Unsur-unsur Dakwah TINJAUAN TEORITIS

5. Sasaran dakwah yang berhubungan dengan golongan masyarakat di lihat dari segi propesi dan pekerjaan berupa golongan petani, nelayan, pedagang, seniman, pegawai negeri, buruh dan lain-lain. 6. Sasaran dakwah yang menyangkut golongan masyarakat di lihat dari segi tingkat hidup social ekonominya berupa golongan orang yang kaya, menengah dan miskin. 7. Sasaran dakwah yang menyangkut kelompok masyarakat di lihat dari segi jenis kelamin berupa golongan perempuan dan laki-laki. 8. Sasaran dakwah yang berhubungan dengan golongan masyarakat yang di lihat dari segi khusus berupa golongan tuna wisma, tuna karya, tunasusila, narapidana dan lain-lain.

C. Unsur-unsur Dakwah

Islam sebagai Al-Din Allah merupakan manhaj Al-hayat atau way of life, acuan dan kerangka tata nilai kehidupan. Oleh karena itu, ketika komunitas muslim berfungsi sebagai sebuah komunitas yang di tegakkan di atas sendi-sendi moral iman, Islam dan taqwa serta dapat di realisasikan dan di pahami secara utuh dan padu merupakan suatu komunitas yang tidak esklusif karena bertindak sebagai “al umma al wasatan ” yaitu sebagai teladan di tengah arus kehidupan yang serba kompleks, penuh dengan dinamika perubahan, tantangan dan pilihan-pilihan yang terkadang sangat dilematis. Masuknya berbagai ajaran atau pemahaman yang tidak relevan dengan nilai- nilai agama Salah satu ajaran dan pemahaman yang tidak relevan dengan nilai-nilai agama khususnya Islam adalah dengan masuknya aliran materialisme yang sangat ateistik yang bersal dari Barat, ada kecenderungan membuat agama menjadi tidak berdaya dan yang lebih lagi ketika agama tidak lagi di jadikan sebagai pedoman hidup dalam berbagai bidang. Hal ini mungkin juga menerpa ummat Islam bila agama tidak lagi berfungsi secara efektif dalam kehidupan yang kolektif. Tentu saja keadaan seperti ini dapat berpengaruh apabila pemeluk agama gagal untuk memberi suatu peradaban alternative yang benar yang di tuntut oleh setiap perubahan social yang terjadi. Di samping itu, kita bisa melihat pada saat ini, kehidupan ummat manusia sedikit banyak, di sadari atau tidak telah di pengaruhi oleh gerakan modernisme yang terkadang membawa kepada nilai-nilai baru dan tentunya tidak sejalan bahkan bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Tak heran bila dalam perkembangannya modernisme memberikan tempat dan penghargaan yang terlalu tinggi terhadap materi. Implikasinya adalah kekuatan iman yang selama ini mereka miliki semakin mengalami degradasi. Puncaknya ialah kenyataan yang melanda sebagian ummat Islam sekarang ini semakin terjerat oleh kehampaan spiritual. Melihat fenomena di atas, sudah barang tentu kita khususnya ummat Islam di landa keprihatinan yang dapat merusak moral keimanan sehingga mau tidak mau harus di terapkan solusi terbaik yang di kehendaki oleh Islam yaitu melaksanakan dakwah secara efektif dan efisien serta berkesinambungan. Islam adalah agama dakwah artinya agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah, bahkan maju mundurnya umat Islam sangat bergantung dan berkaitan erat dengan kegiatan dakwah yang di lakukannya, karena itu Al-Qur’an dalam menyebut kegiatan dakwah dengan Ahsanu qaula , dengan kata lain bisa kita simpulkan bahwa dakwah menempati posisi yang tinggi dan mulia dalam kemajuan agama Islam, kita tidak dapat membayangkan apabila kegiatan dakwah mengalami kelumpuhan yang di sebabkan oleh berbagai factor terlebih sekarang ini adalah era globalisasi, di mana berbagai informasi masuk begitu cepat dan instan yang tidak dapat di bendung lagi. Kita sebagai umat Islam harus dapat memilah dan menyaring informasi tersebut sehingga tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Karena merupakan suatu kebenaran, maka Islam harus tersebar luas dan penyampaian kebenaran tersebut merupakan tanggung jawab ummat Islam secara keseluruhan, sesuai dengan misinya sebagai “Rahmatan Lil Alamin” harus di tampilkan dengan wajah yang menarik supaya umat lain meranggapan dan mempunyai pandangan bahwa kehadiran Islam bukan sebagai ancaman bagi eksistensi mereka melainkan pembawa kedamaian dan ketentraman dalam kehidupan mereka sekaligus sebagai pengantar menuju kebahagiaan kehidupan dunia dan akhirat. Implikasi dari pernyataan Islam sebagai agama dakwah menuntut umatnya agar selalu menyampaikan dakwah, karena kegiatan ini merupakan aktivitas yang tidak pernah usai selama kehidupan dunia masih berlangsung dan akan terus melekat dalam situasi dan kondisi apapun bentuk dan coraknya. Kita semua menyadari bahwa dakwah Islam adalah tugas suci yang di bebankan kepada setiap muslim di mana saja ia berada. Hal ini termaktub dalam al-Quran dan as-Sunnah Rasulullah SAW., kewajiban dakwah menyerukan, dan menyampaikan agama Islam kepada masyarakat. Dakwah Islam, dakwah yang bertujuan untuk memancing dan mengharapkan potensi fitri manusia agar eksistensi mereka punya makna di hadapan tuhan dan sejarah. Sekali lagi perlu di tegaskan di sini bahwa tugas dakwah adalah tugas ummat secara keseluruhan bukan hanya tugas kelompok tertentu ummat Islam. 24 Oleh sebab itu, agar dakwah dapat mencapai sasaran-sasaran strategis jangka panjang, maka tentunya di perlukan suatu system manajerial komunikasi baik dalam penataan perkataan maupun perbuatan yang dalam banyak hal sangat relevan dan terkait dengan nilai-nilai ke Islaman, dengan adanya kondisi seperti itu maka para da’I harus mempunyai pemahaman yang mendalam bukan saja menganggap bahwa dakwah frame “amar ma’ruf nahi munkar” hanya sekedar menyampaikan saja melainkan harus memenuhi beberapa syarat, di antaranya mencari materi yang cocok, mengetahui psikologis objek dakwah secara tepat, memilih metode yang refresentatif, menggunakan bahasa yang bijaksana dan sebagainya. Dalam tinjauan terminology bahwa dakwah adalah menyeru atau mengajak umat manusia baik perorangan ataupun kelompok kepada agama Islam. 25 Dari pengertian tersebut diatas, maka dapat diambil kata da’i sebagai subjek dari dakwah itu sendiri. Di Indonesia, para da’i juga dikenal dengan sebutan muballig, ustadz, kyai, ajengan, tuan guru dan lain-lain. Hal ini didasarkan atas tugas dan eksistensinya sama seperti da’i. padahal, hakikatnya tiap-tiap tersebut memiliki kadar kharisma dan 24 Ahm. Syafi’i Ma’arif, Islam dan Politik: Upaya Membingkai Peradaban, Jakarta: Pustaka Dinamika, 1999, h.15 25 Lihat Zaini Muchtarom.,h.14 keilmuan yang berbeda-beda dalam pemahaman masyarakat Islam di Indonesia. Munculnya beberapa istilah di atas pada umumnya juga dikaitkan dengan kapasitaspara da’i itu sendiri. Setiap da’i memiliki kekhasan yang berbeda dengan yang lain, hal ini tergantung dengan wacana keilmuan yang di peroleh, latar belakang pendidikan dan pengalaman yang berbeda. Para da’i memiliki tugas sebagai central of change dalam suatu masyarakat, sehingga tugasnya disamping menyelamatkan masyarakat dengan dasar-dasar nilai- nilai keagamaan, juga mengemban tugas pemberdayaan empowering seluruh potensi masyarakat. Tugas kompleks tersebut idealnya memang harus di lakukan secara simultan mengingat seluruh elemen di dalam masyarakat akan saling berkolerasi. Objek dakwah dalam hal ini adalah manusia yang menjadi audien penonton yang akan di ajak ke dalam Islam secara kaffah. Mereka bersifat heterogen, baik dari sudut idiologi, misalnya, atheis, animis, musyruk, munafik, bahkan ada juga muslim, tetepi fasik atau penyandang dosa dan maksiat. Dari sudut lain juga berbeda baik intelektualitas, status social, kesehatan, pendidikan dan seterusnya ada atasan ada bawahan, ada yang berpendidikan ada yang buta huruf, ada yang kaya ada juga yang miskin, dan sebagainya. Sedangkan sasaran objeknya di samping orang-orang yang takut kepada Allah, juga kepada orang dzalim dan keras kepala, orang-orang munafik, orang-orang kafir dan pembangkang, bahkan mengulangi dakwah kepada orang yang beriman, berbakti dan orang sabar. 26 26 Dra. Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer Jakarta:Mitra Pustaka,2000,h.32-35 Beranjak dari heteriginitas objek dakwah seperti gambaran dia di atas, maka seorang da’i di samping dituntut memahami keberagamaan audien tersebut, juga perlu menerapkan strategi dengan berbagai metode dalam berdakwah. Banyak metode yang memungkinkan diterapkan seperti bi-al lisan, bi-al hal, bi-al mal, dan sebagainya. Sesuai sabda nabi “Khotibu al-Nasa ala qodri uqulihi” berbicara dengan mereka manusia sesuai dengan kemampuannya. Materi dakwah adalah agama Islam sebagaimana di sebutkan dalam firman Allah SWT : 0E78 ?: D B , یO? [ B , \ﺱ] F ی ?9 D -4 ی;ﺱ F ?9Q F R ی _ ; ی , 0 ` 0 Artinya : Sesungguhnya agama yang diridhoi disisi Allah hanyalah islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab189 kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian yang ada di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. QS.Ali-Imran Ayat, 19 Di ayat lain, Allah SWT juga berfirman : ی;ﺱ U J; E, a 62ی یM \ﺱ ; b cB6ی , Artinya : “Barangsiapa mencari agama selain agama islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima agama itu daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” QS. Ali-Imran Ayat, 85 .Inilah yang dijelaskan dalam sebuah hadist secara mendetail yang juga merupakan rukun-rukun Islam : “Islam ialah engkau bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, melaksanakan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan menunaikan ibadah haji jika mampu. Rukun-rukun iman ialah engkau percaya kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari akhir dan engkau percaya dengan ketentuan baik dan buruk. Ihsan adalah engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya maka sesungguhmya dia melihatmu.” HR. Muslim Tidak di ragukan lagi bahwa Islam mempunyai keistimewaan yang luar biasa, di antaranya : 1. Agama Islam adalah agama yang benar dari Allah SWT 2. Agama Islam mengatur seluruh aspek kehidupan dan prilaku manusia yang diantaranya adalah akhlak, kemasyarakatan, fatwa, hukum, ekonomi, dan jihad. Semua itu didasarkan pertimbangan kasih sayang, adil dan ihsan. 3. Agama Islam adalah agama yang berlaku umum global bagi segenap manusia ada setiap tempat dan zaman. Sebagaimana firman Allah SWT : “ Katakanlah wahai Muhammad, hai seluruh umat manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian seluruhnya .” QS. Al-A’raf : 158 4. Islam memberikan balasan berupa pahala atau dosa bagi orang yang melakukan perbuatan baik dan buruk. Balasan tersebut bersifat keduniaan di tambah lagi dengan balasan di dunia kecuali amal yang telah di khususkan dengan dalil. 5. Islam bisa mengantarkan pemiliknya ke derajat yang paling tinggi atau sempurna. Dan inilah idealisme dan realitas agama Islam, akan tetapi perlu diingat bahwa semua itu tergantung pada watak dan realitas manusia. 6. Islam merupakan agama yang moderat di dalam masalah aqidah, ibadah, akhlak, dan aturan-aturannya. Allah SWT berfirman, “Dan demikian pula kami menjadikan kamu umat Islam, umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas perbuatan manusia dan agar Rasul Muhammad menjadi saksi atas perbuatan kamu.” QS.Al-Baqarah; 143. 27 Seorang da’i seharusnya memahami tujuan-tujuan Islam yang telah di jelaskan oleh Syari’at Islam itu sendiri. Di antara tujuan-tujuan tersebut ialah menciptakan kemaslahatan umat dan menghindari segala kemudharatan dan bahaya dari mereka, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka jangka panjang. Ibnu Taimiyah 27 Lihat Ali Al-Qahtani bin Said, h.94-95 mengatakan, Syariat Islam datang untuk meraih kemaslahatan dan menyempurnakan serta menghindari kemudharatan dan meminimalisirnya. Secara keseluruhan Syariat Islam berpijak pada tiga kemaslahatan ; pertama, menghindari segala kemaslahatan demi memelihara ; agama, jiwa, akal, keturunan, kehormatan diri, dan harta. Kedua, mendatangkan berbagai kemaslahatan. Al-Qur’an adalah pembawa kemaslahatan dan penangkal kerusakan. Ketiga, menerapkan akhlak mulia dan mentradisikan kebaikan. Al-Qur’an menawarkan pemecahan segala problema yang tidak mampu di atasi manusia. Tidak ada satu aspek kebutuhan manusia di dunia dan di akhirat yang di abaikan Al-Qur’an. Kitab Allah ini memberikan kaidah-kaidah dan petunjuk dengan cara paling bijak dan lurus. Seorang da’i yang bijaksana adalah orang yang mengajak untuk mengamalkan rukun-rukun Islam, rukun iman dan ihsan. Ia juga harus memberikan penjelasan kepada umat manusia terhadap hal-hal yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan sunah seperti akidah, ibadah, muamalah dan akhlak secara terperinci, detail dan jelas. Masalah yang di dakwahkan dalam Islam yang amat agung dan mulia. Islam tidak memerintahkan pengikutnya dengan perkara-perkara kehidupan remeh, namun Islam mewajibkan pemeluknya untuk mengabdikan seluruh hidupnya kepada Allah SWT. Karena itu dakwah Islam menuntut setiap pengikutnya agar mengerahkan dan menyerahkan seluruh hidupnya kepada Allah. Allah-lah pemilik dakwah ini, sedangkan Al-Qur’an adalah firman-Nya yang mengandung dakwah-Nya. Dan kitab- Nya Al-Qur’an adalah kitab yang akurat dan penuh mukjizat baik dari sisi makna maupun uslubnya. Itulah sebabnya komitmen seorang da’i dengan Al-Qur’an dalam menyampaikan dakwahnya merupakan suatu keharusan yang tidak dapat di elakkan dengan firman Allah : QS. Al-Furqan ayat 51-52 “Dan Andaikata kami menghendaki benar-benarlah kami utus pada tiap-tiap negeri seorang yang memberi peringatan rasul. Maka janganlah kamu mengikuti orang-oarng kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al-Qur’an dengan jihad yang besar.” Merujuk kepada pernyataan di atas maka berikut ini akan dipaparkan metode dakwah yang akurat dalam A-Qur’an, antara lain tertuang dalam surat An-Nahl ayat 125 : “ Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasehat- nasehat yang baik dan bertukar pikiranlah dengan cara yang lebih baik...” Ada beberapa kerangka dasar tentang metode dakwah yang terdapat pada ayat di atas, antara lain sebagai berikut : 1. Bil al-Hikmah 2. Mauidzah al-Hasanah 3. Mujadalah 1. Bil al-Hikmah Kata hikmah sering kali di terjemahkan dalam pengertian bijaksana, yaitu suatu pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak objek dakwah mampu melaksanakan apa yang di dakwahkan, atau kemauannya sendiri, konflik maupun rasa tertekan. Dengan kata lain Bil al-Hikmah merupakan suatu metode pendekatan komunikasi yang di lakukan atas dasar persuasif. Karena dakwah tertumpu pada human oriented , maka konsekuensi logisnya adalah pengakuan dan penghargaan pada pihak-pihak yang bersifat demokratis, agar fungsi dakwah yang utama adalah bersifat informatif. 2. Mauidzah al-Hasanah nasehat yang baik Nasehat yang baik, maksudnya adalah memberikan nasehat kepada orang lain dengan cara yang baik, berupa petunjuk-petunjuk kearah kebaikan dengan bahasa yang baik yang dapat mengubah hati, enak di dengar, menyentuh perasaan, lurus pikiran, menghindari sikap kasar dan tidak boleh mencaci atau menyebut kesalahan audience sehingga pihak objek dakwah dengan rela hati dan atas kesadarannya dapat mengikuti ajaran yang disampaikan oleh pihak subjek dakwah. Jadi dakwah bukan propaganda yang memaksakan kehendak kepada orang lain. Karena cara ini akan melahirkan nifak dan munafiqin zul wujud; manusia berkepribadian seribu muka dan menuruti kemana angin bertiup. Ali Mustafa Yaqub menyatakan bahwa Mauizhah Al-Hasanah adalah ucapan yang berisi nasehat-nasehat yang baik di mana ia dapat bermanfaat bagi orang yang mendengarkannya, atau argumen-argumen yang memuaskan sehingga pihak audience dapat membenarkan apa yang di sampaikan oleh objek dakwah. 28 3. Mujadalah 28 Ali Mustofa Yakub, Sejarah dan Metode Nabi Jakarta:Pustaka Firdaus,1997,h.121 Upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang di ajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat. 29 29 Lihat RAHMAT SEMESTA, h.21

D. Hakikat Dakwah