kali dalam bentuk kata benda, yang secara eksplisit dalam bentuk kata al-Islam sebanyak 6 kali. Kedamaian, keselamatan, kesejahteraan, ketundukan, dan tata aturan hidup bagi manusia, yaitu sebuah nama bagi ad- din . Adapun kata ad-din itu di sebut al-Qur’an sebanyak 93 kali dalam bentuk 7 bentuk kata benda dan 1 kali dalam bentuk kata kerja c. Sumber utama ajaran Islam sebagai pesan dakwah adalah al-Quran itu sendiri, yang memiliki maksud spesifik, paling tidak, ada 10 maksud pesan al-Qur’an sebagai sumber utama Islam, berikut ini: 1 Menjelaskan hakikat tiga rukun agama Islam, yaitu iman, Islam, dan ihsan , 37 yang di dakwahkan oleh para nabi dan rosul. 37 Dalam terminology Nurcholish madjid, ketiga prinsip dasar dalam Islam ini di sebut Trilogi Uslam 2 Menjelaskan segala sesuatu yang belum di ketahui manusia tentang hakikat kenabian, risalah, dan tugas para rosul Allah. 3 Menyempurnakan aspek psikologis manusia secara individu, kelompok, dan masyarakat. 4 Mereformasi kehidupan social kemasyarakatan dan social politik di atas dasar kesatuan nilai kedamaian dan keselamatan dalam agama. 5 Mengokohkan keistimewaan universalitas ajaran Islam dalam pembentukan kepribadian melalui kewajiban dan larangan. 6 Menjelaskan hukum Islam tentang kehidupan politik Negara. 7 Membimbing penggunaan urusan harta. 8 Mereformasi system peperangan guna mewujudkan kebaikan dan kemaslahatan manusia dan mencegah dehumanisasi. 9 Menjamin dan memberikan kedudukan yang layak bagi hak-hak kemanusiaan wanita dalam beragama dan berbudaya. 10 Membebaskan perbudakan. d. Al-Qur’an menjelaskan Islam sebagai pesan dakwah memiliki karakteristik unik dan selalu masa kini, yaitu: 1 Islam sebagai agama fitrah 2 Islam sebagai agama rasional dan pemikiran 3 Islam sebagai agama ilmiyah, hikmah, dan Fiqhiyah 4 Islam sebagai agama argumentatif hujjah dan demonstratif burhan 5 Islam sebagai agama hati Qalb, kesadaran wijdan, dan nurani dhamir 6 Islam sebagai agama kebebasan huriyah dan kemerdekaan istiqlal 7 Selain yang dikemukakan, Islam juga sebagai agama kedamaian dan kasih sayang bagi seluruh alam rahmatan lil ‘alamin 38 38 Dr. H. Asep Muhidin,MA., Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an Bandung:CV.Pustaka Setia,2002,h.149-150

BAB III BIOGRAFI K.H. SYUKRON MA’MUN

A. Latar Belakang Keluarga dan Masa Kecilnya

Syukron Ma’mun, kelahiran Madura, 21 Desember 1941, beliau berada di lingkungan pendidikan agama yang sangat kuat, dari kakek, ayah keluarga besarnya, semuanya seorang kyai, dan mempunyai kerja sampingan yang sama yaitu pedagang. Suatu kebetulan yang memang sudah di gariskan. Ibunya selain menjadi ibu rumah tangga, juga sebagai seorang guru mengaji al-Qur’an, guru kitab kuning, seperti Safinatussalaam,dll. Ayah beliau bernama K.H. Mahmud Nawawi Alm. Ketika berusia 63 thn.Ibu beliau bernama H.J. Masturoh Almh. Ketika berusia 87 thn. Isteri beliau H.J. Afifah Binti K.H. Noer Salim, juga aktif mengajar di majlis-majlis Ta’lim, setelah lulus dari IAIN Syarif Hidayatullah.

B. Latar Belakang Pendidikan

Pendidikan SD Syukron Ma’mun sama seperti anak-anak pada umumnya, namun SD yang sekarang dikenal Sekolah Dasar, pada era 50-an disebut SR Sekolah Rakyat, beliau SR selama 6 tahun. Beliau tidak hanya terbiasa di pagi hari saja mengenyam bangku sekolah, pada jam 2 siang harus sekolah Madrasah “Miftahul Ulum”. Di lanjutkan Sekolah Menengah Pertama SMP Negeri. Ketika beliau SMP pernah diangkat menjadi PN Pegawai Negeri yaitu menjadi guru SDSR. tetapi karena setelah lulus SMP beliau langsung Pondok pesantren Sidogiri