Pemikiran dan aktivitas dakwah K.H.Syukron MA'Mun

(1)

PEMIKIRAN DAN AKTIVITAS DAKWAH

KH. SYUKRON MA’MUN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos. I)

Oleh

Husnul Khotimah ZA

NIM: 104051001905

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H/2008 M


(2)

PEMIKIRAN DAN AKTIVITAS DAKWAH

K.H. SYUKRON MA’MUN

Skripsi

Di tujukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:

Husnul Khotimah ZA

NIM:104051001905

Di bawah bimbingan

Drs. Wahidin Saputra, M . A.

NIP: 150 276 299

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS

DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H/2008 M


(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skiripsi yang berjudul PEMIKIRAN DAN AKTIVITAS DAKWAH KH. SYUKRON MA’MUN telah diujikan dalam siding munaqosah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 17 Desember 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.SoS.I) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 17 Desember 2008 M

Panitia Sidang Munaqosah

Ketua

Drs. Mahmud Jalal, MA NIP. 150 202 342

Sekretaris

Umi Musyarofah, MA NIP. 150 281 980

Anggota Penguji I

Dra. Hj. Asriati Jamil, M.Hum NIP. 150 244 766

Penguji II

Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA NIP. 150 270 815

Pembimbing

Drs. Wahidin Saputra, MA NIP. 150 276 299


(4)

Lembar Pernyataan

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos. I) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 15 Desember 2008


(5)

ABSTRAK

Dakwah adalah ajakan atau seruan kepada umat manusia untuk menuju kebahagiaan dunia akhirat sesuai dengan pedoman Al-Qur’an dan Hadits. Dakwah hukumnya wajib bagi setiap individu untuk saling menyeru dalam hal kebaikan dan mencegah kepada kemungkaran, secara teoritis aktivitas dakwah bisa berjalan dengan baik jika para dai memenuhi unsur-unsur dakwah. Salah satu unsur dakwah yang terpenting adalah media dakwah sebagai alat Bantu bagi dai dalam menyebarkan peran-peran dakwahnya kepada mad’u. Seiring dengan perkembangan tekhnologi komunikasi, maka media dakwah pun semakin berkembang dan canggih. Konsekuensinya seorang dai harus mampu menggunakannya.

Kegiatan dakwah merupakan suatu aktivitas yang mulia, dimana setiap muslim dapat melakukan amar ma’ruf nahi munkar sehingga dapat tercipta tujuan dakwah yang hakiki, yakni membentuk khaerul ummah. Karena pada dasarnya hakikat dakwah merupakan suatu proses kesinambungan yang ditangani oleh pengemban dakwah untuk mengukuhkan sasaran dakwah agar masuk kejalan Allah.

Begitu juga dengan berfikir merupakan aktivitas yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Selama kesadaran terjadi, selama itu pula aktivitas berfikir berlangsung.

Dari pernyataan di atas penulis tertarik dengan seorang tokoh da’I K.H. Syukron Ma’mun yang menyampaikan dakwah sesuai dengan kadar akal fikir yang di dakwahi, atau istilah lain di sebut likulli maqom maqul, di samping lewat ceramah dan lembaga-lembaga dimana beliau berada, masih pula memiliki pengaruh kuat di dunia politik.


(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Dzat Yang Maha Agung dan Maha Bijaksana, tiada kata yang paling indah yang penulis ungkapkan dengan penuh keikhlasan hati, selain kata syukur serta ni’mat yang tiada henti, atas kehadirat Allah SWT yang selalu senantiasa mencucurkan rahmat, taufik, dan hidayah– NYA, sehingga dengan ridho dan izin – NYA, juga disertai dengan usaha yang sungguh-sungguh akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas yang mulia ini dengan baik.

Lantunan shalawat serta salam tak lupa selalu tercurahkan untuk panutan dan suri tauladan kita, pemimpin akhir zaman ya’ni Baginda Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh dengan ketenangan serta kedamaian. Kesejahteraan dan keselamatan semoga selalu mengiringi keluarga, dan para sahabat-sahabatnya, juga kita sebagai ummatnya semoga mendapatkan syafa’atul ‘uzma dihari akhir nanti.

Dengan taufik dan hidayah dari Allah SWT, serta usaha yang keras yang dilakukan, penulis begitu menyadari bahwa masih sangat jauh dari yang namanya sebuah kesempurnaan, namun berkat doa, bantuan serta dukungan yang begitu banyak dari berbagai pihak, syukur alhamdulillah akhirnya penulis dapat menyusun skripsi hingga selesai dengan judul “Pemikiran dan Aktivitas Dakwah K.H Syukron Ma’mun.”

Dalam kesempatan ini penulis sadar bahwa tidak dapat menghindari keterlibatan banyak pihak dalam penulisan skripsi ini, karena pepatah mengatakan “ al-rajulu ibnu bi ‘atihi ” ( orang itu anak dari lingkungannya ), maka boleh jadi apa yang tertuang dalam skripsi ini tidak lepas dari pemikiran-pemikiran mereka yang terkutip tanpa disadari


(7)

penulis. Motivasi, teguran, semangat serta do’a dan nasehat yang tak pernah mengenal lelah dan bosan hingga skripsi ini terselesaikan dengan baik. Oleh sebab itu, penulis amat sangat perlu untuk menyampaikan ucapan rasa terima kasih kepada :

1. Bapak. Dr. H. Murodi, M.A., sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Drs. Arief Subhan, M.Ag., Pembantu Dekan Satu (PUDEK I) Drs. Mahmud Djalal, M.A., Pembantu Dekan Dua (PUDEK II) dan Drs. Study Rizal, M.A., Pembantu Dekan Tiga (PUDEK III) yang telah memberikan kesempatan yang berharga kepada penulis, sehingga penulis dapat mengaplikasikan dan menuangkan pemikiran-pemikiran dalam karya tulis ini.

2. Bapak. Drs. Wahidin Saputra, M.A., selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing yang tiada henti meluangkan waktunya, memberikan masukan, kritik dan sarannya, serta selalu mengarahkan dan membimbing, juga memberikan dorongan dan semangat kepada penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan hati selama penulisan berlangsung, sehingga penulis dapat menyelesaiakan skripsi ini dengan baik. 3. Ibunda. Umi Musyarrafah M.A., sebagai Sekretaris Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam, yang begitu baik telah memberikan bantuan serta semangatnya kepada penulis.

4. Bapak. Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban, M.A., selaku Dosen Pembimbing Akademik KPI E , yang telah banyak memberikan masukan , saran, semangat, dan perhatiannya juga nasehatnya kepada penulis yang tak ada hentinya dan tak pernah bosannya sehingga penukisan skripsi ini terselesaikan dengan baik,


(8)

semoga kebaikan-kebaikan yang beliau berikan mendapatkan balasan dari ALLAH SWT, amin.

5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang banyak memberikan ilmunya dan yang diiringi dengan kesabaran dalam mendidik penulis selama menuntut ilmu, semoga ini semua menjadi pelajaran juga pengalaman yang baik dan bermanfaat untuk penulis di kemudian hari.

6. Segenap Karyawan, dan staf-staf Fakultas Dakwah dan Komukikasi, juga tak lupa segenap Pimpinan dan Karyawan Pepustakaan dakwah dan Pepustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah, terima kasih sebanyak-banyaknya karena telah memberikan dan menyediakan fasilitas yang begitu banyak dalam bentuk buku-buku untuk dijadikan bahan referensi, sehingga penulis mendapatkan kemudahan dalam penulisan skripsi ini.

7. Yang terhormat Bapak K.H Syukron Ma’Mun, penulis mengucapkan beribu-ribu terima kasih atas kesediaannya menjadi nara sumber dan bersedia meluangkan waktunya disela-sela kesibukannya. Juga kepada Bapak H. Muhammad Faiz L.c., yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh data-data tentang profil dan yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini, penulis tidak dapat memberikan apa-apa dan juga tidak bisa membalas dengan apapun, penulis hanya bisa berdoa semoga Allah SWT jualah yang akan memberikan limpahan kasih sayang serta cucuran rahmat-NYA kepada beliau.

8. Ust. Tibagus Masnun yang telah begitu banyak membantu penulis dalam memperoleh data-data profil sehingga penulis selalu mendapatkan kemudahan hingga skripsi ini selesai, Ust. Ukar Rohali, dan bapak cipto yang selalu


(9)

memberikan bantuan, semangat serta do’anya, serta para Asaatidz tang tak dapat penulis sebutkan satu demi satu, namun semua itu tak mengurangi rasa ta’zim sedikit pun kepada beliau-beliau, yang selalu memberikan nasehat dan doa yang begitu amat banyak, sehingga penulis selalu semangat dan yakin dalam setiap langkahnya selama menjalani proses pembuatan skripsi ini. Semoga Allah selalu memberikan limpahan kasih sayang serta keberkahan nya kepada beliau-beliau. amin

9. Yang paling penulis cintai dan hormati, yaitu Ayahanda H. Zainal Arifin yang telah memberikan kesempatan belajar dari kecil hingga beranjak dewasa, dan yang tiada henti mendoakan serta mendukung penulis dengan penuh kesabaran. Juga tak akan pernah lupa orang yang selalu membuat hati ini bergetar dan membuat air mata ini selalu mengalir ketika kuingat dan ku sebut namanya, Ibunda Hj. Masyithoh (almrhmh) “Allohummagfirlahaa” yang selalu menjadi inspirasi dan semangat dalam setiap langkahku, semoga Allah menempatkanmu ditempat yang terbaik disisi-NYA. Babeh,Ibu…..terima kasih ku ucapkan akan cinta dan kasih sayang yang selama ini kalian berdua berikan, tak akan terbalaskan oleh apapun, pengorbananmu akan terus terukir dihatiku.

10.yang paling penulis sayangi, kakanda Siti Masyrofah, yang telah memberikan kontribusi begitu banyak kepada penulis yang tak dapat kusebutkan, tanpa mengenal kata lelah dan bosannya memberikan dukungan dan semangat juga doa yang tiada henti. Juga kepada adinda Siti Fadhilaturrohmah, yang selalu mendengarkan keluh dan kesah, disaat penulis sedang mengalami kesulitan. Kalian adalah yang terbaik dan anugrah terindah dari Allah SWT untuk menjadi


(10)

bagian dari hidupku, mudah-mudahan Allah selalu memberikan kasih sayang ketentraman dan keberkahan dalam kehidupan kita semua.

11.Untuk mereka, keluarga besarku abang-abang dan mpo-mpo ku yang tak dapat disebutkan satu persatu, yang selalu mencurahkan kasih sayangnya, perhatian yang begitu besar dan do’a yang selalu terucap dari lisan mereka untuk penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini. Semoga segala apa yang kalian berikan mendapatkan pahala yang berlimpah dimata Allah SWT.

12.Sahabat penulis, ukhti (St. Sholeha) yang selalu mendengarkan keluh kesah penulis, yang tidak pernah berhenti memberikan perhatiannya, semangat, dan juga do’a nya. Penulis hanya dapat membalasnya dengan sebuah do’a yang begitu tulus, semoga Allah limpahkan kasih sayangnya untuk ukhti, amin.

13.Teman-teman penulis, yaitu Meong, Lael, Mamend dan Hasan yang telah memberikan bantuan, dukungan, semangatnya, dan juga do’anya serta perhatiannya yang begitu besar kepada penulis selama penulisan skripsi ini berjalan.

14.Rekan-rekan penulis lainnya kelas KPI E angkatan 2004 yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu, tapi tak mengurangi rasa hormat dan ucapan terima kasih yang telah banyak mamberikan pengalaman dalam pergaulan (silaturrahmi). Semoga mereka semua menjadi orang yang bermanfaat untuk kehidupan yang akan datang.

15.Hj. Rose (ka iyong) dan bapak sugi, penulis ucapkan rasa terima kasih yang begitu besar atas doa dan bantuannya yang begitu tulus kepada penulis, semoga Allah akan membalas kebaikan yang kalian berikan, amin.


(11)

16.Tak lupa penulis ucapakan rasa terima kasih banyak kepada pegawai foto copy Panda( Mas Agus) yang selalu membantu dan memberikan semangat nya kepada penulis, juga kepada rental Yobana yang telah begitu baik membantu penulis selama proses pembuatan skripsi ini.

Akhirnya penulis dengan segala kerendahan hati , amat menyadari bahwa skripsi yang telah penulis selesaikan ini masih sangat jauh dari yang namanya sebuah kesempurnaan dan penulis berharap kepada pribadi dan pembaca dari berbagai kalangan bias memberikan saran serta kritikan yang membangun untuk masa depan yang lebih baik.

Jakarta, 15 Desember 2008


(12)

DAFTAR ISI

JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Metodologi Penelitian ... 11

F. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Pemikiran ... 13

B. Pengertian Dakwah ... 22

C. Unsur-unsur Dakwah ... 28

D. Hakikat Dakwah ... 40

BAB III BIOGRAFI K.H. SYUKRON MAKMUN A. Latar Belakang Keluarga dan Masa Kecilnya ... 52


(13)

B. Latar Belakang Pendidikan ... 52 C. Perjalanan dakwah K.H. Syukron Makmun ... 53 D. Karya-karya K.H.Syukron Ma’mun ... 56

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN dan AKTIVITAS DAKWAH K.H.SYUKRON MAKMUN

A. Konsep Pemikiran dakwah K.H.Syukron Makmun ... 58 B. Aktivitas Dakwah K.H.Syukron Makmun ... 74

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 91 B. Saran – saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 93 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia hidup di Negara manapun memiliki budaya yang berbeda-beda, namun hal ini bukanlah penghalang untuk berinteraksi dengan budaya Negara lain dalam konteks Hubungan Internasional. Manusia di beri kebebasan untuk berbudaya, namun tidak serta merta budaya Negara lain di adopsi untuk kemajuan Negara, hal ini perlu di perhatikan, agar budaya asli pribumi tidak terkena dampak budaya negatif Negara lain. Dalam artian bukan semua budaya Negara lain itu negatif, pasti ada segi positifnya.

Sekarang manusia telah masuk abad 20-an dalam sejarah perjalanan dunia, hal ini di tandai dengan berubahnya kondisi dan situasi cara hidup dan gaya hidup. Dahulu manusia masih mengandalkan kemampuan fisik untuk kelangsungan hidupnya. Seperti berladang, berburu, hidup berpindah-pindah serta melakukan peperangan fisik jika terancam dirinya, namun zaman dan sejarah telah membawa manusia berubah dari cara tradisional menjadi modern.

Di Barat, proses dari masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern di sebut sebagai modernisasi. Secara historis, Galileo Galilei di anggap sebagai seorang pahlawan dalam hal modernisasi, ia hidup pada zaman renainsans, abad kelahiran baru. Para pemikir pada saat itu mulai menempatkan diri dalam kebebasan pribadi dan dengan akal sehatnya mendobrak dogma gereja, serta menemukan pemecahan-pemecahan baru dan penemuan baru di bidang ilmiah. David A. Apter berpendapat


(15)

dalam bukunya “Politik Modernisasi” (1987, halaman 46 ): “Bahwa Galileo adalah kemenangan akal, dan akal, yang di terapkan dalam masalah manusia, merupakan landasan modernitas.”1

Industrialisasi adalah proses awal modernisasi, di mulai di Inggris pada abad ke-18 dengan revolusi industri. Sejak itu, gejala ini meluas keseluruh Eropa dan Amerika Utara, yang di kenal sebagai negara maju, sebaliknya di Negara-negara yang sedang berkembang, industrialisasi justru di sebabkan oleh modernisasi dengan bermacam rencana-rencana pembangunan dalam bidang social ekonomi, dan politik.

Modernisasi di Barat sedikit banyak mempunyai dampak kepada sejarah peradaban Islam, khususnya di Indonesia. Kalangan muda dalam gerakan Islam cukup sibuk membahas masalah modernisasi, sejah tahun 1967 atau 1968, ini tampak dari tulisan-tulisan yang di muat di Koran-koran mahasiswa serta diskusi-diskusi yang di selenggarakan, baik terbuka maupun terbatas.2 Para cendikiawan Muslim

Indonesia memandang:

“modernisasi adalah rasionalisasi yang di topang oleh dimensi-dimensi moral yang berpijak kepada prinsip iman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Akan tetapi kita sepenuhnya menolak pengertian yang menyatakan modernisasi adalah westrenisasi, sebab kita menolak westrenisasi.” Pendapat Dawam Rahardjo mengutip pandangan Nurcholish Madjid tentang modernisasi.3

Sedangkan kata modernisasi menurut Nurcholish Madjid memiliki pengertian yang identik, atau hampir identik dengan pengertian rasionalisasi. Itu berarti, proses perubahan pola berfikir dari tata kerja lama yang kurang rasional (aqliyah) dan

1

Pardoyo, Sekularisasi dalam Polemik (Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 1993), h.39.

2

Nurcholish Madjid, Islam Kemoderenan dan Keindonasian (Bandung: Mizan, 1994),h.175-177.

3


(16)

menggantinya dengan pola berfikir dan tata kerja baru yang aqliyah. Hal itu di lakukan dengan menggunakan penemuan mutakhir manusia di bidang ilmu pengetahuan, sebagai hasil pemahaman manusia terhadap hukum-hukum objektif yang menguasai alam, ideal dan materil, sehingga alam ini berjalan menurut kepastian tertentu dan harmonis.

Aspek yang paling mencolok dari modernisasi suatu masyarakat, kelihatannya mulai beralihnya tekhnik produksi tradisional ke tekhnik modern, pandangan ini berdasarkan revolusi industri di Barat. Dalam proses modernisasi, pengikisan pola-pola lama justru sering berakibat pula pada pengikisan nilai-nilai agama terhadap pribadi masyarakat.

Salah satu kemajuan zaman ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi informasi,dan sebagainya. Begitu wajarnya, apabila pada zaman sekarang ini tantangan serata tuntutan dakwah semakin keras dan semakin menjulang tinggi. Pada era informasi ini, di mana lajunya informasi yang dapat kita terima dan serap dari segala atau berbagai penjuru dunia, baik melaui media cetak maupun elektonik, dan bahkan sekarang lebih modern lagi yaitu internet. Yang mana internet ini menyajikan berbagai suguhan, baik yang bermuatan ilmu pengetahuan, hiburan, sampai kepada hal-hal yang negatif. Beragam VCD beredar tanpa sensor, komik-komik, dan novel juga demikian, kemudian tempat-tempat hiburan semakin merajalela, itulah gambaran fakta yang terjadi di era globalisasi ini.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dakwah pun mengalami perubahan makna yang semakin luas serta metodologi yang bervariasi dari kegiatan dakwah melalui tabligh berupa penyampaian ajaran Islam secara lisan


(17)

melaui tulisan yang dikenal dengan istilah dakwah “bil Qalam” yang merupakan bentuk dakwah yang lebih mudah dan sederhana. Kemudian juga metode dakwah melaui dialog antar umat beragama yang merupakan salah satu sarana untuk berdakwah.

Selain itu juga, di zaman sekarang ini muncul berbagai aliran-aliran baru, serta pemikiran-pemikiran yang membuat masyarakat kita menjadi terpecah belah. Artinya, dengan banyak aliran-aliran baru itu keyakinan serta kebudayaan yang selama ini di yakininya itu bisa berubah, dikarenakan mereka masih awam sehingga dengan mudahnya mereka terjerumus oleh aliran-aliran tersebut. Di tambah lagi dengan adanya situs-situs internet, yang mana begitu banyak timbul pemikiran-pemikiran baru yang dengan mudahnya juga masyarakat jadi ikut terbawa. Karena keadaan masyarakat yang selalu identik dengan ilmu pengetahuan tinggi, sudah bisa dipastikan dalam kehidupan sehari-harinya tidak terlepas dari informasi, baik yang datang dari media cetak maupun elektronik. Media cetak adalah media yang berhubungan dengan pempublikasian melalui majalah, buku, Koran, dan lain-lain.

Memang kita harus akui, bahwa segala sesuatu pasti mempunyai sisi positif dan negatif, tergantung kepada manusia yang mempunyai hak prioritas untuk memilih. Oleh karena itu, dengan demikian dituntut para generasi bangsa yang professional, yang mampu menterjemahkan situasi dan kondisi masyarakat yang membenteng dihadapan kita. Untuk itu, mubaligh atau para tokoh ulama harus mampu menghadapi arus globalisasi secara terbuka dengan tidak menutup diri dari hal-hal yang serba baru. Karena, sebagai umat Islam kita harus menantang kemajuan teknologi dengan


(18)

teknik-teknik dakwah yang cermat, teliti, dan harus mampu mengikuti kemajuan zaman modern ini.

Dakwah merupakan aktivitas yang begitu lekat dengan kehidupan kaum muslimin. Begitu dekatnya sehingga hampir seluruh lapisan masyarakat terlibat di dalamnya. Dakwah juga “merupakan kewajiban bagi seluruh muslim yaitu mengajak ke jalan yang ma’ruf dan mencegah segala kemungkaran. Dakwah adalah membina umat manusia serta menyelamatkan mereka dari kesengsaraan dunia dan akhirat.”4

Upaya untuk mensyiarkan dan mengembangkan agama Islam adalah merupakan amanah dan tugas yang mulia. Sebab hal ini pada dasarnya sebagai realisasi dari kandungan Al-Qur’an dan Sunnah. Dalam mensyiarkan dan mengembangkan dakwah tidak cukup hanya dengan kelengkapan konsep saja tetapi dengan menggunakan metode yang bisa di terima oleh mad’unya.

Banyak sekali metode-metode dakwah yang di gunakan para da’I untuk mengajak umat manusia khususnya muslimin dan muslimat menuju jalan keridhoan Allah SWT. Salah satu cara yang khas dalam dakwah adalah ceramah mimbar, yang mungkin inilah satu-satunya cara berdakwah menurut pandangan orang awam. Padahal dakwah bisa di lakukan dengan metode apapun, misalnya melalui perbuatan, pendekatan psikologis dan lain sebagainya, yang terpenting adalah bagaimana caranya agar kapan dan dimanapun berada harus dapat mengingat Allah SWT.

Dengan berbagai fenomena kehidupan, kegiatan dakwah memiliki peranan penting untuk dapat menopang dan akan menemukan kembali aspek yang paling fundamental dalam sebuah kehidupan. Upaya mengajak manusia untuk tetap menjadi makhluk yang baik selalu menghambakan dirinya terhadap Tuhan, yang wujudnya

4


(19)

menjalankan sebuah risalah atau misi yaitu menata kehidupan sesuai yang di kehendaki oleh Allah SWT. Yang akan menjadi kebaikan di dalam kehidupan, terbebas dari siksaan di dunia maupun di akhirat. Begitu juga dengan Islam adalah etika dan kekuatan atau kasih sayang dan keadilan. Islam adalah kebudayaan dan undang-undang, atau ilmu pengetahuan dan peradilan. Islam adalah materi dan kekayaan atau usaha dan kecukupan. Islam jihad dan dakwah.

Makna dakwah adalah segala usaha dan kegiatan yang di sengaja dan berencana dalam wujud sikap, ucapan, dan perbuatan yang mengandung ajakan dan seruan, baik langsung maupun tidak langsung yang di tujukan pada orang perorangan, masyarakat atau golongan supaya tergugah jiwanya, terpanggil hatinya kepada ajaran Islam, untuk selanjutnya mempelajari dan menghayati serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Dakwah juga segala sesuatu yang tidak dapat di pisahkan dari dakwah yang seperti: perekonomian tidak dapat di pisahkan dari dimensi dakwah, tidak bisa di pisahkan politik dari dimensi dakwah, dan juga tidak bisa memisahkan seni, budaya dan kreativitas lainnya sebagai refleksi dakwah, jadi luas sekali makna dakwah, bukan sekedar seorang yang berdiri menyampaikan aspek-aspek tertentu dari ajaran agama Islam. Seorang Buruh juga berdakwah, begitu juga dengan Petani, Perawat, hakim, Jaksa, Polisi, apapun bidang-bidang termasuk mereka yang berada di parlemen eksekutif kalau mereka seorang muslim, wajib baginya melaksanakan tugas dakwah tersebut.

Dari berbagai definisi tentang dakwah itu sendiri meskipun tidak ada yang baku di dalamnya akan tetapi ini tidak akan menghilangkan makna dan tujuan yang pokok


(20)

dakwah yaitu untuk mengajak kepada sesuatu yang lebih baik. Artinya setiap muslim bertugas dan berkewajiban menjadi pengajak, penyeru, atau pemanggil kepada umat untuk melaksanakan Amar ma’ruf Nahi Munkar. Mengajak kepada kebaikan dan meninggalkan kenistaan. 5

Umat Islam yang paling besar dan banyak yang tersebar di dunia itu harus di bina sebaik mungkin dengan akhlak Qur’ani dan keimanan, sehingga terwujudlah akhlakul karimah. Kalau tidak hampir dapat dipastikan, umat Islam ada dalam kejahiliahan, serta dapat melahirkan berbagai macam penyimpangan. Maka mubaligh harus cepat tanggap, dan bagaimana seharusnya menginformasikan dakwah Islamiyah, agar masyarakat lebih kuat dan lebih tekun imannya. Pandangan yang seperti inilah yang juga di jadikan sebagai landasan oleh K. H. Syukron Ma’mun salah satu tokoh dakwah, ulama, bahkan bisa dikatakan “Singa Mimbar” untuk melakukan dakwah di era globalisasi ini. Dengan memanfaatkan globalisasi yang ada, K. H. Syukron Ma’mun mencoba untuk menerima kemajuan tekhnologi komunikasi yang ada, dengan tidak meninggalkan visi, misi, dan tujuan utamanya, yakni dakwah. Aktivitas seorang K. H. Syukron Ma’mun merupakan salah satu tokoh penyebar ajaran Islam yang sukses dengan dakwahnya, dalam berbagai corak pemikiran melalui kebebasan berpikir dengan media demokrasi, social-budaya, agama, dan politik.

K. H. Syukron Ma’mun merupakan sebagian figur di Negara kita tercinta ini, untuk diteladani dalam hal aktivitas dakwahnya, juga dalam pemikirannya. Trik-trik dakwah dan strategi dakwah beliau merupakan suatu hal yang menarik untuk dikaji, sehingga dapat memberikan kontribusi positif bagi kita. K. H. Syukron Ma’mun telah

5


(21)

menunjukkan kontribusi yang signifikan yang berupa pemikiran dalam bidang dakwah Islam.

Tokoh K. H. Syukron Ma’mun ini menarik untuk dikaji karena beberapa alasan :

1. K. H. Syukron Ma’mun seorang aktivis muslim yang memiliki visi dan misi serta orientasi yang jelas dalam bidang social keagamaan. Dilihat dari aktivitasnya dalam bidang dakwah baik dalam dan luar negeri.

2. Bila dilihat dari latar belakang kehidupannya, sejak kecil beliau sudah terjun dalam aktivitas dakwah yang ditunjang dengan khasanah keilmuan dan wawasan serta pengalamannya yang sangat luas.

3. Sebagai praktisi dakwah tidak hanya pandai berkata-kata saja, tetapi juga memiliki ilmu tentang dakwah yang didapatkannya melalui pendidikan formal.

Dengan beberapa alasan tersebut, maka sewajarnya figur K. H. Syukron Ma’mun ditulis karena perannya dalam gerakan dakwah sama dengan tokoh-tokoh agama, da’i-da’i kondang di Indonesia, yang di harapkan bisa di ikuti oleh kader-kader dakwah berikutnya. Dari penjelasan di atas, maka penulis mencoba mengangkat sebuah judul “PEMIKIRAN DAN AKTIVITAS DAKWAH K. H. SYUKRON MA’MUN


(22)

Penulis membatasi tulisan ilmiah ini hanya pada pemikiran dan aktivitas K. H. Syukron Ma’mun dalam perjalanan dakwahnya. Dengan perumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pemikiran dakwah K. H. Syukron Ma’mun ? 2. Apa saja bentuk aktivitas dakwah K. H. Syukron Ma’mun ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Secara Umum

Untuk memberikan penjelasan yang akurat seputar pemikiran serta aktivitas dakwah tokoh agama dalam berdakwah dimasa yang akan datang.

2. Tujuan Secara Khusus

Untuk memberikan penjelasan mengenai pemikiran dan aktivitas dakwah K. H. Syukron Ma’mun.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis

Merupakan salah satu penelitian yang dapat dipakai sebagai pelengkap referensi dan pembanding untuk studi-studi selanjutnya, serta akan menambah jumlah studi mengenai dakwah K. H. Syukron Ma’mun.

2. Manfaat Praktis

a. Kepada pembaca umumnya, penelitian ini di harapkan menjadi bahan motivasi para mubaligh dalam mengkomunikasikan dakwah dengan masyarakat.


(23)

b. Hasil penelitian yang akan penulis lakukan dalam hal ini dapat di gunakan sebagai tindakan praktis untuk memberikan pengetahuan kepada penulis tentang kegiatan dakwah K. H. Syukron Ma.mun di era globalisasi ini.

E. Metodologi Penelitian

Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, metode ini menggambarkan profil KH. Syukron Ma’mun dalam pemikiran dan aktivitas dakwahnya. Penelitian ini dilakukan sebagai penunjang penelitian lainnya. Dengan mengetahui pandangan dan pendapat melalui buku, majalah, Koran, dan lain-lain yang berhubungan dengan judul skripsi yang diangkat oleh penulis. Untuk memperoleh data tersebut, penulis menggunakan :

1. Wawancara

Wawancara atau interview merupakan suatu alat pengumpulan informasi langsung tentang beberapa jenis data. Penulis mengadakan dialog langsung dengan pihak terkait yang berhubungan dengan tema yang diangkat oleh penulis.

2. Studi Dokumentasi

Adalah merupakan tekhnik yang juga di lakukan baik berdasarkan buku, makalah, ataupun sumber literature-literatur lainnya agar data yang di peroleh lengkap dan akurat. Data tersebut adalah data sekunder.

3. Analisis Data

Analisis data yang di gunakan penulis adalah analisa Deskriftif, yaitu di maksudkan menggambarkan dan menjelaskan suatu peristiwa yang menarik perhatian


(24)

peneliti di lapangan, dan titik beratnya pada observasi ini, hanya pada gejala dan mencatatnya sebagai hasil penelitian dan tidak berusaha memanipulasi data.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembahasan skripsi ini, penulis menggunakan beberapa hal tentang sistematika penulisan dengan rincian sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN, terdiri dari : Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, serta Sistematika Penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS, meliputi : Konsep Pemikiran, Pengertian Dakwah, Unsur-unsur Dakwah, serta Hakikat Dakwah.

BAB III BIOGRAFI, K. H. SYUKRON MA’MUN, meliputi : Latar Belakang Keluarga dan Masa Kecilnya, Latar Belakang Pendidikan, Perjalanan Dakwah K. H. Syukron Ma’mun, dan Karya-Karya K. H. Syukron Ma’mun.

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN dan AKTIVITAS DAKWAH K.H.

SYUKRON MA’MUN meliputi : Konsep Pemikiran Dakwah K.H. Syukron Ma’mun, serta Aktivitas Dakwah K.H. Syukron Ma’mun. BAB V PENUTUP, yang mencakup kesimpulan dan saran-saran.

DAFAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(25)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Pemikiran

Dinamika sosio-kultural, akhir-akhir ini sangat di rasakan oleh umat manusia dan telah mewarnai hampir seluruh aspek kehidupan spiritual sebagai potensi rohaniah manusia. Pesatnya dimensi keilmuan yang berhasil menjawab hampir seluruh potensi sumber daya alam dan manusia terutama menjelang berakhirnya abad XX ini, di satu pihak telah berhasil memuaskan sebagai kaum rasionalis. Meskipun upaya penjelajahan dengan ilmu sebagai alat analisis dan tekhnologi sebagai ilmu terapan telah terbukti memberikan hasil konkrit, tetapi proses itu bukan berarti tidak masalah.

Perkembangan dinamisasi kehidupan manusia menunjukkan bahwa sesungguhnya kehidupan manusia adalah dinamis, senantiasa berkembang mengikuti alur kehidupan. Islam di proklamirkan oleh Nabi Muhammad SAW.9571-623 M) di Arabia. Dalam waktu yang relatif singkat, Islam telah berkembang ke wilayah-wilayah sekitar Arabia, dan tidak lama kemudian Islam telah menaklukkan dua kekuatan super power ketika itu, yaitu di belahan Timur kekuatan Persia sebagai pusat perkembangan agama Zoroaster dengan pusatnya di Khurasan, dan di belahan Barat kekuatan Byzantium sebagai pusat perkembangan agama Kristen dengan pusatnya di Constantinopel.6

6

Samsul Munir Amin, Dinamika Perkembangan Dakwah Islam (Perspektif Historis), dalam jurnal Al-Qalam, Edisi 5/2/1997,h.21


(26)

Lodrop Stoddart, dalam The new world of Islam menggambarkan perkembangan Islam: “Bangkitnya Islam barangkali satu peristiwa yang menakjubkan dalam sejarah manusia. Dalam tempo seabad saja, dari gurun tandus dan suku bangsa terbelakang, Islam telah tersebar hampir menggenangi separoh dunia; menghancurkan kerajaan-kerajaan besar, memusnahkan beberapa agama besar yang telah di anut berbilang zaman dan abad, mengadakan revolusi berfikir dalam bangsa-bangsa, dan sekaligus membina suatu dunia baru, dunia Islam.” 7

Berfikir merupakan aktifitas yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Selama kesadaran terjadi, selama itu pula aktivitas berfikir berlangsung. Objek pemikiran pun sangat luas, seluas wilayah jagad raya ini. Untuk itu, otak yang di pandu nilai, ibarat pengembara di padang luas berjalan tanpa arah, tentu saja lebih mungkin tersesat daripada selamat. Atas dasar itu, akal manusia perlu metode dan arah dalam berfikir. Ketika Islam menyinggung aspek pemikiran, bukan berarti ia memasung potensi nakal pikiran, namun mengarahkan dan membimbingnya menuju hidup yang maslahat. Bagaimana berfikir Islami adalah upaya menjelaskan hakikat rambu-rambu, dan arah berfikir agar sesuai dengan kaidah ilmiyah obyektif, dan itu berarti sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Dalam kamus umum Bahasa Indonesia kata “pikir” mempunyai arti, (1) akal budi, ingatan, angan-angan : dan (2) kata dalam hati, pendapat (pertimbangan). Sedangkan kata “berpikir” diartikan menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu, menimbang-nimbang dalam ingatan. “memikirkan” artinya mencari daya upaya untuk menyelesaikan sesuatu dengan menggunakan akal budi. “pemikiran” adalah cara atau hasil pikir. Karena kata “pikir” berasal dari bahasa arab Fikr lahir pula Tafkir (dari Fakkara – Yufakkiruu-), yang

7


(27)

artinya “memfungsikan akal dalam suatu masalah untuk mendapatkan pemecahannya.8

Toha Jabir Alwani 1989 mengatakan bahwa dalam Al-Qur’an, kata Fikr tidak disebut dalam bentuk isim (kata benda), tetapi dalam bentuk Fiil (kata kerja) yakni

Fi’I madhi (telah terjadi) dan Fi’I mudhori (sedang dan akan terjadi : kontinu) serta dalam sighah mukhatab (bentuk orang kedua) dan ghaib (orang ketiga). Misalnya

fakara, tatafakkarun. Dalam bahasa Arab Fi’I senantiasa menunjukkan atau mengandung adanya dua hakikat yakni perbuatan itu sendiri dan pelakunya, sehingga dalam kata fakkara tersebut ada fikr (perbuatan berfikir) dan ada mufakir

(pemikirnya). Disamping itu, kegiatan berpikir termasuk yang memerlukan objek yang difikirkan.9

Ada beberapa pendapat atau pengertian yang dikemukakan oleh para ahli pikir. Tidak ada perbedaan yang mendasar di antara mereka, definisi atau ta’rif itu sebagai berikut.

Pemikiran atau berpikir adalah kata benda dari aktifitas akal yang ada didalam diri manusia, baik kekuatan akal berupa kalbu, roh, atau zin, dengan pengamatan atau pendalaman untuk menemukan makna yang tersembunyi dari persoalan yang dapat diketahui, maupun untuk sampai pada hukum atau hubungan antar sesuatu. Menurut Ibnu Kholdun 1986, berpikir atau pikir ialah penjamahan bayang-bayang yang telah diindra -ini dibalik perasaan- dan aplikasi akal didalamnya untuk membuat analisis dan sintesis.( Ibnu Khaldun, 1986 ).

8

Abu Azmi Azizah, Bagaimana Berfikir Islami,(Solo:Era Intermedia,2001),h.43-44

9


(28)

Muhammad Imarah ( 1994 ) mengatakan bahwa “pemikiran” secara termonologis adalah pendayagunaan pemikiran terhadap sesuatu dan sejumlah aktivitas otak, berupa berpikir berkehendak, dan perasaan yang bentuk paling tingginya adalah kegiatan menganalisis, menyusun dan mengkoordinasi.

Dari beberapa makna dan pengertian berpikir tersebut, kita dapat mengetahui bahwa dalam berpikir terdapat beberapa hal, yaitu; (1) adanya kegiatan atau aktivitas akal budi yang berupa pengamatan, perenungan, analisis, dan sintesis; (2) adanya “sarana” yang berupa indra, akal, dan hati (roh); (3) adanya sesuatu yang telah diketahui; dan (4) adanya sesuatu yang akan diketahui atau dihasilkan berdasarkan hal-hal yang telah diketahui.10

Dalam kamus umum Bahasa Indonesia karya WJS.Purwodarminta, kata

pemikiran berarti abstraksi seseorang terhadap sesuatu. Atau lebih jauh, pemikiran di artikan sebagai konsepsi, pandangan, nalar akal seseorang atas suatu hal.

Dapatlah kita sedikit mencerna dan memahami bahwa pemikiran adalah sebuah pendaya gunaan otak menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu; menimbang-nimbang dalam ingatan. “Memikirkan” artinya mencari daya upaya untuk menyelesaikan sesuatu dengan menggunakan akal budi. “Pemikiran” adalah cara atau hasil pikir.

Manusia terlahir di dunia telah dilengkapi dengan berbagai unsur yang sekaligus merupakan potensi yang sangat penting bagi diri dan kehidupannya. Secara garis besar, manusia terdiri dari jasmani dan rohani. Manusia telah di bekali dengan berbagai potensi, berupa indra, akal fikiran, dan hati.11 Potensi yang lain adalah kejahatan dan taqwa yang Allah ilhamkan kepadanya.

10

Ibid.,h.45

11

Dalam Al-Qur’an, indera diwakili dengan pendengaran dan penglihatan dua sarana yang secara efektif dapat mengakses informasi dan langsung berkait dengan pemikiran.Akal fikiran dan hati diwakili oleh fuad dan Qalb


(29)

Dengan indranya, seseorang dapat mengetahui atau menangkap sesuatu fenomena, atau peristiwa yang ada di sekitarnya. Termasuk di dalamnya makhluk hidup, khususnya manusia itu sendiri dengan segala tingkah laku dan kompleksitasnya. Apa saja yang di indra, secara otomatis akan di proses atau di transformasikan ke otak sebagai input. Otak memproduksi input itu dalam ingatan, mengimajinasikan, membandingkan, menyeleksi, dan mengombinasikan dalam bentuk yang baru, dengan proses seperti itu secara continue, akan diperoleh suatu pendapat, teori, hukum-hukum atau ilmu pengetahuan yang dapat dimanfaatkan untuk memecahkan problem kehidupannya.

Oleh karena itu, berfikir sesungguhnya suatu kebutuhan insani yang tak terelakkan untuk tumbuh dan berkembang, yang sekaligus merupakan kebutuhan akan aktualisasi fitrahnya. Tegasnya, manusia tidak dapat lepas dari berfikir seberapapun intensitas dan kuantitasnya.

Manusia diberikan kelebihan dari makhluk-makhluk yang Allah telah ciptakan, yaitu akal, maka sesuai dengan potensi yang dimiliki manusia, di jadikan sebagai suatu anugerah yang besar dan harus di manfaatkan dan di aktualisasikan secara benar. Ada makna yang tersurat dan tersirat dari alam dan Al-Qur’an, di sinilah manusia di anjurkan untuk merenungkan tanda-tanda kebesarannya, baik berupa ayat-ayat dan melalui perantara alam semesta ini dalam bentuk yang konkrit.

Dengan demikian, bagaimana manusia berfikir mengaplikasikannya dalam bentuk dakwah, yaitu menyeru kepada jalan kebenaran yang telah diperintahkan Allah SWT, dan meninggalkan apa yang menjadi larangan-NYA.Dakwah merupakan satu bagian yang pasti ada dalam kehidupan setiap muslimin, dalam ajaran Islam


(30)

dakwah merupakan suatu kewajiban yang dibebankan agama kepada pemeluknya. Dengan demikian, dakwah bukanlah semata-mata timbul dari pribumi/golongan, walaupun aktivitas ini di khususkan pada satu golongan/individu ( thaifah ) yang melaksanakannya. Islam sendiri adalah sebagai nama sebuah agama disebut juga sebagai “dakwah”. Artinya agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif dalam melakukan dakwah bahkan bisa di katakan bahwa mundurnya Islam sangat bergantung pada kegiatan dakwah yang dilakukannya.

Potensi yang sempurna dalam diri manusia memang tidaklah mudah untuk mempraktekkannya, namun Allah SWT memberikan pegangan, petunjuk, serta pedoman agar dakwah dapat berhasil dan pemikiran manusia tidak membelok dari sumber-sumber pedoman itu, antara lain:

1. Al-Qur’an

Al-Qur’an mengharuskan manusia untuk berpikir, merenungi dan mengelola alam semesta serta memanfaatkannya bagi kemaslahatan diri kita dan kehidupan manusia pada umumnya, karena alam semesta ditunjukkan kepada manusia untuk di kelola, maka tidaklah heran manusia di sebut sebagai khalifah fil ardh, yang harus menjaga kehidupan dan kemakmuran bumi.

!" #$%& '() * +",

-ی,

/- ی

0

!" * ' 1 /2!, 3/&4) 5 6-! 4!, 78 / '

9 & :


(31)

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “ Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata : “ Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman : “ Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”(QS. Al-Baqarah : 30)

Menurut Ustman Najati (1985), Allah SWT telah memberi dorongan kepada manusia untuk memikirkan alam semesta, mengadakan pengamatan, merenungkan pencipaan langit dan bumi serta apa saja yang ada didalamnya.

Akal merupakan rahmat serta karunia yang tak ternilai harganya, dan ini merupakan sumber kekuatan yang dapat menyingkap sisi kehidupan dan berbagai macam pemikiran, serta menentukan derajat manusia tinggi atau rendah di sisi Allah SWT.

Mengenai dakwah dalam Al-Qur’an, dapat di ambil sebuah ayat yang berkenaan pula dengan masalah ini. Ayat itu berbunyi :

;#<&

9 < , =,; & ) 9,; > 1 ?< @ ;

A ? ;

0B<C

# D B#

E

7 , F ) 9 < G ,

9 < G& 0 < 0 ? ;

9

9 2ﺱ

0E;IC ,

Artinya :

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka,


(32)

di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Imran : 110)

2. Al – Hadist

Selain ayat-ayat Al-Qur’an, yang menjadi sumber dakwah ada pula yaitu hadist-hadist Nabi s.a.w yang shahih dan diriwayatkan oleh orang-orang yang shahih dimana menjelaskan akan kewajiban umatnya untuk berbuat baik dan mencegah perbuatan yang dilarang, antara lain :

a. Hadist Riwayat Imam tirmizi ; Dari Khudzaifah ra. Dari Nabi bersabda; “Demi dzat yang menguasai diriku, haruslah kamu mengajak kepada kebaikan dan haruslah kamu mencegah perbuatan yang mungkar, atau Allah akan menurunkan siksa-Nya kepadamu kemudian kamu berdo’a kepada-Nya di mana Allah tidak akan mengabulkan permohonanmu”. (HR. Tirmidzi)

b. Hadist Riwayat Imam Muslim ; Dari Ali Sa’id Al-Khudhariyi ra. Berkata; aku telah mendengar rasulullah bersabda; barang siapa diantara kamu melihat kemunkaran, maka hendaklah mencegah dengan tangannya (dengan kekuatan atau kekuasaan) ; jika ia tidak sanggup dengan demikian (sebab tidak memiliki kekuatan dan kekuasaan) ; maka dengan lidahnya; dan jika (dengan lidahnya) tidak sanggup, maka cegahlah dengan hatinya, dan dengan demikian itu adalah selemah-lemahnya”. (HR. Muslim)

Selemah-lemahnya keadaan seseorang, setidak-tidaknya ia masih tetap berkewajiban menolak kemungkaran dengan hatinya, kalau ia masih dianggap


(33)

Allah sebagai orang yang masih memiliki iman, menolakan kemungkaran dengan hati tempat bertahan yang minimal, benteng penghabisan tempat berdiri.12

Kedua hadist diatas didahului dengan sebuah sumpah Nabi yang menunjukkan, bahwa manusia hanya mempunyai dua alternatif jalan yaitu

berbuat amal ma’ruf atau nahi munkar, dengan kata lain jika tidak melaksanakan perbuatan baik, maka malapetaka menghampiri mereka dan permohonannya tidak akan dikabulkan. Lebih jauh, perlu diingat jika Allah telah murka kepada umat yang membiarkan saja kemungkaran, terkena malapetakanya bukan orang perorangan, tetapi umat secara keseluruhan.

3. Sejarah hidup para sahabat dan fuqoha

Dalam sejarah hidup para sahabat-sahabat besar dan para fuqoha cukuplah memberikan contoh baik yang sangat berguna bagi juru dakwah. karena mereka adalah orang yang expert dalam bidang agama. Muadz bin Jabal dan para sahabat lainnya merupakan figur yang patut dicontoh sebagai kerangka acuan dalam mengembangkan misi dakwah.

4. Pengalaman

Experince is the best Teacher, itu adalah motto yang punya pengaruh besar bagi orang-orang yang suka bergaul dengan orang banyak. Pengalaman juru dakwah merupakan hasil pergaulannya dengan orang banyak yang kadangkala dijadikan reference ketika berdakwah.13

B. Pengertian Dakwah

12

M.Natsir, Fiqhu Dakwah,(Semarang:Ramadhani,1984),h.113

13


(34)

Dalam buku ensiklopedi Islam, kata dakwah adalah kata dasar atau

masdar. Kata kerjanya adalah da’a, yang mempunyai arti memanggil, menyeru, atau mengajak. Setiap gerakan yang bersifat menyeru, atau mengajak, dan memanggil orang untuk beriman dan taat pada perintah Allah SWT. Sesuai garis kaidah, syariat, dan akhlak islamiyah.14

Menurut Jum’ah Amin abdul aziz, makna dakwah secara bahasa mengandung beberapa arti: 1. An-nida atau panggilan. 2. Menyeru. 3. Menegaskan atau membela. 4. Suatu usaha berupa perkataan atau perbuatan untuk menarik manusia kesuatu aliran atau agama tertentu. 5. Memohon dan membantu atau berdo’a.15 Dalam kamus

Bahasa Indonesia kontemporer dakwah mengandung arti “penyiaran agama Islam di kalangan masyarakat berikut seruan untuk mengamalkan ajaran agama”.16

Dakwah yang semula hanya berarti memanggil atau mengajak kepada sesuatu, dalam pengertian khusus berarti mengajak kejalan Allah (ud’u lil sabili rabbika). Artinya mengajak seseorang atau sekelompok orang untuk berIslam, memeluk agama Islam dan mengamalkannya. Disini dalam proses dakwah terjadi relasi interaktif yang kreatif, dinamis, dan inovatif antar individu atau kelompok orang yang mendakwahi (da’i). Allah SWT. Yang menentukan dakwah. Proses ini di harapkan dapat menimbulkan perubahan positif kearah yang lebih Islami.17

14

Ensiklopedi Islam (Jakarta:Ichtiar Can Hoeve, 1999),h.280

15

Jum’ah Amin Abdul Aziz, Fiqih Dakwah Prinsip dan Kaidah Asasi Dakwah Islam (Surakarta:Era Intermedia,2000),h.24-25

16

Peter Salin dan Yeni Salam, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Edisi II (Jakarta:Modern Eanglish Press,1995),h.31

17


(35)

Salah satu karakter dakwah Islamiyah adalah komprehensif, yaitu dakwah yang bersifat menyeluruh, menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia, sesuai dengan watak dan ajaran Islam itu sendiri.18

Sedangkan Endang Saefudin lebih jauh membagi dakwah dalam arti terbatas dan luas. Dakwah Islam dalam arti terbatas; Penyampaian Islam kepada manusia baik secara lisan maupun tulisan, ataupun secara lukisan (panggilan,seruan dan ajakan kepada manusia pada Islam). Sedangkan arti luas dakwah Islam dalam kehidupan manusia (termasuk didalamnya: politik, ekonomi, social, pendidikan, kesenian, ilmu pengetahuan, tekhnologi dan penghidupan itu sendiri).19

Lebih lanjut, Syekh Ali Mahfudz memperjelas, dakwah adalah mengajak manusia untuk mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan jelek agar mereka mendapat kebahagiaan didunia dan di akhirat. Pendapat ini juga selaras dengan pendapat al-Ghazali bahwa “amar ma’ruf nahi munkar adalah inti gerakan dakwah dan penggerak dalam dinamika masyarakat islam.20

, ! AJ; K) L F L "

M

6ﺱ NOE

! 8 , F 9 46ﺱ, < 6?

C;P&

Artinya: “inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, maha suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”(Q.S. Yusuf: 108).

18

Didin Hafidudin, Pemberdayaan Dakwah Dalam Mengatasi Krisis Moral Ekonomi Bangsa, 30 Desember,2003,h.1

19

Endang Saifudin Anshari,h., Wawasan Islam Pokok-pokok Pikiran Tentang Islam Dan Umatnya (Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada,1993),h.178

20


(36)

Atas dasar ayat diatas, salah satu tujuan dakwah adalah membentangkan jalan Allah di atas bumi agar dilalui umat manusia.21

Dakwah Islamiyah adalah mengajak dari apa adanya kepada yang seharusnya, sesuai dengan syari’at Islam. Karena selain itu, Islam adalah rahmat bagi seluruh umat manusia. Dan definisi-definisi tersebut di atas meskipun perbedaan dalam perumusan, tetapi apabila di perbandingkan satu sama lain dapatlah di tarik benang hijaunya, sebagai berikut : Dakwah adalah merupakan suatu proses penyelenggaraan suatu usaha atau aktivitas yang di lakukan dengan sabar dan dengan sengaja, berdasarkan Al-Qur’an san As-Sunnah. Usaha yang di selenggarakan itu berupa : 1. Mengajak orang lain untuk beriman dan mentaati Allah SWT untuk memeluk

agama Islam serta menjalankan perintahnya.

2. Amar ma’ruf, perbaikan dan pembangunan masyarakat atau islah.

3. Nahi munkar, mencegah perbuatan yang di larang Allah. Proses penyelenggaraan Usaha tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang diridhoi oleh-Nya. Itu semua tidak hanya merupakan sebuah pengertian, namun juga merupakan sebuah kewajiban kita semua yang harus dikerjakan.

Dalam setiap aktivitas dakwah yang merupakan proses menuju kebaikan pasti harus memiliki tujuan. Tujuan disini dapat diartikan “sebagai suatu yang ingin dicapai dalam kadar tertentu dalam segala usaha yang diarahkan kepadanya. Dalam tujuan

21


(37)

memiliki empat batasan, yaitu 1. hal yang hendak dicapai, 2. jumlah atau kadar yang diinginkan, 3. kejelasan tentang yang ingin dicapai dan 4. arah yang ingin dituju.22

Pendapat lain tentang tujuan dakwah juga dikemukakan oleh pakar komunikasi Toto Tasmara bahwa : Tujuan dakwah adalah menegakkan ajaran Islam kepada setiap insan baik individu maupun masyarakat sehingga ajaran tersebut mampu mendorong suatu perbuatan yang sesuai dengan ajaran tersebut”.23 Sedangkan tujuan dakwah

secara umum adalah mengajak manusia kejalan yang benar yang diridhoi oleh Allah SWT agar hidup bahagia dan sejahtera di dunia maupun di akhirat dan mengentaskan dari kegelapan kepada yang terang benderang. Sebagaimana Firman Allah SWT :

L " 0 ) 9+Q)

(< L " R & (S

1 ?< T;UB ' " N < V! WD BC ;

VیV X ;ﺹ

/ &4

Artinya : Alif, laam raa. (ini adalah) Kitab yang kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. (Q.S.Ibrahim : 13 :1)

Ada beberapa Klasifikasi tujuan dakwah secara khusus yaitu :

1. Mengajak manusia yang sudah memeluk Islam untuk meningkatkan taqwanya kepada Allah

2. Membina mental pemeluk Islam yang masih mualaf (lemah iman dan pendiriannya )

3. Mengajak manusia yang belum beriman agar beriman kepada Allah Sebagaimana Firman Allah :

22

Zaini Muchtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah Islam (Yogyakarta:Al-Amin Press,1996),h.18

23


(38)

,/6 1 ?<

(ی ی

9 2?B 0#? 0# 6

یO? , 0#2 ZO? 0#?)

“ Hai manusia sembahlah tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa.” (Q.S.Al-Baqarah. 21)

4. Mendidik dan mengajar manusia agar tidak menyimpang dari fitrahnya kedua tujuan tersebut, baik menurut konsepsi Al-Qur’an maupun menurut para ahli dalam bidang Dakwah walaupun ada perbedaan pendapat tetapi dapat disimpulkan menjadi tujuan dakwah yang sempurna, yaitu menjalankan perintah Allah yang telah diwahyukan kepada nabi dan Rasulnya untuk kesinambungan syiar Islam dalam rangka mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan dunia dan akhirat yang diridhoi Allah.

Sasaran kegiatan dakwah adalah seluruh anggota masyarakat dengan segala macam bentuknya. Dalam sasaran Dakwah sangat menentukan berlangsungnya suatu kegiatan dakwah, tanpa adanya sasaran dakwah pada hakikatnya dakwah itu tidak ada.

Ada beberapa bentuk sasaran dakwah ditinjau dari segi psikologinya yaitu : 1. Sasaran dilihat dari segi sosiologi, meliputi masyarakat terasing, pedesaan,

pinggiran kota dan masyarakat kota besar.

2. Sasaran dakwah yang menyangkut golongan dilihat dari segi stuktur kelembagaan berupa masyarakat dari kalangan pemerintah dan keluarga biasa.

3. Sasaran dakwah yang berhubungan dengan golongan masyarakat dilihat dari segi usia berupa golongan anak-anak remaja dan dewasa.

4. Sasaran dakwah yang berupa kelompok masyarakat dilihat dari segi cultural berupa golongan priyayi, abangan dan santri.


(39)

5. Sasaran dakwah yang berhubungan dengan golongan masyarakat di lihat dari segi propesi dan pekerjaan berupa golongan petani, nelayan, pedagang, seniman, pegawai negeri, buruh dan lain-lain.

6. Sasaran dakwah yang menyangkut golongan masyarakat di lihat dari segi tingkat hidup social ekonominya berupa golongan orang yang kaya, menengah dan miskin.

7. Sasaran dakwah yang menyangkut kelompok masyarakat di lihat dari segi jenis kelamin berupa golongan perempuan dan laki-laki.

8. Sasaran dakwah yang berhubungan dengan golongan masyarakat yang di lihat dari segi khusus berupa golongan tuna wisma, tuna karya, tunasusila, narapidana dan lain-lain.

C. Unsur-unsur Dakwah

Islam sebagai Al-Din Allah merupakan manhaj Al-hayat atau way of life, acuan dan kerangka tata nilai kehidupan. Oleh karena itu, ketika komunitas muslim berfungsi sebagai sebuah komunitas yang di tegakkan di atas sendi-sendi moral iman, Islam dan taqwa serta dapat di realisasikan dan di pahami secara utuh dan padu merupakan suatu komunitas yang tidak esklusif karena bertindak sebagai “al umma al wasatan” yaitu sebagai teladan di tengah arus kehidupan yang serba kompleks, penuh dengan dinamika perubahan, tantangan dan pilihan-pilihan yang terkadang sangat dilematis.

Masuknya berbagai ajaran atau pemahaman yang tidak relevan dengan nilai-nilai agama (Salah satu ajaran dan pemahaman yang tidak relevan dengan nilai-nilai-nilai-nilai


(40)

agama khususnya Islam adalah dengan masuknya aliran materialisme yang sangat ateistik yang bersal dari Barat), ada kecenderungan membuat agama menjadi tidak berdaya dan yang lebih lagi ketika agama tidak lagi di jadikan sebagai pedoman hidup dalam berbagai bidang. Hal ini mungkin juga menerpa ummat Islam bila agama tidak lagi berfungsi secara efektif dalam kehidupan yang kolektif. Tentu saja keadaan seperti ini dapat berpengaruh apabila pemeluk agama gagal untuk memberi suatu peradaban alternative yang benar yang di tuntut oleh setiap perubahan social yang terjadi.

Di samping itu, kita bisa melihat pada saat ini, kehidupan ummat manusia sedikit banyak, di sadari atau tidak telah di pengaruhi oleh gerakan modernisme yang terkadang membawa kepada nilai-nilai baru dan tentunya tidak sejalan bahkan bertentangan dengan nilai-nilai Islam.

Tak heran bila dalam perkembangannya modernisme memberikan tempat dan penghargaan yang terlalu tinggi terhadap materi. Implikasinya adalah kekuatan iman yang selama ini mereka miliki semakin mengalami degradasi. Puncaknya ialah kenyataan yang melanda sebagian ummat Islam sekarang ini semakin terjerat oleh kehampaan spiritual.

Melihat fenomena di atas, sudah barang tentu kita khususnya ummat Islam di landa keprihatinan yang dapat merusak moral keimanan sehingga mau tidak mau harus di terapkan solusi terbaik yang di kehendaki oleh Islam yaitu melaksanakan dakwah secara efektif dan efisien serta berkesinambungan.

Islam adalah agama dakwah artinya agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah, bahkan maju mundurnya umat


(41)

Islam sangat bergantung dan berkaitan erat dengan kegiatan dakwah yang di lakukannya, karena itu Al-Qur’an dalam menyebut kegiatan dakwah dengan Ahsanu qaula, dengan kata lain bisa kita simpulkan bahwa dakwah menempati posisi yang tinggi dan mulia dalam kemajuan agama Islam, kita tidak dapat membayangkan apabila kegiatan dakwah mengalami kelumpuhan yang di sebabkan oleh berbagai factor terlebih sekarang ini adalah era globalisasi, di mana berbagai informasi masuk begitu cepat dan instan yang tidak dapat di bendung lagi. Kita sebagai umat Islam harus dapat memilah dan menyaring informasi tersebut sehingga tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam.

Karena merupakan suatu kebenaran, maka Islam harus tersebar luas dan penyampaian kebenaran tersebut merupakan tanggung jawab ummat Islam secara keseluruhan, sesuai dengan misinya sebagai “Rahmatan Lil Alamin” harus di tampilkan dengan wajah yang menarik supaya umat lain meranggapan dan mempunyai pandangan bahwa kehadiran Islam bukan sebagai ancaman bagi eksistensi mereka melainkan pembawa kedamaian dan ketentraman dalam kehidupan mereka sekaligus sebagai pengantar menuju kebahagiaan kehidupan dunia dan akhirat.

Implikasi dari pernyataan Islam sebagai agama dakwah menuntut umatnya agar selalu menyampaikan dakwah, karena kegiatan ini merupakan aktivitas yang tidak pernah usai selama kehidupan dunia masih berlangsung dan akan terus melekat dalam situasi dan kondisi apapun bentuk dan coraknya.

Kita semua menyadari bahwa dakwah Islam adalah tugas suci yang di bebankan kepada setiap muslim di mana saja ia berada. Hal ini termaktub dalam al-Quran dan


(42)

as-Sunnah Rasulullah SAW., kewajiban dakwah menyerukan, dan menyampaikan agama Islam kepada masyarakat.

Dakwah Islam, dakwah yang bertujuan untuk memancing dan mengharapkan potensi fitri manusia agar eksistensi mereka punya makna di hadapan tuhan dan sejarah. Sekali lagi perlu di tegaskan di sini bahwa tugas dakwah adalah tugas ummat secara keseluruhan bukan hanya tugas kelompok tertentu ummat Islam.24

Oleh sebab itu, agar dakwah dapat mencapai sasaran-sasaran strategis jangka panjang, maka tentunya di perlukan suatu system manajerial komunikasi baik dalam penataan perkataan maupun perbuatan yang dalam banyak hal sangat relevan dan terkait dengan nilai-nilai ke Islaman, dengan adanya kondisi seperti itu maka para da’I harus mempunyai pemahaman yang mendalam bukan saja menganggap bahwa dakwah frame “amar ma’ruf nahi munkar” hanya sekedar menyampaikan saja melainkan harus memenuhi beberapa syarat, di antaranya mencari materi yang cocok, mengetahui psikologis objek dakwah secara tepat, memilih metode yang refresentatif, menggunakan bahasa yang bijaksana dan sebagainya.

Dalam tinjauan terminology bahwa dakwah adalah menyeru atau mengajak umat manusia baik perorangan ataupun kelompok kepada agama Islam.25 Dari

pengertian tersebut diatas, maka dapat diambil kata da’i sebagai subjek dari dakwah itu sendiri.

Di Indonesia, para da’i juga dikenal dengan sebutan muballig, ustadz, kyai, ajengan, tuan guru dan lain-lain. Hal ini didasarkan atas tugas dan eksistensinya sama seperti da’i. padahal, hakikatnya tiap-tiap tersebut memiliki kadar kharisma dan

24

Ahm. Syafi’i Ma’arif, Islam dan Politik: Upaya Membingkai Peradaban, (Jakarta: Pustaka Dinamika, 1999), h.15

25


(43)

keilmuan yang berbeda-beda dalam pemahaman masyarakat Islam di Indonesia. Munculnya beberapa istilah di atas pada umumnya juga dikaitkan dengan kapasitaspara da’i itu sendiri. Setiap da’i memiliki kekhasan yang berbeda dengan yang lain, hal ini tergantung dengan wacana keilmuan yang di peroleh, latar belakang pendidikan dan pengalaman yang berbeda.

Para da’i memiliki tugas sebagai central of change dalam suatu masyarakat, sehingga tugasnya disamping menyelamatkan masyarakat dengan dasar-dasar nilai-nilai keagamaan, juga mengemban tugas pemberdayaan ( empowering ) seluruh potensi masyarakat. Tugas kompleks tersebut idealnya memang harus di lakukan secara simultan mengingat seluruh elemen di dalam masyarakat akan saling berkolerasi.

Objek dakwah dalam hal ini adalah manusia yang menjadi audien (penonton) yang akan di ajak ke dalam Islam secara kaffah. Mereka bersifat heterogen, baik dari sudut idiologi, misalnya, atheis, animis, musyruk, munafik, bahkan ada juga muslim, tetepi fasik atau penyandang dosa dan maksiat. Dari sudut lain juga berbeda baik intelektualitas, status social, kesehatan, pendidikan dan seterusnya ada atasan ada bawahan, ada yang berpendidikan ada yang buta huruf, ada yang kaya ada juga yang miskin, dan sebagainya.

Sedangkan sasaran (objeknya) di samping orang-orang yang takut kepada Allah, juga kepada orang dzalim dan keras kepala, orang-orang munafik, orang-orang kafir dan pembangkang, bahkan mengulangi dakwah kepada orang yang beriman, berbakti dan orang sabar.26

26


(44)

Beranjak dari heteriginitas objek dakwah seperti gambaran dia di atas, maka seorang da’i di samping dituntut memahami keberagamaan audien tersebut, juga perlu menerapkan strategi dengan berbagai metode dalam berdakwah. Banyak metode yang memungkinkan diterapkan seperti bi-al lisan, bi-al hal, bi-al mal, dan sebagainya. Sesuai sabda nabi “Khotibu al-Nasa ala qodri uqulihi” (berbicara dengan mereka (manusia) sesuai dengan kemampuannya).

Materi dakwah adalah agama Islam sebagaimana di sebutkan dalam firman Allah SWT :

0E78

/ )

?:" D B#

, یO? [ B

, \%ﺱ] F /<

ی / ?9"

D -4 ^ی;ﺱ F ?9Q F R ی _) ; #ی

, 0 < ) `) 0


(45)

Artinya :

Sesungguhnya agama (yang diridhoi) disisi Allah hanyalah islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab(189) kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (QS.Ali-Imran Ayat, 19)

Di ayat lain, Allah SWT juga berfirman :

ی;ﺱ U

J;

E, a<

62ی

<یM \%ﺱ ; b cB6ی

,

Artinya :

“Barangsiapa mencari agama selain agama islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali-Imran Ayat, 85)

.Inilah yang dijelaskan dalam sebuah hadist secara mendetail yang juga merupakan rukun-rukun Islam :

“Islam ialah engkau bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, melaksanakan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan menunaikan ibadah haji jika mampu. Rukun-rukun iman ialah engkau percaya kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari akhir dan engkau percaya dengan ketentuan baik dan buruk. Ihsan adalah engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya maka sesungguhmya dia melihatmu.” (HR. Muslim)

Tidak di ragukan lagi bahwa Islam mempunyai keistimewaan yang luar biasa, di antaranya :


(46)

1. Agama Islam adalah agama yang benar dari Allah SWT

2. Agama Islam mengatur seluruh aspek kehidupan dan prilaku manusia yang diantaranya adalah akhlak, kemasyarakatan, fatwa, hukum, ekonomi, dan jihad. Semua itu didasarkan pertimbangan kasih sayang, adil dan ihsan.

3. Agama Islam adalah agama yang berlaku umum (global) bagi segenap manusia ada setiap tempat dan zaman. Sebagaimana firman Allah SWT : “ Katakanlah (wahai Muhammad), hai seluruh umat manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian seluruhnya.” (QS. Al-A’raf : 158)

4. Islam memberikan balasan berupa pahala atau dosa bagi orang yang melakukan perbuatan baik dan buruk. Balasan tersebut bersifat keduniaan di tambah lagi dengan balasan di dunia kecuali amal yang telah di khususkan dengan dalil. 5. Islam bisa mengantarkan pemiliknya ke derajat yang paling tinggi atau sempurna.

Dan inilah idealisme dan realitas agama Islam, akan tetapi perlu diingat bahwa semua itu tergantung pada watak dan realitas manusia.

6. Islam merupakan agama yang moderat di dalam masalah aqidah, ibadah, akhlak, dan aturan-aturannya. Allah SWT berfirman, “Dan demikian (pula) kami menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.” (QS.Al-Baqarah; 143).27

Seorang da’i seharusnya memahami tujuan-tujuan Islam yang telah di jelaskan oleh Syari’at Islam itu sendiri. Di antara tujuan-tujuan tersebut ialah menciptakan kemaslahatan umat dan menghindari segala kemudharatan dan bahaya dari mereka, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka jangka panjang. Ibnu Taimiyah

27


(47)

mengatakan, Syariat Islam datang untuk meraih kemaslahatan dan menyempurnakan serta menghindari kemudharatan dan meminimalisirnya.

Secara keseluruhan Syariat Islam berpijak pada tiga kemaslahatan ; pertama, menghindari segala kemaslahatan demi memelihara ; agama, jiwa, akal, keturunan, kehormatan diri, dan harta. Kedua, mendatangkan berbagai kemaslahatan. Al-Qur’an adalah pembawa kemaslahatan dan penangkal kerusakan. Ketiga, menerapkan akhlak mulia dan mentradisikan kebaikan. Al-Qur’an menawarkan pemecahan segala problema yang tidak mampu di atasi manusia. Tidak ada satu aspek kebutuhan manusia di dunia dan di akhirat yang di abaikan Al-Qur’an. Kitab Allah ini memberikan kaidah-kaidah dan petunjuk dengan cara paling bijak dan lurus.

Seorang da’i yang bijaksana adalah orang yang mengajak untuk mengamalkan rukun-rukun Islam, rukun iman dan ihsan. Ia juga harus memberikan penjelasan kepada umat manusia terhadap hal-hal yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan sunah seperti akidah, ibadah, muamalah dan akhlak secara terperinci, detail dan jelas.

Masalah yang di dakwahkan dalam Islam yang amat agung dan mulia. Islam tidak memerintahkan pengikutnya dengan perkara-perkara kehidupan remeh, namun Islam mewajibkan pemeluknya untuk mengabdikan seluruh hidupnya kepada Allah SWT.

Karena itu dakwah Islam menuntut setiap pengikutnya agar mengerahkan dan menyerahkan seluruh hidupnya kepada Allah. Allah-lah pemilik dakwah ini, sedangkan Al-Qur’an adalah firman-Nya yang mengandung dakwah-Nya. Dan kitab-Nya (Al-Qur’an) adalah kitab yang akurat dan penuh mukjizat baik dari sisi makna maupun uslubnya.


(48)

Itulah sebabnya komitmen seorang da’i dengan Al-Qur’an dalam menyampaikan dakwahnya merupakan suatu keharusan yang tidak dapat di elakkan dengan firman Allah : (QS. Al-Furqan ayat 51-52)

“Dan Andaikata kami menghendaki benar-benarlah kami utus pada tiap-tiap negeri seorang yang memberi peringatan (rasul). Maka janganlah kamu mengikuti orang-oarng kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al-Qur’an dengan jihad yang besar.”

Merujuk kepada pernyataan di atas maka berikut ini akan dipaparkan metode dakwah yang akurat dalam A-Qur’an, antara lain tertuang dalam surat An-Nahl ayat 125 :

“ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasehat-nasehat yang baik dan bertukar pikiranlah dengan cara yang lebih baik...”

Ada beberapa kerangka dasar tentang metode dakwah yang terdapat pada ayat di atas, antara lain sebagai berikut :

1. Bil al-Hikmah

2. Mauidzah al-Hasanah 3. Mujadalah

1. Bil al-Hikmah

Kata hikmah sering kali di terjemahkan dalam pengertian bijaksana, yaitu suatu pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak objek dakwah mampu melaksanakan apa yang di dakwahkan, atau kemauannya sendiri, konflik maupun rasa tertekan.


(49)

Dengan kata lain Bil al-Hikmah merupakan suatu metode pendekatan komunikasi yang di lakukan atas dasar persuasif. Karena dakwah tertumpu pada

human oriented, maka konsekuensi logisnya adalah pengakuan dan penghargaan pada pihak-pihak yang bersifat demokratis, agar fungsi dakwah yang utama adalah bersifat informatif.

2. Mauidzah al-Hasanah (nasehat yang baik)

Nasehat yang baik, maksudnya adalah memberikan nasehat kepada orang lain dengan cara yang baik, berupa petunjuk-petunjuk kearah kebaikan dengan bahasa yang baik yang dapat mengubah hati, enak di dengar, menyentuh perasaan, lurus pikiran, menghindari sikap kasar dan tidak boleh mencaci atau menyebut kesalahan audience sehingga pihak objek dakwah dengan rela hati dan atas kesadarannya dapat mengikuti ajaran yang disampaikan oleh pihak subjek dakwah. Jadi dakwah bukan propaganda yang memaksakan kehendak kepada orang lain. Karena cara ini akan melahirkan nifak dan munafiqin zul wujud; manusia berkepribadian seribu muka dan menuruti kemana angin bertiup.

Ali Mustafa Yaqub menyatakan bahwa Mauizhah Al-Hasanah adalah ucapan yang berisi nasehat-nasehat yang baik di mana ia dapat bermanfaat bagi orang yang mendengarkannya, atau argumen-argumen yang memuaskan sehingga pihak audience dapat membenarkan apa yang di sampaikan oleh objek dakwah.28

3. Mujadalah

28


(50)

Upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang di ajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat.29

29


(51)

D. Hakikat Dakwah

Tugas Islam sebagai Rahmatan Lil Alamin, maka tujuan hidup dan perjuangan hidup kaum muslimin, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok warga masyarakat, warga Negara dan warga dunia, adalah merealisasikan kebenaran ajaran Allah dalam kehidupan pribadi dan kehidupan bermasyarakat dalam segala aspeknya. Bagi setiap muslim, dalam aspek apapun, tujuan itu tidak dapat terlepas dan tujuan hidupnya yang berpedoman kepada Al-Qur-an dan Sunnah Rosulullah.

Dari segi arahnya, tujuan hidup yang Islami dapat di perinci menjadi tujuan vertical dan tujuan horizontal. Tujuan vertical adalah kehidupan yang di ridhoi Allah SWT. Dalam surat Al-Qur’an Surah Al-An’am, ayat : 162-163 :

' dO), a 'ی;ﺵ: &

D F

& , Z 4 , #-!,

%ﺹ ?9"

& -& *?, ! , R;

Artinya:”Katakanlah, sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya, dan demikian itulah yang di perintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).”

Dan tujuan horizontal adalah kebahagiaan di dunia dan di akhirat, dalam surah Al-An’am, ayat 156 :

0 Bﺱ M

?<C 9", < 6

B $8f L

D B# *V! 8&?!"

2 9

`

Artinya : “Kami turunkan Al-Quran itu) agar kamu (tidak) mengatakan: "Bahwa Kitab itu Hanya diturunkan kepada dua golongan saja sebelum kami, dan Sesungguhnya kami tidak memperhatikan apa yang mereka baca”


(52)

1. Terwujudnya pribadi yang di ridhoi Allah, yaitu pribadi muslim yang paripurna, yang taqwa kepada Allah SWT.

2. Terwujudnya rumah tangga yang di ridhoi Allah, yaitu rumah tangga yang

sakinah yang di liputi mawaddah wa rahmah.

3. Terwujudnya Qaryah (lingkungan, kampung, kampus, komplek kerja, dll) yang di ridhoi Allah, yaitu qoryah yang kondusif dan layak menerima berkah Allah dari berbagai arah, di sebabkan warganya beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. 4. Terwujudnya negeri yang di ridhoi Allah, yaitu negeri yang baik yang di liputi

maghfiroh (ampunan) Allah.

5. Terwujudnya dunia yang di ridhoi Allah, yaitu dunia yang hasanah yang berkesinambungan dengan akhirat yang hasanah atau baik pula.

Ismail R. al-Faruqi dan isterinya Lois Lamya membagi hakikat dakwah Islam pada tiga term: Kebebasan, rasionalitas dan universalisme. Ketiganya saling berkaitan dan melengkapi.30

Kebahagiaan, ketenangan itulah cita-cita setiap orang. Manusia berusaha untuk menggapainya. Kadang mereka harus berebut kursi, bahkan banyak menghalalkan yang nyata haram. Mereka mengira ketika mencapai tujuan, itulah kebahagiaan. Mungkin benar itu bahagia, tapi sesaat. Pernah ada ungkapan “bahagianya manusia adalah ketika ia menggapai apa yang di inginkannya.” Di sinilah manusia harus memiliki gapaian yang positif, di mana agama memberikan bimbingan spiritual yang transcendental.

30

Ismail R.al-Faruqi dan Lois Lamya, Atlas Budaya Islam, terj.Ilyas Hasan (Bandung: Mizan, 1998), cet.ke-Ih.221


(53)

Kebebasan sangat di jamin dalam agama Islam, termasuk kebebasan meyakini agama. Objek dakwah harus merasa bebas sama sekali dari ancaman, harus benar-benar yakin bahwa kebenar-benaran ini hasil penilaiannya sendiri. Termaktub dalam Al-Qur’an :”Tak ada paksaan dalam agama. Kebenaran sudah nyata; Barangsiapa menghendaki, biarlah dia beriman; dan barangsiapa tidak menghendaki, biarlah dia kafir…barangsiapa menerima dakwah, maka yang beruntung adalah dirinya sendiri; barangsiapa menolaknya, maka yang celaka adalah dirinya sendiri. (QS.2:256, 18:29, 39:41)

Jelas, dakwah tidak bersifat memaksa. Dakwah adalah ajakan yang tujuannya dapat tercapai hanya dengan persetujuan tanpa paksaan dari objek dakwah.

Dakwah Islam merupakan ajakan untuk berfikir, berdebat dan berargumen, dan untuk menilai suatu kasus yang muncul. Dakwah Islam tidak dapat di sikapi dengan keacuhan kecuali oleh orang bodoh atau berhati dengki. Hak berfikir merupakan sifat dan milik semua manusia. Tak ada orang yang dapat mengingkarinya.

Kemudian apa yang di upayakan adalah penilaian, maka dari hakikat sifat penilaian, tujuan dakwah tak lain adalah kepasrahan yang beralasan, bebas dan sadar dari objek dakwah terhadap kandungan dakwah. Ini berarti bahwa jika kesadaran objek dakwah di langgar karena suatu kesalahan atau kelemahannya, maka dakwah juga batal. Dakwah yang melibatkan unsur kelalaian, peningkatan emosi, atau “ekspansi psikopatik” kesadaran, tidak sah. Dakwah bukan hasil sikap atau ilusi, bukan semata penarik emosi sehingga tanggapannya lebih bersifat pura-pura daripada penilaian. Dakwah harus merupakan penjelasan tenang kepada kesadaran, di mana akal maupun hati tidak saling mengabaikan. Keputusannya harus berupa tindak akal


(54)

diskursif yang di dukung intuisi emosi dari nilai-nilai yang terlibat. Tindak akal diskursif mendisplinkan dan intuisi emosi memperkayanya. Penilaian ini harus menimbang bukti yang mendukung dan menentangnya secara tepat, hati-hati , dan objektif. Tanpa menguji koherensi internal, kesesuaiannya dengan pengetahuan lain, hubungannya dengan realitas, tanggapan terhadap dakwah Islam tidak akan rasional. Dakwah Islam, karena itu, tak dapat dilakukan secara rahasia; karena dakwah ini bukanlah penarik hati.31

Keuniversalan Risalah Nabi Muhammad adalah untuk semua manusia, bahkan juga jin. Risalahnya berlaku sepanjang masa tanpa batasan ruang dan waktu. Nabi bersabda:” Aku telah di berikan lima hal yang belum pernah di berikan pada para nabi sebelumku.” Beliau menyebutkan salah satu dari lima hal itu adalah, “Nabi sebelumku di utus khusus untuk kaumnya, sedangkan aku di utus untuk semua manusia tanpa kecuali.”(H.R.Bukhari). Allah berfirman: “Dan kami tidak mengutus kamu melainkan kepada ummat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.” (QS.Saba :28).32

Pada dasarnya hakikat dakwah terbagi menjadi 2 (dua) kelompok besar, yaitu: 1. sebagai aktualisasi fungsi kerisalahan,

2. sebagai upaya manifestasi dari rahmatan lil ‘alamin.33

1. Fungsi kerisalahan

31

Ibid.,h.221

32

Lihat Said Ali Bin al-Qahtani., h.354

33

AW. Pratiknya (Ed), Islam dan Dakwah Pergumulan Antara Nilai dan Realitas (Yogyakarta:Majlis Tabligh PP. Muhammadiyah,1988),h.62


(55)

Hakikat dakwah sebagai fungsi kerisalahan, berarti upaya penerusan “tradisi profetis” kerasulan Muhammad sebagai pembawa risalah Islam kepada seluruh umat manusia. “Tradisi profetis” tersebut di lakukan oleh umat Islam demi menyampaikan ajaran-ajaran Islam kepada muslim maupun non muslim sebagai upaya sosialisasi nilai-nilai Islam yang fitrah. Sebagaimana di sebutkan di atas bahwa dakwah bagi umat Islam merupakan jiwa dalam memfungsikan kekhalifahannya di dunia, maka kekhalifahan manusia muslim tidak akan memiliki apa-apa manakala sebagai muslim ia tidak melakukan “tradisi profetis” kerasulan Muhammad SAW.

Dr. Kuntowijoyo, dalam paradigma Islam, menyebut bahwa “tradisi profetis” ini merupakan pengkondisian situasi historis Nabi ke dalam aktualisasi kehidupan manusia.34 Dengan demikian, maka aktualisasi fungsi kerisalahan tersebut 2 (dua) proses transformasi:

Pertama, transformasi nilai (transformation of value), yaitu proses alih nilai-nilai dari kejahiliahan (baik yang terdapat pada agama-agama lain non Islam atau keyakinan lainnya maupun nilai-nilai yang ada paham-paham marxisme, idealisme, materialisme, dan lain-lain) kepada nilai-nilai moral universal Islam. Maka dakwah adalah upaya pengembangan manusia kepada tatanan budaya dan peradaban luhur yang di cita-citakan ummat manusia.

Kedua, transformasi social (transformation of social).( Dakwah Islam dalam pengertian transformasi social, bersifat multidimensional. Misalnya dakwah yang di lakukan oleh Nabi Muhammad, dengan membangun kembali masyarakat Arab dari masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat Islami, yang beradab dalam tatanan sosialnya, dari masyarakat yang strukturnya menginjak-injak hak asasi manusia,

34


(1)

K.H. SYUKRON MA’MUN HUSNUL KHOTIMAH ZA

WAWANCARA PRIBADI H. MUHAMMAD FAIZ L.C. 05 JULI 2008

RUMAH KEDIAMAN JL. SENOPATI DALAM II NO. 35 A

KEBAYORAN BARU JAKARTA-SELATAN

JAM 10.00-11.00 WIB

Menurut Gus Faiz, pemikiran dakwah beliau seperti apa?

Pemikiran beliau tentang dakwah itu terkait aktivitas dakwah yang sudah di geluti puluhan tahun. Jadi kalau boleh saya katakan, dakwah buat seorang Syukron Ma’mun adalah, sudah seperti bagian dari hidupnya, jadi konsep dakwah yang sebenarnya konsep yang lahir dari hasil pengamatan dan observasinya langsung di lapangan. Bukan seperti konsep teoritis yang cuma di pelajari di sekolah, artinya beliau karena dakwahnya kemana-mana, jadi melihat langsung apa yang terjadi di masyarakat.


(2)

Akhirnya sebagai seorang da’I, pasti dari apa yang di lihat dan dari apa yang di rasakan, itu yang beliau utarakan dalam dakwahnya, jadi dakwah itu memang bukan sekedar sebagai pekerjaan tapi sudah di rasakan sebagai sebuah kewajiban hidup, bukan semata-mata property, makanya beliau itu sampai sekarang tidak pernah ada bosannya dalam berdakwah.

Jadi dakwah di mata Syukron Ma’mun, sebagai satu kewajiban dari Allah SWT. Amanat yang harus di sampaikan, dan konsepnya itu di sesuaikan dengan perkembangan zaman dan perkembangan-perkembangan yang terjadi di masyarakat, yang memang perlu di respon oleh pemuka-pemuka agama. Jadi ketika umpamanya contoh ketika masa perkembangan di masa soekarno, tentu yang di butuhkan beda dengan apa yang di harapkan responnya pada zaman orde baru. Jadi beliau selalu merespon apa yang terjadi di masyarakat, semua itu di jadikan tema-tema utama beliau dalam dakwahnya.

Konsepnya semata-mata murni Amar Ma’ruf nahi munkar, ia akan menyampaikan semua yang harus di sampaikan sesuai dengan apa yang di butuhkan oleh masyarakat, jadi masyarakat itu butuh apa? ya itu yang di respon oleh beliau. Konsep bakunya sebagaimana perjuangan para ulama terdahulu, menyampaikan kebenaran yang perlu di sampaikan untuk masyarakat.

Menurut saya, ada dua hal yang paling dominan dalam pemikiran dakwah beliau, yang pertama, pendidikan. Yang kedua, social kemasyarakatan. Kepedulian beliau kepada dakwah itu di katakan, bahwa masyarakat bisa maju, jika Negara ini bisa di bangun dengan pendidikan, makanya dalam ceramah beliau selalu mengedepankan pentingnya pendidikan untuk anak bangsa ini. Bahkan beliau dalam setiap pidatonya


(3)

selalu berani mengatakan, bahwa jasa terbesar terhadap pendidikan, itu di kalangan pesantren dan ulama.

Semenjak tahun 1970-an beliau selalu mengatakan bahwa pesantren itu perlu di perhatikan, karena lembaga pendidikan di pesantren memiliki tradisi, pendidikan dalam pesantren melekat di masyarakat. Seorang kyai di jadikan panutan oleh santri, juga di masyarakat, makanya di situlah di namakan pendidikan yang komprehensif (di dalam dan di luar).

Yang kedua, sebagai seorang da’I pasti harus selalu bersentuhan dengan dinamika (maksudnya denyut nadi masyarakat), maka permasalahan social kemasyarakatan itu beliau selalu ikut andil. Andil di sini bukan ikut campur, tetapi memang sudah menjadi sebagian dari kewajibannya. Beliau juga orang yang sangat keras mempertahankan prinsipnya, contoh ketika Negara kita pernah di pimpin oleh presiden perempuan, beliau tidak pernah melegalkan keberadaan presiden tersebut. Beliau konsisten, apapun yang terjadi beliau tidak pernah melegalkan presiden perempuan, sekalipun mungkin (di UIN) sudah ada perdebatan dalam wacana fiqih, tetapi menurut beliau wacana tersebut boleh di perdebatkan asalkan tidak keluar dari prinsip.

Oleh karena itu, social kemasyarakatan beliau ini di sampaikan melalui dakwahnya dan juga di sampaikan melalui organisasi yang di geluti. Intinya beliau mempunyai kepedulian, masalah apapun yang terjadi di masyarakat, di dalam pidatonya beliau selalu berusaha peduli, contohnya, dulu ada BORKAS, dari masalah kecil sampai sekarang BBM naik , beliau selalu sinkron lah.

Walaupun dalam ceramah-ceramahnya agak formal, tetapi menurut saya konsistensi yang luar biasa antara pendidikan dan social kemasyarakatan, begini: waktu


(4)

masalah BBM beliau mengatakan, ”kita selalu di bodohi oleh pemerintah, dengan melihat minyak itu di standarisasi dengan harga luar negeri….”Nah pidato seperti ini kan bisa di katakan termasuk kepedulian beliau terhadap social kemasyarakatan, juga pendidikan.

Sosial kemasyarakatannya jelas, bahwa masyarakat akan menderita dengan harga minyak yang tinggi, dari segi kependidikan kita di minta cerdas oleh beliau, bahwa kalau harga minyak di luar negeri itu mahal, wajar..karena di Singapura saja tidak punya sumur minyak, air saja mereka beli. Nah sekarang yang di maksud beliau supaya masyarakat pintar, bahwa kalau kita di sini punya minyak, kan tidak mungkin “itik itu mati di lumbung padi”. Tidak mungkin juga “ikan itu mati di dalam air”, tapi bagaimana mungkin orang di Palembang mereka antri mengambil minyak tanah, sedangkan minyak itu di ambil dari sana. Di sinilah penekanan beliau, menuntut kita berfikir dan peka terhadap situasi, dari contoh di atas kaitannya sangat erat antara kepedulian terhadap masyarakat/social kemasyarakatan serta pendidikan.

Bentuk-bentuk aktivitas dakwah beliau, menurut Gus Faiz seperti apa? Bentuk-bentuk yang sering di geluti menurut saya ada 3 hal:

1. Dengan ceramah, melalui mimbar-mimbar, itu dakwah yang merupakan porsi terbesar dari kehidupan seorang Syukron Ma’mun

2. Dengan tulisan, jika ada hal-hal yang sangat urgent di bicarakan, beliau selalu berusaha berdakwah dengan menulis buku, seperti buku “Pemantapan ASWAJA”, karena menurut hemat beliau beberapa tahun belakangan ini ada gerakan-gerakan yang menurut pandangan beliau berbeda dengan apa yang di tanamkan oleh para ulama-ulama terdahulu


(5)

3. Pengkaderan, ketika beliau di organisasi seperti, LDNU, ITTIHADUL MUBALLIGHIN, dan sebagainya. Yang di ikuti oleh beliau semenjak ikut bapak Idham Kholid, Bapak Syaihu (para pendiri NU), beliau sering membuat semacam pelatihan dan pengkaderan. Baik untuk para da’I ataupun para guru

Nara Sumber Peneliti


(6)