Pemikiran dan aktivitas dakwah Rahmah El Yunusiyah

(1)

RAHMAH EL YUNUSIYAH

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

oleh

Fennazhra

NIM: 107051002537

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh sarjana (strata 1/S1) di Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti secara hukum bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 23 Mei 2011


(5)

i

Pemikiran dan Aktivitas Dakwah Rahmah El Yunusiyah

Rahmah El Yunusiyah adalah pendiri sekolah khusus puteri Perguruan Diniyah Puteri di Padang Panjang pada 1 November 1923. Beliau hadir ke tengah masyarakat melalui kegiatan dakwah dengan merespon kondisi masyarakat yang dihadapinya melalui sarana pendidikan yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan pada masa itu. Melalui lembaga pendidikan berbasis agama sangat menarik perhatian, oleh karena itu penulis sangat tertarik untuk menelitinya dalam skripsi ini.

Adapun rumusan masalahnya adalah bagaimana pemikiran dan aktivitas dakwah Rahmah El Yunusiyah. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif menggunakan metode historis dan teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi, wawancara dan observasi. Tenik analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif interpretatif.

Pemikiran dakwah menurut Rahmah El Yunusiyah ialah berdakwah bukan hanya sekedar dari mimbar ke mimbar tetapi dengan mendirikan sebuah sekolah guna mencetak kader-kader (wanita-wanita yang akan menjadi calon ibu) dan penerus generasi Islam (anak yang akan dilahirkannya). Maka dari itu Rahmah El Yunusiyah mendirikan sekolah khusus puteri berdasarkan Al-Qur`an dan Hadits yang dapat berguna bagi dirinya, masyarakat, dan bangsanya. Metode dakwah yang dilakukan oleh Rahmah El Yunusiyah dengan Al-Hikmah, Al-Mauidzatul Hasanah, Al-Mujadalah Bi Al-Lati Hiya Ahsan. Media dakwahnya dengan mendirikan sebuah lembaga pendidikan khusus puteri yaitu Pondok Pesantren Modern Khusus Puteri Perguruan Diniyyah Puteri di Padang Panjang. Guna mencetak kader-kader yaitu wanita-wanita berjiwa Islam yang tangguh yang mempunyai modal pendidikan yang layak seperti yang dicita-citakan Rahmah El Yunusiyah. Tujuan dakwahnya membentuk puteri-puteri yang berjiwa Islam dan ibu pendidik yang cakap dan aktif, serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air atas dasar pengabdian kepada Allah Subhanahu Wata’ala.

Aktivitas dakwah Rahmah El Yunusiyah tidak hanya dengan bentuk tertentu, dakwah itu harus meresap dalam seluruh bentuk kegiatan tetap dalam motovasi yang sama ibtidaa il mardhatillah semua itu karena Allah. Seperti mendirikan sekolah khusus puteri Perguruan Diniyyah Puteri di Padang Panjang, mendirikan Sekolah Manyasa untuk para wanita yang sudah berumah tangga karena di waktu mudanya belum sempat bersekolah, mendirikan Khuttub Khannah (taman bacaan) untuk masyarakat. Mendirikan Perserikatan Guru-Guru Poetri Islam di Bukittinggi, ikut dalam pergerakan Permi (Persatuan Muslimin Indosesia).


(6)

ii





Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skirpsi ini. Berkat pertolongan serta nikmat Allah, penulis mampu melalui rintangan dan cobaan saat mengerjakan skripsi ini.

Shalawat beserta salam senantiasa tercurahkan kepada yang tercinta baginda, penyeru jalan kebenaran Rasulullah SAW, beserta keluarga dan sahabatnya karena berkat perjuangan beliaulah kita dapat merasakan indahnya iman dan Islam sampai sekarang ini.

Waktu terus berjalan, seiring itu ada sebuah aktivitas yang penuh dan semangat dalam diri, semoga hasil yang dicapai menjadi buah manfaat bagi yang membaca skripsi ini.

Ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu selesainya penulisan skripsi yang berjudul “Pemikiran dan Aktivitas Dakwah Rahmah El

Yunusiyah”. Dalam skripsi ini penulis ingin menyampaikan bahwa ada seorang

tokoh wanita yang lebih dalam perjungannya dalam mencerdaskan anak bangsa dan generasi penerus anak bangsa.

Proses penulisan skripsi ini tidaklah semudah yang dibayangkan penulis sebelumnya, tetapi hal itu dapat diatasi berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada :

1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

2. Bapak Drs. Mahmud Djalal,MA., selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum sekaligus Pembimbing dalam penulisan skripsi ini,


(7)

iii

3. Bapak Drs. Jumroni MA., selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

4. Ibu Umi Musyarofah MA., selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

5. Bapak-bapak dan ibu-ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah memberikan arahan pengembangan intelektualitas penulis selama belajar di kelas, yang satu persatunya tidak sempat penulis sebutkan namanya.

6. Seluruh staff di FDK dan pengelola Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Dakwah, terimakasih atas layanannya semoga pelayanannya kepada mahasiswa menjadi amal ibadah dimata Allah.

7. Ayahanda H. Fuad El Hulum dan Ibunda Hj. Nurhasni atas seluruh pengorbanan, dorongan semangat serta kepercayaannya, penulis ucapkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya, semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan keberkahan-Nya, dan hanya Allah SWT yang mampu membalas jasa besar ayahanda dan ibunda.

8. Pimpinan, Guru, Staff, dan Kakak Senior Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang serta Pak Fauzan yang telah bersedia meluangkan waktunya.

9. Tuoku (kakek) tercinta Drs.H. Muchtar Salhy atas doa dan penjagaannya. Uda Nofal Syam.S.kom, Uni Nofita.SE, serta sepupu-sepupu semua yang sudah bersedia mendengarkan segala keluh kesah penulis.

10.Kawan-kawan Melisa Rezi dan Ria Adrian dan yang lain di Padang Panjang dan Mardhatillah di Jakarta yang telah bersedia menjadi sahabat, tempat bertukar fikiran dan pengalaman serta berkeluh kesah. Susah senang telah kita lalui bersama.

11.Teman-teman kelas KPI C angkatan 2007 yang selama lebih kurang empat tahun bersama mengalami susah, senang, emosi dan marah bersama, Melia, Leha, Suci, Iin, Farah, Hani, Zizi, Arin, Irna, Ayu, Fitri, Lini, Dara,


(8)

iv

12.Teman-teman di organisasi KMM Ciputat dan Fosma 165 UIN Jakarta. 13.Teman-teman KKS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2010 di

Kanagarian Sungai Batang, Maninjau, Sumatra Barat, Bang Ferli, Yana, Ishag, Puput, Yudi, Nadra, Ahda, Helda, Bedul, Dewi, Wandi, Hamim, Ridwan, dan Rizki.

Penulis mendoakan semoga bantuan, dukungan, bimbingan dan perhatian yang telah diberikan oleh semua pihak akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah swt disertai limpahan rahmat, hidayah serta berkah-Nya amin ya rabbal alamin.

Akhirnya penulis berharap agar karya ilmiah ini dapat menambah referensi atau khasanah keilmuan dan pengetahuan tentang salah satu tokoh da’iah di Indonesia yang berasal dari Padang Panjang, Sumatera Barat.

Jakarta, 19 Jumadil Akhir 1432H 23 Mei 2011 M


(9)

v

KATA PENGANTAR ...ii

DAFTAR ISI ...v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...5

C. Tujuan Penelitian ...5

D. Manfaat Penelitian ...5

E. Metodologi Penelitian ...6

F. Tinjauan Pustaka ...9

G. Sistematika Penulisan ...10

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Dakwah ...11

1. Pengertian Dakwah ...11

2. Unsur-Unsur Dakwah ...15

3. Tujuan Dakwah ...28

B. Pemikiran Dakwah ...30

1. Pengertian Pemikiran Dakwah ...30

2. Sumber Pemikiran Dakwah ...32

C. Aktivitas Dakwah ...34

1. Pengertian Aktivitas Dakwah ...34

2. Bentuk-Bentuk Aktifitas Dakwah ...35

BAB III PROFIL RAHMAH EL YUNUSIYAH A. Riwayat Hidup Rahmah El Yunusiyah ...38

1. Masa kanak-kanak Rahmah El Yunusiyah ...39

2. Kepribadian Rahmah El Yunusiyah ...40

3. Sifat Rahmah yang pengasih dan panyayang ...41


(10)

vi

D. Cita-cita, Dasar, Tujuan dan Sistem Pendidikan Rahmah El Yunusiyah dengan Diniyyah Puterinya ...52 BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN DAN AKTIVITAS DAKWAH

RAHMAH EL YUNUSIYAH

A. Identifikasi Informan ...59 B. Pemikiran Dakwah Rahmah El Yunusiyah ...61 C. Aktivitas Dakwah Rahmah El Yunusiyah ...75 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...86 B. Saran - Saran ...88

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama dakwah, yaitu agama yang menugaskan umatnya untuk menyiarkan Islam pada seluruh manusia sebagai rahmatan lil a’alamin. Dakwah merupakan aktivitas yang begitu lekat dengan kehidupan kaum muslimin. Begitu dekatnya sehingga hampir seluruh lapisan masyarakat terlibat didalamnya. Dakwah juga merupakan kewajiban bagi seluruh manusia yaitu mengajak ke jalan yang ma’ruf dan mencegah segala kemungkaran. Sebab hakikat dakwah adalah membina umat manusia serta menyelamatkan mereka dari kesengsaraan Dunia dan Akhirat. Sebagaimana firman Allah yang berbunyi:





















Artinya :“ kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”. (Q.S.Ali Imran:110)

Dari dakwah itu sendiri meskipun tidak ada yang baku didalamnya akan tetapi ini tidak akan menghilangkan makna dan tujuan yang pokok dakwah yaitu mengajak kepada sesuatu yang lebih baik. Artinya setiap muslimin bertugas dan


(12)

berkewajiban menjadi pengajak, penyeru atau pemanggil kepada umat untuk melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar. Mengajak kepada kebaikan dan meningalkan kemungkaran.

Upaya untuk mensyiarkan dan mengembangkan agama Islam adalah merupakan amanah dan tugas yang mulia. Sebab hal ini pada dasarnya sebagai realisasi dari kandungan Al-Qur`an dan Hadits, dengan menyiarkan dan mengembangkan dakwah tidak cukup hanya dengan kelengkapan konsep saja, tetapi dengan menggunakan metode yang bisa diterima oleh mad’unya.

Banyak metode-metode dakwah yang digunakan para da’i untuk mengajak umat manusia khususnya muslimin dan muslimat menuju jalan keridhoan Allah SWT. Salah satu cara dalam dakwah adalah dengan mendirikan sebuah lembaga pendidikan. Dimana dapat mencetak kader-kader yang sesuai dengan tujuan didirikannya lembaga pendidikan itu sendiri.

Tujuan didirikannya lembaga pendidikan itu tak lepas dari pemikiran yang dibawa oleh pendirinya. Pemikiran akan berkembang dalam masyarakat bila didukung oleh beberapa faktor : Pertama, ketokohan orang yang membawa ide; kedua, kekuatan ide yang dikembangkan bersifat rasional dan argumentative; ketiga, momentum sejarah yang memberi peluang bagi berkembangnya ide tersebut, atau dengan kata lain ide tersebut sesuai dengan kebutuhan zaman; keempat, literatur yang memuat ide–ide yang dipasarkan secara meluas; kelima, para pengikut atau murid si pembawa ide yang banyak berguru dengannya, yang secara langsung atau tidak langsung turut mengembangkan ide tersebut; keenam, ide yang dimunculkan bersifat baru dan aktual sehingga menarik untuk dijadikan bahan kajian; ketujuh, berkembangnya sebuah ide tidak lepas dari forum-forum


(13)

ilmiah seperti forum-forum seminar, kajian-kajian, dan studi ilmiah lainnya. Juga yang paling berpengaruh pada abad informasi sekarang ini adanya media publikasi dan media massa yang turut memperluas jaringan transformasi ide.1

Rahmah El Yunusiyah merupakan salah seorang pelopor dan pendiri sekolah khusus puteri pertama di Indonesia yang didirikannya pada 1 November 1923. Awal mulanya berdiri sekolah ini adalah untuk mengangkat harkat dan martabat perempuan dalam memperoleh pendidikan yang layak dan tak kalah dengan laki-laki pada zaman itu.2

Dalam pandangan Rahmah El Yunusiyah, perempuan mempunyai peran penting dalam kehidupan. Perempuan adalah pendidik anak yang akan mengendalikan jalur kehidupan mereka selanjutnya. Atas dasar itu, untuk meningkatkan kualitas dan memperbaiki kedudukan perempuan diperlukan pendidikan khusus kaum perempuan yang diajarkan oleh kaum perempuan sendiri. Dalam hal ini perlu adanya upaya untuk meningkatkan kemampuan kaum perempuan, baik di bidang intelektual, kepribadian ataupun keterampilan.

Pembahasan tentang konsep Rahmah El Yunusiyah mengenai pembaharuan pendidikan yang dirintisnya tidak lepas dari situasi pendidikan Islam di Minangkabau pada masa itu yang masih tertutup dalam masalah perempuan, serta pandangan umum masyarakat Minangkabau terhadap marginalisasi peran perempuan. Dalam hal ini Rahmah El Yunusiyah melihat adanya ketidaksetaraan perempuan dengan laki-laki yang disebabkan karena mereka tidak mendapatkan kesempatan belajar yang sama.

1

Buya Masoed Abidin, “Madrasah, Pendidikan, Perempuan Minangkabau”, artikel dikses pada 6 Desember 2010 dari http://ajisetiawan.blogspot.com/2006/03/sebagian-ulama-muslimah-indonesia.html

2 ibid


(14)

Tampaknya pikiran Rahmah El Yunusiyah setengah abad yang lalu sejalan dengan pendapat kaum wanita dewasa ini yaitu: “membangun masyarakat tanpa mengikutsertakan kaum wanita adalah sebagai seekor burung yang ingin terbang dengan satu sayap saja. Mendidik seorang wanita berarti mendidik seluruh manusia ”.

Pada masa penjajahan Jepang populer dengan nama “Sekolah Diniyah Puteri”, sedang pada masa sekarang dikenal dengan “Perguruan Diniyah Putri ” Padang Panjang. Nama ini juga sekaligus sebagai perlambang pembaharuan pendidikan agama Islam untuk wanita, sehingga semua pihak dan golongan masyarakat yang ingin maju pendidikan anak gadisnya di sekolahkan ke Perguruan ini.

Dalam perkembangan selanjutnya, sekolah ini menerapkan sistem pendidikan modern yang mengintegrasikan pengajaran ilmu–ilmu agama dan ilmu–ilmu umum secara klasikal, serta memberi pelajaran ketrampilan. Meskipun demikian, ilmu–ilmu agama tetap menjadi pelajaran pokok dan merupakan kekhususan sekolah ini.

Rahmah El Yunusiyah memadukan pendidikan yang diperoleh dari rumah tangga, pendidikan yang diterima sekolah dan pendidikan yang diperoleh dari masyarakat di dalam pendidikan asrama. Dengan sistem terpadu ini, teori ilmu pengetahuan dan agama serta pengalaman yang dibawa oleh masing–masing murid dipraktekkan dan disempurnakan dalam pendidikan asrama di bawah asuhan guru–guru asrama.3

Dengan berbagai macam metode dakwah yang luas itu penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam lagi jalan dakwah yang dipilih oleh Rahmah El Yunusiyah,

3

Panitia penerbitan buku Peringatan 55 tahun Diniyyah Puteri,Peringatan 55 tahun Diniyyah Puteri Padang Panjang ,(Jakarta: CV Ghalia Indonesia,1978)h.102


(15)

dari kehidupan kebangsaan kita sekaligus menjadi objek skripsi yang berjudul; “PEMIKIRAN DAN AKTIVITAS DAKWAH RAHMAH EL YUNUSIYAH”.

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Penulis membatasi penulisan skripsi ini pada bahasan pemikiran dakwah dan aktivitas dakwah Rahmah El Yunusiyah yang banyak menghasilkan bentuk perubahan dalam kehidupan masyarakat minang khususnya.

2. Perumusan Masalah

Dari batasan tersebut penulis merumuskan masalahnya sebagai berikut: a. Bagaimana pemikiran dakwah Rahmah El Yunusiyah ?

b. Bagaimana aktivitas dakwah Rahmah El Yunusiyah ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu :

1. Mengetahui pemikiran dakwah Rahmah El Yunusiyah. 2. Mengetahui aktivitas dakwah Rahma El Yunusiyah.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan akan membawa manfaat yang luas, baik secara akademis maupun praktis.


(16)

1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi pengetahuan tentang dakwah Islamiyah khususnya bagi Fakultas Dakwah dan Komunikasi pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi para mubaligh dalam mengembangkan dakwah Islam dan memotivasi para mubaligh untuk lebih semangat dalam melakukan kegiatan dakwah di tengah masyarakat.

E. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode histories adalah studi tentang masa lalu dengan menggunakan kerangka berbagai tahap generalisasi untuk memaparkan, menafsirkan dan menjelaskan data. Metode histories bertujuan merekonstruksi masa lalu secara sistematis dan objektif dengan menggumpulkan, menilai memverivikasi dan menyintesiskan bukti untuk menetapkan fakta dan mencapai konklusi yang dapat dipertahankan.4 Dengan metode historis, penulis mencoba menjawab masalah-masalah yang dihadapinya.

Penulis mengambil sumber data dari hasil penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Penelitian kepustakaan adalah cara pengumpulan data dengan berusaha mencari dan mengumpulkan data yang diperlukan, dipakai, digunakan,

4 Jalaluddin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), h. 21-23


(17)

dan diperhitungkan dalam penelitian. Sedangkan penelitian lapangan adalah penelitian langsung ke lapangan yaitu dengan mendatangi secara langsung sekolah yang didirikan oleh Rahmah El Yunusiyah.

Data diambil dari penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan dengan mengandalkan bacaan baik dari buku maupun tulisan yang mempunyai relevansi dengan judul penelitian ini, dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.

Pendekatan kualitatif yaitu data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan dengan angka-angka. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap yang sudah diteliti. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan tersebut. Data-data mungkin dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, vidio tape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya. Peneliti menganalisis data tersebut dan sejauh mungkin dalam bentuk aslinya.5

Dalam pelaksanannya penulis melakukan wawancara mendalam tentang Rahmah El Yunusiyah kepada keluarga dan orang yang pernah beriteraksi langsung dengan beliau.

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah tokoh Rahmah El Yunusiyah, sedangkan objek penelitiannya adalah pemikiran dan aktivitas dakwah Rahmah El Yunusiyah.

5

Dr.Lexy J. Moeleong,M.A, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda Karya, 2000)


(18)

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Diniyyah Putri jalan Abdul Hamid Hakim No 30 Padang Panjang Sumatra Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret 2011.

4. Teknik Pengumpulan Data a. Dokumentasi

Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto, dan sebagainya. Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Secara detail bahan dokumenter terbagi beberapa macam, yaitu otobiografi, surat-surat pribadi, buku atau catatan harian, memorial, klipping, dokumen pemerintah atau swasta, data di server dan flashdisk, data tersimpan di website, dan lain-lain.6

b. Wawancara

Interview atau wawancara adalah alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan juga.7

Pengumpulan data melalui wawancara secara mendalam dengan keluarga, karib kerabat dan murid yang bertemu langsung dengan Rahmah El Yunusiyah. Dan juga mengumpulkan berbagai informasi yang dapat menunjang data yang diperlukan. Mereka adalah Prof. Dr. Fauzan.MA (Menantu Rahman El Yunusiyah), Faridah Saleh (Keponakan Rahmah El Yunusiyah), Fauziah Fauzan

6

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Prenada Media Group,2007), 7

S. Margono, Metodologi Research, jilid 1 (Yogyakarta: Gajah Mada Universit y, 1993), h. 159


(19)

El M (Pimpinan Diniyyah Puteri dan cucu Rahmah El Yunusiah), Dahniar Ali dan Nurjannah Ali (murid yang bertemu langsung dengan Rahmah El Yunusiyah).

c. Observasi

Observasi adalah sebuah metode ilmiah berupa pencatatan secara sistematik mengenai fenomena-fenomena yang diselidiki.8 Pengamatan dilakukan secara langsung di lapangan untuk memperoleh data berkenaan denga fokus penelitian. Penulis melakukan observasi di Pesantren Modern Perguruan Diniyah Putri Padang Panjang selama satu bulan penuh (Maret 2011).

5. Teknik Analisis Data

Dari data yang dikumpulkan, kemudian dianalisis. Metode yang penulis pakai dalam menganalisis data adalah menggunakan metode analisis deskriptif interpretatif, maksudnya adalah melaporkan data dengan cara menerangkan, memberi gambaran dan mengklasifikasikan data yang terkumpul apa adanya dan kemudian data tersebut disimpulkan.

6. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan dalam skripsi ini, penulis berpedoman kepada

“Buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi” yang diterbitkan oleh CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

F. Tinjauan Pustaka ( Penelitian Terdahulu )

Peneliti juga mengadakan tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka dilakukan di Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Fakultas

8

Jalaluddin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), h.83


(20)

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Perpustakaan Pondok Pesantren Modren Dinyyah Puteri Padang Panjang serta Perpustakaan Utama IAIN Imam Bonjol Padang. Hal ini dilakukan untuk memastikan apakah ada judul atau tema yang sama dengan skripsi ini. Setelah dilakukan penelitian, tidak terdapat judul atau tema yang sama dengan skripsi ini.

G. Sistematika Penulisan

Berdasarkan uraian di atas, dalam menulis penelitian ini penulis menyusunnya secara sistematis. Agar penjabaran (deskripsi) penelitian ilmiah ini mudah dipahami, penulis membaginya kedalam beberapa bab dan sub bab, diantaranya:

BAB I Pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, pembatasan masalah dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Teoritis, terdiri dari konsep dakwah, pemikian dakwah, dan

aktivitas dakwah.

BAB III Profil Rahmah El Yunusiyah meliputi : riwayat hidup, latar belakang pendidikan, kiprah Rahmah El Yunusiyah di Bidang Politik, Sosial dan Keagamaan, dan Cita-cita, Dasar, Tujuan dan Sistem Pendidikan Rahmah El Yunusiyah dengan Diniyyah Puterinya .

BAB IV Analisis Pemikiran dan Aktivitas Dakwah Rahmah El Yunusiyah, bagian ini terdiri dari, pemikiran dakwah menurut Rahmah El Yunusiyah, aktivitas dakwah Rahmah El Yunusiyah.

BAB V Penutup terdiri dari kesimpulan, saran serta diakhiri oleh daftar pustaka dan lampiran-lampiran.


(21)

11

TINJAUAN TEORITIS

A. Dakwah

1. Pengertian Dakwah

Ditinjau dari segi bahasa “dakwah” berarti : panggilan, seruan atau ajakan. Bentuk perkataan tersebut dalam bahasa arab disebut masdar. Sadang bentuk kata kerja atau fi’ilnya adalah yang berarti memanggil, menyeru atau mengajak,

ﻰﻋد

ﻋﺪﯾ

ةﻮﻋد

.

Sedangkan orang yang berdakwah biasa disebut dai’i (

ﻰﻋاد

).1 Dan orang yang menerima dakwah disebut mad’u (

ﻮﻋﺪﻣ

).2

Menurut Sayyid Quthub yang dikutip oleh A. Ilyas Ismail, Kata dakwah berasal dari bahasa arab da’wah, merupakan bentuk masdar dari kata kerja da’a (madhi), yad’u (mudhari’), yang berarti seruan, ajakan, atau panggilan. Kata dakwah juga berarti doa (ad-du’a), yakni harapan, permohonan kepada Allah Swt atau seruan ( al-nid‘a).3

Menurut Amirullah Ahmad juga mengatakan kata dakwah berasal dari kata kerja da’a, yad’u, da’watan. Kata da’a mengandung makna mengajak, menyeru, memanggil, maka da’watan berarti ajakan, seruan, pangggilan.4 Orang yang melakukan kegiatan dakwah disebut da’i. Dakwah merupakan proses untuk mendorong orang lain agar memahami dan mengamalkan keyakinan tertentu.

1

Ahmad Warson Munawir, Kamus Al Munawir, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), h. 406

2

Ibid., h. 407 3

A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub: Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Harakah, cet.ke-2, (Jakarta: Penamadani, 2008), h.144.

4

Amirullah Ahmad, Dakwah Islam Sebagai Ilmu; Sebuah Kajian Epistimologi dan Struktur Keilmuan Dakwah, (Medan: Jurnal Kajian Dakwah dan Kemasyarakatan, vol.I, No.1,199), h.5


(22)

Dalam Al-Qur`an kata dakwah digunakan untuk merujuk pada berbagai aktivitas, antara lain5:

a. Proses untuk mengajak manusia kepada Al-Khoir (Al-Islam) Terdapat dalam surat Ali Imran ayat 104:



















Artinya:“dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung”. (Q.S.Ali Imran:104)

b. Usaha untuk mengajak manusia kepada jalan Allah Terdapat dalam surat An Nahl ayat 125:











Artinya:“serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Q.S An-Nahl:125)

c. Usaha untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan (sistem batil) kepada cahaya (sistem Islam)

Terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 257

5


(23)

































Artinya: “Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”. (Q.S. Al-Baqarah: 257)

d. Menyeru kepada manusia untuk masuk kedalam darul Islam di Dunia dan darul salam (Surga) di Akhirat.

Terdapat dalam Surat Yunus ayat:25:









Artinya: “Allah menyeru (manusia) ke darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang Lurus”. (Q.S. Yunus:25)

Ditinjau dari segi istilah menurut Sayyid Quthub sebagaimana yang dikutip A. Ilyas Ismail, mendevinsikan dakwah sebagai usaha orang beriman untuk mewujudkan sistem ajaran Islam dalam realitas kehidupan atau usaha orang beriman untuk mengkokohkan sistem Allah dalam kehidupan manusia, baik pada tataran individu, keluarga, masyarakat, dan umat demi kebahagian Dunia dan Akhirat.6

Sedangkan Quraish Shihab mengatakan dakwah adalah seruan ajakan kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik

6


(24)

(dari awalnya berperilaku buruk sampai kepada arah keadaan yang lebih baik) dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat, dan dakwah seharusnya berperan dalam pelaksanaan ajaran Islam secara lebih menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan.7

Prof. Toha Yahya Oemar MA., Dekan Fakultas Usuluddin IAIN dalam bukunya Ilmu Dakwah mengemukakan pengertian tentang dakwah dari dua segi:

1. Pengertian dakwah secara umum:

Ialah suatu ilmu pengetahuan yang berisi cara-cara tuntunan-tuntunan, bagaimana seharusnya menarik perhatian manusia untuk menganut, menyetujui, melaksanakan suatu idiologi, pendapat, pekerjaan yang tertentu. 2. Pengertian dakwah menurut ajaran agama Islam

Ialah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di Dunia dan Akhirat.8

Dakwah adalah merupakan suatu proses penyelenggaraan suatu usaha atau aktivitas yang dilakukan dengan sabar dan dengan sengaja, berdasarkan Al-Qur`an dan As-Sunnah. Usah yang diselenggarakannya itu berupa:

a. Mengajak orang lain untuk beriman dan mentaati Allah SWT atau memeluk agama Islam serta menjalankan segala perintahnya.

7

Qiraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi Dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan 1998), Cet. Ke-17, h. 194.

8

A. Hasanuddin, Retorika Dakwah dan Publisistik dalam Kepemimpinan, (Surabaya : Usaha Nasional, 1982), cet. Ke-1, h. 34


(25)

b. Amar ma’ruf, mencegah perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT. Proses penyelenggaraan usaha tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang diridhoi-Nya.9

Dari sejumlah pengertian di atas, dapat dipahami bahwa dakwah artinya, mengajak, mengimbau dan memerintahkan. Dengan demikian maka makna dakwah secara syari’at adalah seruan atau himbauan untuk menjalankan perintah Allah, baik ucapan maupun perbuatan dan meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah, baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan.

2. Unsur-Unsur Dakwah

Dakwah sebagai sebuah kajian dan gerakan, tentu saja terdiri dari sejumlah unsur yang membentuk menjadi sebuah tatanan atau sistem. Unsur-unsur dimaksud yaitu: da’i (subjek dakwah), mad’u (objek dakwah), materi dakwah, metode dakwah, dan media dakwah. Sejalan dengan rumusan proses komunikasi sederhana dimana ada komunikator, komunikan, pesan, dan media. Unsur-unsur dakwah akan dijelaskan satu per satu.

a. Da’i

Secara etimologi da’i adalah orang yang menyeru, mengajak, mengundang (berdakwah) mad’u (objek dakwah) ke dalam apa yang disampaikan oleh da’i tersebut. Secara terminologi da’i adalah orang yang telah melakukan kesaksian (syahadatain) dengan Allah dan nyatalah stastusnya sebagai muslimin, dengan melakukan aktivitas dakwah untuk mengajak manusia kepada Islam dan mengingkari thoghut.

9


(26)

Da’i adalah orang yang melakukan dakwah baik secara lisan, tulisan, maupun perbuatan yang dilakukan secara individu, kelompok atau berbentuk lembaga atau organisasi.

Nasarudin Lathief mendevinisikan bahwa da’i adalah muslim dan muslimat yang menjadikan dakwah sebagai suatu amaliah pokok. Ahli dakwah adalah wa’ad, muballigh mustama’in (guru penerang) yang menyeru, mengajak, memberi pengajaran dan pelajaran agama Islam.10

Da’i juga harus mengetahui cara menyampaikan dakwah tentang Allah SWT, alam semesta, dan kehidupan, serta apa yang dihadirkan dakwah untuk memberikan solusi terhadap problem yang dihadapi manusia, juga metode-metode yang dihadirkannya untuk menjadikan agar pemikiran dan perilaku manusia tidak salah dan tidak melenceng.11 Sebagaimana ditegasakan dalam Al-Qur`an surat Ali Imran ayat 110 :





















Artinya: “kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”. (Q.S. Ali Imran:110)

10

Nasaridin Lathif, Teori dan Praktek dakwah Islamiah, (Jakarta: PT. Firma Dara, tt), h.11 11

Mustafa Malaikah, Manhaj Dakwah Yusuf Al-Qardawi: Harmoni Antara Kelembutan dan Ketegasan, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1997), h.18


(27)

Subjek dakwah adalah orang yang melakukan dakwah, yaitu orang yang berusaha merubah situasi yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah SWT, baik secara individu atau kelompok (organisasi) sekaligus sebagai pemberi informasi dan pembawa misi.12

Da’i adalah seseorang yang harus paham benar tentang kondisi masyarakat dari berbagai segi mulai dari psikologi, sosial, kultur, etnis, ekonomi, politik, makhluk Tuhan ahsani taqwim.13 M. Ghozali juga menegaskan dua syarat utama yang harus dimiliki oleh seorang juru dakwah yaitu pengetahuan, mendalam tentang Islam dan juru dakwah harus memiliki jiwa kebenaran (ruh yang penuh dengan kebenaran, kegiatan, kesadaran dan kemajuan). 14

b. Mad’u

Mad’u yaitu orang yang menjadi sasaran dakwah atau manusia yang menjadi penerima dakwah, baik sebagai individu maupun kelompok. Baik manusia yang beragama Islam maupun tidak, atau dengan kata lain manusia secara keseluruhan. Mad’u juga diartikan sebagai orang yang menerima pesan dari da’i. Ini biasanya kita kenal dengan sebutan objek dakwah (mad’u) yang diajak. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur`an surat Saba ayat 28:











12

M. Hafi Anshary, Pemahaman dan Pengalaman Dakwah, (Surabaya:Al-Ikhlas, 1993), Cet. Ke-1, h.179.

13

M.Syafaat Habib, Buku Pedoman Dakwah, (Jakarta : Wijaya, 1982), cet. Ke-1, h.106-107.

14


(28)

Artinya:“Katakanlah: “Perlihatkanlah kepadaku sembah-sembahan yang kamu hubungkan dengan Dia sebagai sekutu-sekutu-Nya, sekali-kali tidak mungkin! sebenarnya Dia-lah Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (Q.S.Saba:28)

Secara umum Al-Qur`an menjelaskan ada tiga tipe mad’u yaitu mukmin, kafir dan munafik. Dari ketiga klasifikasi tersebut ini, mad’u kemudian dikelompokkan lagi dalam berbagai macam pengelompokkan, misalnya, orang mukmin dibagi menjadi tiga yaitu: dzalim linafsih, muqstashid ( orang yang sederhana) Dan sabiqun bilkhairat (berlomba dalam kebaikan). Kafir bisa dibagi menjadi kafir zimmi dan kafir harbi. Mad’u atau mitra dakwah terdiri dari bebagai macam golongan manusia. Oleh karena itu, menggolongkan mad’u sama dengan menggolongkan manusia itu sendiri dari aspek profesi, ekonomi, dan seterusnya.15

Di dalam melaksanakan aktivitas dakwah baik amamah (berjamaah) atau fardhiyah (individu) harus dapat memasuki tiap elemen kehidupan, tidak terpaku pada suatu tempat atau masyarakat tertentu saja.

Menurut Muhammah Fathan Al-Haq, secara garis besar objek dakwah terbagi menjadi tiga. Pertama, keluarga. Seruan pertama kali dan sudah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dalam menjalankan amanahnya yakni berdakwah, dimana yang didahulukan adalah keluarga atau kaum kerabat yang terdekat (aqrabin). Hal ini merupakan salah satu upaya untuk membangun tatanan masyarakat Islam yang lebih kokoh dan mendasar. Serta untuk memberikan suri teladan di masyarakat. Selain itu juga sebagai langkah antisipasi terhadap penolakan yang terjadi. Dikarenakan sejahat-jahatnya keluarga tidak akan mengancam hilangnya nyawa.

15

Mustafa Mulaikah, Manhaj Yusuf Al-Qardawi: Harmoni Antara Kelembutan Dan Ketegasan, (Jakarta:Pustaka Al-Kautsar,1997),h.23


(29)

Kedua, kawan atau teman. Teman merupakan cadangan dijadikan mad’u

yang potensial, dikarenakan hubungan pertemanan atau persahabatan dibangun atas dasar rasa saling percaya dan saling membutuhkan bantuan. Hingga hubungan pertemanan adalah hubungan yang sudah terikat secara psikologis serta kebutuhan setiap manusia dalam berinteraksi dengan masyarakat yang lebih luas.

Ketiga, masyarakat. Masyarakat merupakan objek dakwah yang paling potensial karena merupakan komunitas terbesar dari kokohnya sebuah sistem pemerintahan. Masyarakat juga merupakan objek dakwah yang menantang, karena lebih beragam dan plural baik dari segi agama, suku bangsa, hingga negara.

c. Materi Dakwah

Materi dakwah yang paling utama adalah bersumber pada Al-Qur’an dan Hadits. Materi dakwah yang akan disampaikan tergantung pada tujuan dakwah yang hendak dicapai. Materi yang diperlukan untuk satu kelompok masyarakat belum tentu cocok untuk kelompok masyarakat yang berbeda. Oleh sebab itu pemilihan materi haruslah tepat, apakah itu untuk pemuda, mahasiswa, petani, pekerja kasar, pegawai tinggi, juga apakah pendengar itu heterogen, artinya berbagai tingkat dan mutu pengetahuannya ataukah sejenisnya.16

Pada dasarnya materi dakwah Islam dapat diklasifikasikan menurut tujuan dakwah yang hendak dicapai. Namun secara global materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi tiga pokok, yaitu:

16


(30)

1. Masalah keimanan

2. Masalah keislaman (syari’ah)

3. Masalah budi pekerti (akhlakul karimah)17

Sedangkan menurut M. Munir dan Wahyu Illahi dalam bukunya menegenai dakwah membagi materi dakwah menjadi empat bagian yaitu, : akidah, syariah, mu’amalah dan akhlak.18

1) Masalah akidah (keimanan)

Aspek akidah ini membentuk moral (akhlak) manusia. Oleh karena itu, yang pertama kali dijadikan materi dalam dakwah Islam adalah masalah akidah atau keimanan. Akidah yang menjadi materi utama dakwah yang mempunyai ciri-ciri yang membedakanya dengan kepercayaan agama lain, yaitu:

a. Keterbukaan melalui persaksian (syahadat). Seorang muslim harus selalu jelas identitasnya.

b. Cakrawala pandangan yang luas dengan memperkenalkan bahwa Allah adalah Tuhan seluruh alam, bukan Tuhan kelompok atau bangsa tertentu.

c. Ketahanan antara iman dan Islam atau antara iman dan amal perbuatan. Dalam ibadah pokok yang merupakan manifestasi dari iman yang dipadukan dengan segi-segi pengembangan diri dan kepribadian seseorang dengan kemaslahatan masyarakat yang menuju pada kesejahteraan. Karena akidah memiliki keterlibatan soal-soal kemasyarakatan.

17

Badan Pembina Rohani Pegawai DKI Jakarta, Akhlak,(Jakarta 1989), cet ke-3, h. 5-3 18


(31)

2) Masalah syari`ah

Materi dakwah yang bersifat syari’ah ini sangat luas dan mengikat seluruh umat Islam. Ia merupakan jantung yang tidak terpisahkan dari kehidupan umat Islam di berbagai penjuru Dunia, dan sekaligus merupakan hal yang patut dibandingkan. Kelebihan dari materi syariah umat Islam antara lain adalah ia tidak dimiliki oleh umat-umat yang lain. Syariah ini bersifat universal, yang menjelaskan hak-hak umat muslim dan non-muslim, bahkan hak seluruh umat manusia. Dengan adanya materi syariah ini, maka tatanan sistem Dunia akan teratur.

Syariah dan hukum bersifat konferhensif yang meliputi segenap kehidupan manusia. Kelengkapan ini melahirkan konsepsi Islam tentang kehidupan manusia yang diciptakan untuk memenuhi ketentuan yang membentuk kehendak Ilahi. Materi dakwah yang menyajikan unsur syariah harus dapat menggambarkan atau memberikan informasi yang jelas di bidang hukum dalam bentuk status hukum yang bersifat wajib,

mubah (dibolehkan), mandup (dianjurkan), makruh (dianjurkan untuk tidak dilakukan), dan haram (dilarang).

3) Masalah muamalah

Islam merupakan agama yang menekankan urusan muamalah lebih besar porsinya daripada urusan ibadah. Islam lebih banyak memerhatikan aspek kehidupan sosial daripada aspek ritual. Islam adalah agama yang menjadikan seluruh bumi masjid, tempat pengabdian kepada Allah.


(32)

4) Masalah akhlak

Secara etimologi kata akhlak berasal dari bahasa arab, jamak dari “khuluqun” yang berarti budi pekerti, peragai, pembahasan akhlak berkaitan dengan masalah tabiat atau kondisi temperatur batin yang memepengaruhi perilaku manusia. Akhlak bagi Alfarabi adalah jalan keutamaan-keutamaan yang dapat mennyampaikan manusia kepada tujuan hidupnya yang tertinggi, yaitu kabahagiaan. Mempelajari akhlak berarti mengetahaui kajahatan atau kekurangan yang dapat merintangi usaha mencapai tujuan tersebut.19

Dalam sumber lain disebutkan bahwa apabila kita melihat materi dakwah akan mendapat susunan materi dakwah sebagai berikut :

1. Aqidah. 2. Akhlak. 3. Hukum. 4. Ukhuwah. 5. Pendidikan. 6. Sosial. 7. Kebudayaan. 8. Amar ma’ruf. 9. Nahi munkar.20

19

Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, (Jakarta:PT. Ichtiar Baru Van Hoove, 2002), h.190.

20


(33)

d. Metode Dakwah

Metode dakwah mencakup seluruh aktivitas kehidupan, karena kaum muslimin dengan kemampuan yang ada pada dirinya bisa menjadikan setiap amal yang diperbuat dan setiap aktivitas yang dilaksanakan sebagai jalan untuk berdakwah menunjukkan manusia ke jalan yang lurus.21

Metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang

da’i (komunikator) kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang. Adapun bentuk-bentuk metode dakwah yaitu:

1. Al-Hikmah yaitu merupakan kemampuan da’i dalam memilih dan menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi objek mad’u.

Dalam bahasa komunikasi hikmah menyangkut apa yang disebut sebagai frame of reference dan field of experience, yaitu situasi total yang mempengaruhi sikap terhadap pihak komnnikan (objek dakwah).22

Beberapa ilmuan Islam memberi makna bi al hikmah sebagai berikut:

a. Al-Maraghi memberi makna bi al hikamah dengan lebih luas, yakni dengan wahyu Allah yang telah diberikan kepada manusia.23 b. M. Abduh berpendapat bahwa hikmah adalah mengetahui rahasia

dan faedah di dalam tiap-tiap hal. Hikmah juga dalam arti ucapan yang sedikit lafadzh akan tetapi banyak makna. Ataupun diartikan meletakkan sesuatu pada tempatnya.

21

Sayid Muhammad Nuh, diterjemhakan oleh: Ashfa Afkarina, Dakwah Fardiyah: Pendekatan Persolan Dalam Dakwah, (Solo: Era Intermedia, 2000), h. 26

22

Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah(Jakarta: Gaya Media Pratama,1987), h.37 23


(34)

c. Al- Zamakhsari memberikan makna bi al hikmah sebagai perkataan yang pasti benar, yakin dalil yang menjelaskan kebenaran dan menghilangkan keraguan atau kesamaran. Kemudian ia juga mengartikan dengan Al-Qur`an yakni “serulah mereka mengikuti kitab yang memuat al hikmah.”24

d. Wahbah Al Juhali memberikan makna bi al hikmah sebagai perkataan yang jelas dengan dalil yang terang, yang dapat mengantarkan pada kebenaran dan menyingkapi keraguan.25 Dakwah bi al hikmah yang berarti dakwah bijak, mempunyai makna selalu memperhatikan suasana, situasi dan kondisi mad’u

(muqtadha al-hal). Hal ini berarti menggunakan metode yang relevan dan realistis sebagaimana tantangan akan kebutuhan, dengan selalu memperlihatkan kadar pemikiran dan intelektual, suasana psikologis dan situasi sosial culturalmad’u.26

Perkataan Sayyid Quthub. Ia mengatakan bahwa untuk mewujudkan metode dakwah bi al hikmah harus memperhatikan tiga faktor:

a. Keadaan dan situsi orang yang didakwahi.

b. Kadar atau ukuran materi dakwah yang disampaikan agar mereka tidak merasakan keberatan dengan baban materi pada saat itu.

24

Asep Muhidin, Dakwah Dalam Perspektif Al-Qur`an: Studi Kritis atas Visi, Misi dan Wawasan, (Bandung :CV. Pustaka Setia, 2002),h.163

25

Wahbah Al-Juhali, At-Tafsir Al Munir, Juz.13-14, h.267. 26

Asep Muhidin, Dakwah Dalam Perspektif Al-Qur`An: Studi Kritis Atas Visi, Misi Dan Wawasan, (Bandung: CV.Pustaka Setia, 2002),h.163


(35)

c. Metode panyampaian materi dakwah dengan membuat variasi sedemikian rupa yang sesuai dengan kondisi pada saat itu.27

2. Al-Mauidzatul Hasanah yaitu ungkapan yang mengandung unsur bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita gembira, peringatan, pesan-pesan positif yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan agar mendapatkan keselamatan Dunia dan Akhirat.

Menurut Ali Mustafa Yaqub menyatakan bahwa mauidhah al hasanah adalah ucapan yang berisi nasehat-nasehat yang baik di mana dapat bermanfaat bagi orang yang mendengarkannya, atau argumen-argumen yang memuaskan sehingga pihak audience dapat membenarkan apa yang disampaikan oleh objek dakwah28

3. Al-Mujadalah Bi Al-Lati Hiya Ahsan yaitu bertukar pendapat yang dilakukan oleh kedua belah pihak secara sinergis.29

Dalam kegiatan dakwah, metode dakwah harus disesuaikan dengan kondisi mad’u (penerima dakwah) baik dari segi pendidikan, ekonomi, dan adat istiadat agar tercapai keberhasilan dakwah.

e. Media Dakwah

Dilihat dari asal kata, media berasal dari kata latin yaitu median yang artinya alat perantara, sedangkan istilah media berarti segala sesuatu yang dapat dijadikan alat perantara untuk mencapai sesuatu tujuan.30

27

Sayyid Quthub, Fi Dzila Qal-Qur`An Jilid VII, Beirut, Ihya’ At-Turas Al-Arabi, tt 28

Ali Mustafa Yaqub, Sejarah dan Metode Nabi (Jakarta : Pustaka Firdaus, 19970, h. 121. 29

Munzier Saputra dan Harjani Hefni, Metode Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 11-20


(36)

Dalam kamus istlah komunikasi, adalah sarana yang digunakan oleh komunikator sebagai saluran untuk menyampaikan suatu pesan kepada komunikan apabila komunikan jauh tempatnya dan banyaknya atau keduanya.31 Media juga berarti alat objektif yang menjadi saluran yang menghubungkan antara ide dengan umat, suatu elemen yang vital dan merupakan urat nadi dalam kegiatan dakwah. Jika dilihat dari segi sifatnya, media dakwah dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu:

1. Media tradisional, yaitu berbagai macam seni dan pertunjukan yang secara tradisional dipetaskan didepan umum terutama untuk hiburan yang memiliki sifat komunikasi seperti: drama, pewayangan, ketoprak humor, dan lain-lain.

2. Media modern yaitu media yang dihasilkan dari teknologi yang antara lain seperti; televisi, radio, majalah, surat kabar dan lain sebagainya.32 Media dakwah adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan materi dakwah (ajaran Islam) kepada mad’u. Untuk menyampaikan ajaran islam kepada umat, dakwah dapat digunakan bebagai wasilah. Hamzah Ya’kub membagi wasilah dakwah menjadi lima macam, yaitu: lisan, tulisan, lukisan, audiovisual, dan akhlak.

1. Lisan adalah media dakwah yang paling sederhana uang menggunakan lidah dan suara, dakwah dengan media ini dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan, diskusi, dsb.

30

Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 163.

31

Ghazali Syahdar bc,TT, Kamus Istilah Komunikasi,(Bandung: Djembatan,1992).h. 227. 32

Adi Sasono, Solusi Islam Atas Problematika Umat Ekonomi, Pendidikan Dakwah, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), h.154.


(37)

2. Tulisan adalah media dakwah melalui tulisan, buku, majalan, surat kabar, surat-menyurat (korespondensi), spanduk dsb.

3. Lukisan adalah media dakwah melalui gambar, baik gambar lukis kanvas, karikatur, komik, dsb.

4. Audiovisual adalah media dakwah yang dapat merangsang indera pendengaran, penglihatan, atau kedua-duanya, seperti televisi, film slide, OHP, internet, dsb.

5. Akhlak yaitu media dakwah melalui perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan ajaran Islam yang secara langsung dapat dilihat dan didengar oleh mad’u.

Menurut pakar dakwah media dakwah terbagi menjadi tiga bagian : 1. Dakwah bil lisan

Termasuk dalam kategori ini antara lain pidato khutbah, pengajian, diskusi, ceramah, dialog. Rasulullah sudah melakukan dakwah bil lisan

secara tatap muka sejak awal. 2. Dakwah bil kitabah

Termasuk dalam kategori ini antara lain adalah melalui tulisan, buku-buku, artikel, surat kabar cetak maupun audio visual.

3. Dakwah bil hal

Termasuk dakwah dalam kategori ini adalah berdakwah melalui perbuatan. Mulai dari cara berpakaian, tutur kata, tingkah laku, sampai pada bentuk kerja nyata. Seperti halnya mendirikan sekolah, rumah sakit, tempat-tempat ibadah.33

33


(38)

Menurut Anwar Mas’ari menyebutkan beberapa media dan sarana yang diperukan oleh juru dakwah antara lain :

1. Mimbar dalam khitobah. 2. Qalam dan khitobah.

3. Masrah (pementasan) malhamah ( drama). 4. Seni suara dan seni bahasa.

5. Medan dakwah.

6. Alat bantu perlangkapan.34

3. Tujuan Dakwah

Adapun dakwah juga mempunyai tujuan, sebab tidak mungkin dakwah dilakukan dengan berbagi cara baik itu dengan bil-lisan, bil-qolam maupun bil-haal dengan tanpa tujuan yang jelas.

Bagi proses dakwah, tujuan merupakan salah satu faktor terpenting dan sentral karena melandasi segenap tindakan dalam rangka usaha kerja sama dakwah. Tujuan dakwah seolah-olah sebagai kompas pedoman yang tidak boleh diabaikan dalam proses penyelenggaraan dakwah.Sebagaimana dalam Al-Qur`an disebutkan pada surat Al-Fusilat ayat 33:









Artinya:“siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?".”

(Q.S.Al-fushilat:33)

34


(39)

Secara umum tujuan dari dakwah yakni mengubah perilaku sasaran dakwah agar menerima dan mengamalkan ajaran Islam dalam tataran kehidupan sehari-hari, baik dengan masalah pribadi, keluarga, maupun masalah sosial kemasyarakatan agar terdapat kehidupan yang penuh dengan keberkahan.35

Tujuan dakwah juga dapat diartikan yaitu mengaktualisasikan nilai-nilai ajaran Islam kedalam kehidupan sehai-hari secara pribadi, kekeluargaan, masyarakat sehingga tercapai umat yang sejahtera lahir dan batin, bahagia dunia akhirat.36 Tujuan dakwah menurut Ali Mahfudz :

a. Menyiarkan tuntunan Islam, membetulkan aqidah dan meluruskan amal perbuatan manusia terutama budi pekerti.

b. Memindahkan hati dari keadaan yang buruk menjadi keadaan yan baik. c. Membentuk tali persaudaraan dan menguarkan tali persatuan diantara

umat muslim.

d. Menolak subhat, bid’ah dan khurafat dengan mendalami ilmu usuluddin.37

Ditinjau dari aspek berlangsungnya suatu kegiatan dakwah, makna tujuan dakwah itu terbagi menjadi dua bagian:

a. Tujuan Jangka Pendek

Dalam jangka pendek itu adalah untuk memberikan pemahaman dakwah Islam kepada masyarakat sasaran dakwah itu. Dengan adanya pemahaman masyarakat tentang Islam maka masyarakat terhindar dari sikap perbuatan yang munkar dan jahat.

35

Didin Hafifuddin, Dakwah Aktual,(Jakarta: Gema Insani Press, 1998),cet ke-1, h.78 36

Mahmudin, Menejemen Dakwah Rasulullah, (Jakarta: Restu Ilahi, 2004), h.10 37


(40)

b. Tujuan Jangka Panjang

Sedangkan tujuan jangka panjang itu adalah untuk mengadakan perubahan sikap masyarakat dakwah itu. Sikap yang dimaksud adalah perilaku-perilaku yang tidak terpuji bagi masyarakat yang tergolong kepada kemaksiatan yang tentunya membawa kepada kemudharatan dan menganggu masyakat di lingkungannya

Asmuni syukir berpendapat bahwa tujuan dakwah dapat dibagi menjasi empat macam yaitu:

a. Mengajak orang yang sudah memeluk agama Islam untuk lebih meningkatkan taqwanya kepada Allah SWT.

b. Membina mental agama Islam bagi kaum muallaf.

c. Mengajak umat Islam yang kurang beriman kepada Allah untuk lebih beriman kepada Allah.

d. Mendidik dan mengajarkan anak-anak agar tidak menyimpang dari fitrahnya.38

B. Pemikiran Dakwah

1. Pengertian Pemikiran Dakwah

Pemikiran ditinjau dari segi etimologi, dalam Kamus Bahasa Indonesia, “ pemikiran” berasal dari kata “pikir” yang mempunyai arti, (1) akal budi, ingatan, angan-angan; dan (2) kata dalam hati, pendapat (perimbangan). Sedangkan kata “pemikiran” berarti abstraksi seseorang terhadap sesuatu atau lebih jauh

38


(41)

pemikiran diartikan sebagai konsepsi, pandangan, nalar akal seseorang atas suatu hal.39

Kata “pikir” berasal dari bahasa arab fikr. Dalam Al-Mu’jam Al-Wasith,

fikr barasal dari bentuk fi’il : fakara-yafkiru yang berarti menggunakan akal untuk sesuatu yang diketahui, untuk mengungkapkan perkara yang tidak diketahui.40

Secara terminologi, terdapat beberapa pengertian yang dikemukakan para ahli. Muhammad Imarah mendefinisikan pemikiran sebagai pendayagunaan pemikiran terhadap sesuatu dan sejumlah aktivitas otak berupa berpikir, berkehendak, dan perasaan yang bentuk paling tingginya adalah kegiatan menganalisis, menyusun dan mengkoordinasi.41

Sedangkan menurut Jalaludin Rahmat berpikir mempunyai makna memahami realitas dalam rangka mengambil keputusan, memecahkan masalah, dan menghasilkan sesuatu yang baru. Atau dalam bahasa lain bepikir merupakan proses penarikan kesimpulan.42

Para ahli psokologi kontemporer sepakat bahwa proses berpikir pada taraf yang tinggi, pada umumnya melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :

1. Timbulnya masalah (kesulitan yang harus dipecahkan).

2. Mencari dan menggumpulkan fakta-fakta yang diangap ada sangkut pautnya dengan pemecahan masalah.

3. Taraf pengolahan dan perencanaan, dalam tahap ini fakta diolah dan dicernakan.

39

Wjs. Purwondarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka, 1979), h. 57

40

Ibrahim Azaz, dkk., Al-Mu’jam Al-Wasith, (Kairo: Majma’ Al-Lughah Al-Arabiyah, 1976), h.12.

41

Muhammad Imarah, Karakteristik Metode Islam, (Jakarta: IIT dan Media Dakwah, 1994), h.34

42

Jalaluddin Rakhmat, Psokologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2004), Cet.Ke-21 h. 68.


(42)

4. Taraf penemuan atau pemahaman, dalam tahapan ini ditemukan cara pemecahan masalah.

5. Menilai, menyempurnakan dan mencocokan hasil pemecahan.

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses pemikiran seseorang adalah :

1. Kemampuan seseorang dalam melihat dan memahami suatu permasalahan. 2. Situasi yang sedang dialami dan disituasi luar yang dihadapi.

3. Pengalaman-pengalaman. 4. Kecerdasan.43

Dengan demikian, kaitannya dengan dakwah yang sudah dijelaskan di atas, pemikiran dakwah dapat dipahami sebagai kumpulan ide, konsep atau abstraksi tentang berbagai unsur dakwah seperti hakikat tujuan, subjek, materi, metode, media dan organisasi dakwah yang dihasilkan melalui persentuhannya dengan realitas di sekelilingnya, dan berusaha mencari solusi atas berbagai problem dakwah yang dihadapinya, sehingga dapat mengubah masyarakat menjadi lebih baik dari sebelumnya.

2. Sumber Pemikiran Dakwah

Adapun sumber pemikiran dakwah Islam, sebagaimana telah dijadikan rujukan oleh para ulama, fuqaha, muballihgin adalah sebagai berikut :

a. Al-Qur`an

Al-Qur`An adalah kitab suci umat Islam yang menjadi sumber ajaran yang bersifat sempurna. Karenanya pemikiran manusia harus sesuai dengan

43


(43)

pokok-pokok ajaran Islam yang utama yang tertuang dalam Qur’an. Al-Qur`an menjadi sumber bagi pemikiran dakwah. Menurut Sayyid Quthub, Al-Qur`an adalah kitab dakwah yang diturunkan untuk membimbing manusia ke jalan Allah dan menjadi sistem hidup bagi seluruh manusia.44

Dalam Al-Qur`an terkandung aspek pemikiran dakwah yang meliputi filosofi, metodologi, dan pola-pola dakwah. Di samping itu, Al-Qur`an juga menjadi sumber utama materi dakwah yang disampaikan seorang da’i.

Kekuatan Al-Qur`an sebagai sumber dakwah dapat dilihat dari empat aspek.

Pertama, Al-Qur`an merupakan kitab dakwah yang bersifat umum, yang menjadi panduan sekaligus rujukan utama bagi para da’i. Kedua, Al-Qur`an merupakan undang-undang yang bersifat konferhensif mencakup segala hal. Ketiga, Al-Qur`an telah menempuh berbagai jalan dan pola dalam menghadapi problematika kehidupan manusia. Artinya seorang da’i harus merujuk kepada Al-Qur`an dalam menghadapi berbagai problem yang dihadapi di tengah masyarakatnya. Keempat, Al-Qur`an harus dijadikan pemimpin atau iman sepanjang sejarah untuk membimbing umat Islam dari generasi ke generasi.

b. Hadits

Selain ayat-ayat Al-Qur`an, yang menjadi sumber pemikiran dakwah ada pula yaitu hadits-hadits Nabi Muhammad SAW yang shahih dan diriwayatkan oleh orang-orang yang shahih (orang-orang yang dipercaya dalam menriwayatkan hadits). Dimana menjelaskan akan kewajiban umatnya

44


(44)

untuk bebuat baik dan mencegah dari perbuatan dilarang. Sebagai mana terdapat dalam hadits riwayat Imam Muslim.

لﺎﻗ ﮫﻨﻋ ﷲا ﻲﺿر يرﺪﺨﻟا ﺪﯿﻌﺳ ﻲﺑا ﻦﻋ

:

ﻰﻠﺻ ﷲا لﻮﺳر ﺖﻌﻤﺳ

لﻮﻘﯾ ﻢﻠﺳو ﮫﯿﻠﻋ ﷲا

:

ْﻦَﻣ

ىَاَر

ِﻣْﻨ

ُﻜ

ْﻢ

ُﻣْﻨ

َﻜ

ًﺮ

ا

َﻓْﻠ

ُﯿَﻐ

ﱢﯿ

ُﺮ

ِﺑَﯿ

ِﺪِه

,

َﻓِﺎ

ْن

َﻟْﻢ

َﯾ

ْﺴ

َﺘ

ِﻄ

ْﻊ

َﻓِﺒ

ِﻠ

َﺴ

ِﻧﺎ

ِﮫ

,

َﻓِﺎ

ْن

َﻟ

ْ ﻢ

َﯾ

ْﺴ

َﺘ

ِﻄ

ْﻊ

َﻓِﺒ

َﻘْﻠ

ِﺒِﮫ

,

َو

َذِﻟ

َﻚ

َا

ْﺿ

َﻌ

ُﻒ

ِﻻا

ْﯾَﻤ

نﺎ

.

هاور

ﻢﻠﺴﻣ

Artinya:“barang siapa diantara kamu melihat kemungkaran, maka

hendaklah dia mencegah dengan tangannya (dengan kekuatan atau kekuasaan); jika ia tidak sanggup dengan demikian (sebab tidak memiliki kekuatan dan kekuasaan); maka dengan lidahnya; dan jika (dengan lidahnya) tidak sanggup, maka cegahlah dengan hatinya, dan dengan demikian itu adalah selemah-lemahnya iman”. (HR. Muslim).45

Selemah-lemahnya keadaan seseorang, setidak-tidaknya ia masih tetap berkewajiban menolak kemungkaran dengan hatinya, kalau ia masih dianggap Allah sebagai orang yang masih memiliki iman, penolakan kemungkaran dengan hati tempat bertahan manimal benteng penghabisan tempat berdiri.46

C. Aktivitas Dakwah

1. Pengertian Akvivitas Dakwah

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktivitas diartikan sebagai segala bentuk keaktifan dan kegiatan atau adalah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan

45

Al Imaam Yahya Bin Syafiddiin Annawawi, Kitab Matan Al Arba’iin An Nawawiyyah, hadist no 34 (Surabaya : PT. Bungkul Indah), h.53

46


(45)

dalam tiap bagian di dalam perusahaan atau lembaga.47 Dalam kamus lengkap psikologi, aktivitas diartikan sebagai bentuk kesibukan, kegiatan dapat dikatakan gerakan atau tingkah laku organisme.48

Menurut Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, kata aktivitas berasal dari bahasa Inggris activity, dan berasal dari bahasa Latin activitus yang berarti aktif atau bertindak, yaitu bertindak pada diri setiap aksistensi atau makhluk yang membuat atau menghasilkan sesuatu, dengan aktivitas menandai bahwa khusus dengan Dunia.49

Maka aktivitas dakwah dapat dimaknai sebagai sesuatu kegiatan, kesibukan, kerja, salah satu kegiatan kerja yang dilakukan ditiap bagian atau suatu proses yang berkesinambungan yang ditangani oleh para pengemban dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk ke jalan Allah SWT dan secara bertahap menuju perikehidupan Islami.

2. Bentuk-Bentuk Aktivitas Dakwah

Adapun bentuk-bentuk aktivitas dakwah adalah: a. Dakwah Bi Al Lisan

Di dalam Al-Qur`an menyebutkan dakwah bi al-lisan dengan bentuk

ahsana qaula (perkataan yang baik). Terdapat dalam surat Fusilat ayat 33:









47

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(jakarta: balai pustaka, 2002), h. 20

48 James P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2004), h. 9.

49

Save M. Dadun, Kamus Besar Ilmu Pengatahuan, , (Jakarta: Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara, 1997), Cet. Ke-1 h. 25.


(46)

Artinya: “siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?".” (Q.S.Fusilat:33)

Lisan memang menjadi alat yang sangat utama karena kekuatan ucapan / perkataan manusia dapat membuat orang mengikuti suatu perbuatan.

Adapun dakwah yang dimaksud dengan dakwah bil al lisan adalah memanggil, menyeru, ke jalan Tuhan untuk kebahagiaan hidup di Dunia dan Akhirat, tentunya dengan menggunakan bahasa sesuai keadaan mad’u dalam berdakwah.50

b. Dakwah Bi Al-Qalam

Dalam konteks ini Al-Qur`an mempunyai dua fungsi. Pertama, sebagai alat komunikasi atau komunikasi ide yang produknya berupa ilmu pengetahuan. Kedua, sebagai alat komunikasi ekspresi yang produknya berupa karya seni.51

c. Dakwah Bi Al-Hal

Dakwah Bil Al-Hal merupakan sebuah metode dakwah yakni metode dakwah dengan mengunakan metode nyata. Islam memerintahkan manusia mengambil teladan dari orang-orang yang berfikir. Ahli kebenaran dan mereka yang berakidah lurus.52 Hal ini terdapat dalam surat Al-Ahzab ayat 21:







50

Musthofa Mansur, Teladan di Media Dakwah, ( Solo: Era Intermedia, 2000), h.42 51

Suff Kasman , Jurnalisme Universal Menelusuri Prinsip-Prinsip Dakwah Bi Al-Qalam Dalam Al-qur`an, (Jakarta: Teraju, 2004) h. 219.

52


(47)

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (Q.S.Al-Ahzab:21)


(48)

38

PROFIL RAHMAH EL YUNUSIYAH

A. Riwayat Hidup Rahmah El Yunusiyah

Rahmah El Yunusiyah lahir di sebuah rumah gadang jalan Lubuk Mata Kucing, Kanagarian Bukit Surungan, Padang Panjang, pada hari Jum’at tanggal 29 Desember 1900 M, bertepatan dengan tanggal 1 Rajab 1318 H. Ayahnya bernama Syekh Muhammad Yunus dan ibunya Rafi’ah. Lahir sebagai anak terakhir dari lima bersaudara yaitu Zainuddin Labay, Mariah, Muhammad Rasyad, dan Rihanah. Selain itu Rahmah masih mempunyai saudara lain dari ibu, yaitu Abdus Samad, Hamidah, Pakih Bandaro, Liah, Aminuddin, Safiah, Samihah dan Kamsiah.1

Ayah Rahmah El Yunusiyah, Syekh Muhammad Yunus adalah seorang ulama besar di zamannya. Syekh Muhammad Yunus menjabat sebagai seorang Qadli di negeri Pandai Sikat dan Pimpinan Tarekat Naqsabandiyah al-Khalidiyah. Selain itu Syekh Muhammad Yunus juga ahli ilmu falak dan hisab. Ia pernah menuntut ilmu di tanah suci Mekkah selama 4 tahun. Ulama yang masih ada darah keturunan dengan pembaharu Islam yang juga seorang tokoh Paderi Tuanku Nan Pulang di Rao.2

Adapun ibunda Rahmah El Yunusiyah yang biasa disebut Ummi Rafi’ah, nenek moyangnya berasal dari negeri Langkat atau Ampek Angkek, Bukittinggi Kabupaten Agam dan pindah ke bukit Surungan Padang Panjang pada abad XVIII

1

Aminuddin Rasyad.dkk, H.RAHMAH EL YUNUSIYYAH DAN ZAINUDDIN LABAY EL YUNUSY Dua Tokoh Bersaudara Tokoh Pembaharu Sistem Pendidikan di Indonesia Riwayat Hidup, Cita-Cita, dan Perjuangannya,(Jakarta: Pengurus Perguruan Diniyyah Puteri Perwakilan Jakarta,1991)h.37

2


(49)

M yang lalu. Ummi Rafi’ah masih berdarah keturunan ulama, empat tingkat diatasnya masih ada hubungan dengan mamak Haji Miskin, sang pembaharu gerakan Paderi. Ummi Rafi’ah yang bersuku Sikumbang adalah anak keempat dari lima bersaudara. Ia menikah dengan Syekh Muhammad Yunus saat berusia 16 tahun, sedangkan Syekh Muhammad Yunus berusia 42 tahun. 3

1. Masa Kanak-Kanak Rahmah El Yunusiyah

Dari silsilah keturunan Rahmah El Yunusiyah nampak bahwa ia berasal dari keturunan ulama. Pada masa kecil Rahmah terkenal sebagai anak yang keras hati, berkemauan kuat dan bercita-cita tinggi. Kehendaknya pantang dihalangi. Dia sanggup menangis berjam-jam apabila keinginannya tidak terpenuhi. Sejak kecil kepribadiannya yang kuat dan jiwa besarnya sudah tampak menonjol.

Dari kecil Rahmah El Yunusiyah sudah menyayangi pekerjaan masak memasak, berbagai macam kerajinan tangan dan menggunting serta menjahit pakaiannya sendiri. Waktu kecilnya itu dia sering sakitan, yang menyebabkan badannya kurus dengan kulit kering kahitam-hitaman, sehingga sampai umur lima tahun masih suka menyusu kapada ibunya dan minta di gendong oleh kakaknya mariah.

Kelahiran Rahmah El Yunusiyah dan lima saudaranya dibidani oleh kakak ibu mereka yang bernama Kudi Kurai (Hajjah Khadijah) yang memang mempunyai profesi sebagai dukun beranak. Konon kelahiran pemimpin/perintis kemerdekaan mantan Perdana Mentri Republik Indonesia alm. Bapak Sutan Syahrir yang lahir di Padang Panjang pada tahun 1909 dan

3


(50)

rumah orang tuanya berdekatan dengan rumah orang tua Rahmah, juga dibidani oleh Ibu Hajjah Khadijah (Kudi Urai).4

2. Kepribadian Rahmah El Yunusiyah

Rahmah El Yunusiyah yang dari hari ke hari tumbuh menjadi gadis remaja, mempunyai sifat sangat pemalu. Sifatnya inilah yang membawa dirinya jarang bergaul sesama kawan-kawannya. Tapi rupanya sifat pemalunya ini pulalah yang membawanya menjadi insan yang berwibawa di kemudian hari dan dapat menguasai berbagai masalah yang ditanganinya, sehingga ia berlapang hati dalam kerumitan dan kesukaran yang menimpa dirinya.

Tempaan pengalaman hidup telah membentuk kepribadian Rahmah El Yunusiyah menjadi seorang yang tabah, penuh toleransi dan teguh pendirian, serta berkeimanan yang kuat, akidah yang tanguh dan ketakwaan yang kokoh.

Untuk mewujudkan cita-citanya dan bila menghadapi kesulitan, dia mungkin ber-taqarrub dan mendekatkan diri kepada Allah dengan melakukan salat tahajjud dan bermunajad di kesunyian malam.

Sifat penyayang yang dimiliki Rahmah El Yunusiyah tidak terbatas hanya sesama manusia saja, akan tetapi juga kepada berbagai macam hewan. Pekerjaan apapun yang dihadapinya, dilakukannya dengan rasa tanggung jawab, tanpa mengenal mundur dan putus asa.

4


(51)

3. Sifat Rahmah El Yunusiyah yang Pengasih dan Penyayang

Ada pribahasa Inggris mengatakan : “what is in a name?” akan tetapi “RAHMAH” yang berarti “kasih sayang” benar-benar merupakan cermin yang menlantunkan sifat dan kepribadian beliau yang penuh dengan rasa kasih, hiba dan sayang. Kepada apa sajakah tertumpah cinta dan rasa kasih sayang beliau? a. Kasih Sayang Kepada Sesama Umat

1) Ketika rakyat kelaparan dan kekurangan bahan makanan pada masa penjajahan Jepang (1942–1945), beliau bangun menggerakkan pengumpulan beras gengaman yang dibebankan kapada setiap keluarga agar memisahkan dan mengumpulkan segenggam beras tiap kali mereka akan masak nasi, yang kemudian beras-beras yang terkumpul ini dibagi-bagikan kepada fakir miskin yang menderita kelaparan.5

2) Untuk mengatasi dan meringankan penderitaan orang-orang yang tidak punya pakaian lagi, dan tidak mampu membeli, ibu Rahmah El Yunusiyah bertindak : kain putih taplak meja makan asrama, kain-kain rak buku yang berderet sepanjang asrama dan kain-kain layar belacu yang dipergunakan setiap Jum’at subuh pendinding kolam besar di hadapan asrama waktu pelajar-pelajar Diniyyah mandi berenang: semuanya disuruh gunting menjadi baju dan celana, dan kemudian dibagi-bagikan kepada mereka yang sudah hampir separuh telanjang, bahkan ada yang sudah membajukan kulit kayu tarok.6

3) Merasakan betapa perasaan anak-anak yang jauh dari orang tuanya, dan pada liburan puasa tidak dapat pulang ke kampungnya, maka pada pagi

5

Ibid.h.91 6


(1)

Bapak Prof.Dr.Fauzan.MA. Menantu Rahmah El Yunusiyah

Foto Faridah Saleh Keponakan Rahmah El Yunusiyah


(2)

Foto IbuFauziah Fauzan SE,Akt, Msi

Cucu Rahmah El Yunusiyah dan Pimpinan Perguruan Diniyyah Puteri sekarang


(3)

Ibu Hj. Nurjannah Ali murid Rahmah El Yunusiyah


(4)

Gedung Asrama Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang


(5)

Gedung sekolah Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang


(6)