Studi Indeks Sefalik Vertikal, Transversal, Dan Horizontal Usia 7-18 Tahun Pada Deutro-Melayu

(1)

STUDI INDEKS SEFALIK VERTIKAL, TRANSVERSAL,

DAN HORIZONTAL USIA 7-18 TAHUN

PADA DEUTRO-MELAYU

SKRIPSI

Digunakan untuk memenuhi tugsd dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh: DIMAS AGARA NIM : 090600069

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Bagian Biologi Oral Tahun 2014

Dimas Agara

Studi Indeks Sefalik Vertikal, Transversal dan Horizontal usia 7-18 tahun pada Deutro-Melayu

xiii + 68 halaman

Antropometri berkembang sebagai ilmu yang mempelajari klasifikasi dan identifikasi perbedaan ras manusia dan efek dari diet serta kondisi lingkungan hidup pada pertumbuhan. Pertumbuhan kepala pada setiap individu terjadi di antara usia 8 sampai 17 tahun dan setelah usia tersebut pertambahan tumbuh tulang tidak terjadi lagi. Penilaian terhadap pertumbuhan anak merupakan hal yang umum dilakukan pada perawatan anak dengan menggunakan pengukuran antropometri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui rata-rata ukuran kepala dan distribusi bentuk kepala usia 7-18 tahun dan perbedaan ukuran kepala usia 7-18 tahun. Jenis penelitian adalah deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional. Sampel penelitian berjumlah 192 orang yang terdiri dari murid SD, SMP, dan SMA yang sudah ditentukan berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi. Pengukuran tinggi kepala, panjang kepala dan lebar kepala dilakukan untuk menghitung perbedaan nilai indeks sefalik vertikal transversal dan horizontal berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur, dan kemudian mengklasifikasikan bentuk kepala berdasarkan nilai indeks sefalik. Hasil penelitian berdasarkan uji Anova menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai indeks sefalik vertikal, transversal dan horizontal berdasarkan kelompok usia 7-18 tahun dengan p = 0,000 (p<0,05). Nilai rata-rata indeks sefalik vertikal, transversal dan horizontal yang signifikan lebih besar pada setiap kelompok umur 7-18 tahun dan nilai rata-rata indeks sefalik horizontal yang signifikan lebih besar pada laki-laki dari perempuan, dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada bentuk kepala indeks sefalik vertikal dan horizontal berdasarkan kelompok umur 7-18 tahun. Kesimpulan dari penelitian ini adanya pertambahan ukuran kepala


(3)

pada usia 7-18 tahun, dan memiliki bentuk kepala yg sama antara setiap kelompok umur berdasarkan indek sefalik vertikal transversal dan horizontal.

Daftar Rujukan : 23 (2000-2013)

Kata kunci : Indeks Sefalik, Ukuran Kepala, Bentuk Kepala, Deutro Melayu, Pertumbuhan

Medan, 5 Maret 2015 Penulis

(Dimas Agara) NIM. 090600069


(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 30 Maret 2015 Pembimbing : Tanda Tangan

Dr. Ameta Primasari, drg.,MDSc., M. Kes

NIP: 196803111992032001 ……….


(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Ameta Primasari, drg.,MDSc., M. Kes selaku pembimbing penulis dalam penulisan skripsi, yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan pengarahan serta dorongan dan semangat dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Rehulina Ginting, drg.,M.Si selaku Ketua Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Biologi Oral FKG USU, Yendriwati, drg., M.Kes, Lisna Unita, drg., M.Kes, Minasari, drg., MM dan Yumi Lindawati, drg., serta Ibu Ngaisah dan Dani Irma Suryani yang telah membantu dalam penelitian, memberikan saran, arahan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Alm. Julie Andreo dan Ibunda T. Farita Fadil, drg., yang telah membesarkan serta memberikan kasih sayang, doa, semangat dan dukungan baik secara moral maupun materil kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan pendidikan ini, begitu juga kepada saudara-saudara penulis yaitu Lissa, Gatra dan Rey atas doa, cinta kasih dan dukungan, serta pengorbanan demi kebaikan dan kebahagiaan penulis.


(6)

v

4. Sahabat-sahabat terbaik saya, Sherly Marcelina, Mitra, Habib, Budi, Putra, Ryan, Rasyid, Aulia, Arga, Yohanes dan keluarga besar HMI Komisariat FKG USU yang telah Imemberi dukungan dan motivasi kepada penulis selama perkuliahan dan penulisan skripsi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh Karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan ilmu yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, 5 Maret 2015 Penulis

(Dimas Agara) NIM. 090600069


(7)

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Hipotesa Penelitian ... 5

1.5 Manfaat penelitian ... 5

1.5.1 Manfaat Praktis ... 5

1.5.2 Manfaat Teoritis ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Antropometri ... 6

2.2 Peran Antropologi dalam kedokteran gigi ... 7

2.3 Keragaman Bentuk Fisik Penduduk Indonesia ... 8

2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dimensi Tubuh Manusia ... 9

2.5 Indeks Sefalik ... 10

2.5.1 Indeks Sefalik Vertikal ... 11

2.5.2 Indeks Sefalik Transversal ... 11

2.5.3 Indeks Sefalik Horizontal ... 12

2.6 Pertumbuhan Kepala ... 14

2.6.1 Tahapan Pertumbuhan Kepala ... 15

2.6.2 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Kepala... 17

2.7 Landasan Teori ... 18

2.8 Kerangka Konsep ... 21

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 22

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 22


(8)

vii

3.2.2 Waktu Penelitian ... 22

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 22

3.3.1 Populasi Penelitian ... 22

3.3.2 Sampel Penelitian ... 22

3.4 Kriteria Penelitian ... 23

3.4.1 Kriteria Inklusi ... 23

3.4.2 Kriteria Eksklusi ... 23

3.4.3 Besar Sampel ... 23

3.5 Variabel Penelitian ... 24

3.6 Definisi Operasional ... 25

3.7 Alat Penelitian ... 28

3.8 Prosedur Penelitian ... 28

3.9 Pengolahan Data dan Analisis Data ... 31

3.10 Kerangka Operasional ... 32

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Karakterisitik Responden ... 33

4.2 Perbandingan Rata-rata Indeks Sefalik Vertikal, Transversal dan Horizontal Usia 7-18 tahun pada Ras Deutro Melayu ... 34

4.2.1 Perbandingan Rata-rata Tinggi Kepala, Panjang Kepala dan Indeks Sefalik Vertikal Usia 7-18 tahun pada Ras Deutro Melayu... 34

4.2.2 Perbandingan Rata-rata Tinggi Kepala, Lebar Kepala dan Indeks Sefalik Transversal Usia 7-18 tahun pada Ras Deutro Melayu... 36

4.2.3 Perbandingan Rata-rata lebar Kepala, Panjang Kepala dan Indeks Sefalik Horizontal Usia 7-18 tahun pada Ras Deutro Melayu... 38

4.3 Perbandingan Rata-rata Indeks Sefalik Vertikal, Transversal dan Horizontal antara Laki-laki dan Perempuan Usia 7-18 Tahun pada Ras Deutro Melayu ... 40

4.3.1 Perbandingan Rata-rata Tinggi Kepala, Panjang kepala dan Indeks Sefalik Vertikal antara Laki-laki dan Perempuan Usia 7-18 Tahun pada Ras Deutro Melayu secara menye- luruh ... 40

4.3.2 Perbandingan Rata-rata Tinggi Kepala, Lebar kepala dan Indeks Sefalik Transversal antara Laki-laki dan Perempuan Usia 7-18 Tahun pada Ras Deutro Melayu secara menye- luruh ... 41

4.3.3 Perbandingan Rata-rata Lebar Kepala, Panjang kepala dan Indeks Sefalik Horizontal antara Laki-laki dan Perempuan Usia 7-18 Tahun pada Ras Deutro Melayu secara menye- luruh ... 43


(9)

viii

4.4 Distribusi Bentuk Kepala Indeks Sefalik Vertikal, Transversal dan Horizontal Berdasarkan Kelompok Usia 7-18 Tahun pad Ras

Deutro Melayu ... 44

4.4.1 Distribusi Bentuk Kepala Indeks Sefalik Vertikal ... 44

4.4.2 Distribusi Bentuk Kepala Indeks Sefalik Transversal ... 45

4.4.3 Distribusi Bentuk Kepala Indeks Sefalik Horizontal ... 46

BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Perbandingan Rata-rata Lebar Kepala, Panjang Kepala, Tinggi Kepala dan Indeks Sefalik Vertikal, Transversal dan Horizontal Berdasarkan kelompok umur 7-18 Tahun pada Laki-laki dan Perempuan Ras Deutro Melayu ... 50

5.2 Perbandingan Rata-rata Lebar Kepala, Panjang Kepala, Tinggi Kepala dan Indeks Sefalik Vertikal, Transversal dan Horizontal antara Laki-laki dan Perempuan Ras Deutro Melayu ... 52

5.3 Distribusi Bentuk Kepala Indeks Sefalik Vertikal, Transversal dan Horizontal berdasarkan Kelompok Umur 7-18 tahun pada Ras Deutro Melayu ... 54

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 56

6.2 Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58


(10)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Klasifikasi Bentuk Kepala Berdasarkan Indeks Sefalik Vertikal ... 11 2 Klasifikasi Bentuk Kepala Berdasarkan Indeks Sefalik Transversal ... 12 3 Klasifikasi bentuk Kepala Berdasarkan Indeks Sefalik Horizontal ... 12 4 Jumlah Sampel berdasarkan Kelompok Umur 7-18 Tahun, Jenis

Kelamin dan suku ... 33 5 Perbandingan Rata-rata Tinggi kepala, Panjang Kepala dan Indeks Sefalik Vertikal berdasarkan Kelompok umur 7-18 Tahun ... 35

6 Perbandingan Rata-rata Tinggi kepala, Lebar Kepala dan Indeks Sefalik Transversal berdasarkan Kelompok umur 7-18 Tahun ... 37

7 Perbandingan Rata-rata Lebar kepala, Panjang Kepala dan Indeks Sefalik Horizontal berdasarkan Kelompok umur 7-18 Tahun ... 39

8 Perbandingan Rata-rata Tinggi Kepala, Panjang kepala dan Indeks Sefalik Vertikal antara Laki-laki dan Perempuan Usia 7-18 Tahun

pada Ras Deutro Melayu secara menyeluruh ... 41

9 Perbandingan Rata-rata Tinggi Kepala, Lebar kepala dan Indeks Sefalik Transversal antara Laki-laki dan Perempuan Usia 7-18 Tahun pada Ras Deutro Melayu secara menyeluruh ... 42

10 Perbandingan Rata-rata Tinggi Kepala, Lebar kepala dan Indeks Sefalik Horizontal antara Laki-laki dan Perempuan Usia 7-18 Tahun


(11)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Titik Pengukuran Lebar Kepala antara eurion-eurion ... 13

2 Titik Pengukuran Tinggi Kepala antara nation ke gnation ... 13

3 Titik Pengukuran Panjang Kepala antar Glabella dan inion ... 14

4 Gambar alat-alat penelitian ... 25

5 Pengukuran Kepala dari Glabella ke inion ... 29

6 Pengukuran Kepala dari nastion ke gnation ... 30


(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Kuesioner

2 Data hasil pengukuran kepala laki-laki dan perempuan 3 Analisis Statistik


(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Antropometri adalah suatu cabang ilmu antropologi fisik yang mempelajari tentang teknik pengukuran tubuh manusia meliputi cara untuk mengukur dan melakukan pengamatan pada manusia yang meliputi tulang rangka dan organ-organ tubuh manusia dengan metode dan alat tertentu. Antropologi juga dipakai dalam mengikuti pertumbuhan dan perkembangan post-natal, mendeteksi kelainan, meramal pertumbuhan selanjutnya pada waktu dewasa.Antropologi merupakan mata ajar baru di fakultas kedokteran gigi. Dental Anthropolgy dipopulerkan oleh Brothwel pada tahun 1963 yang kajiannya lebih terfokus pada leher dan kepala, terutama gigi (kranio-dento-fasial).1 Antropometri biasanya lebih cenderung terfokus pada dimensi tubuh manusia untuk proses identifikasi pada orang mati/jenazah maupun orang hidup yang berusaha merubah identitas aslinya.2 Ilmu pengetahuan mengenai antropometri berkembang terutama dalam konteks antropologi yang mempelajari klasifikasi dan identifikasi perbedaan ras dan jenis kelamin, efek dari diet serta kondisi lingkungan hidup pada pertumbuhan.3 Kata antropometri berasal dari bahasa Yunani, yaitu anthropos yang berarti manusia dan metrein yang berarti ukuran.4

Pengukuran antropometri kepala dapat digunakan bersamaan dengan sefalometri, Computerized Tomography Scan (CT Scan) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) pada persiapan pasien bedah plastik dan bedah rekonstruksi.5 Salah satu cabang antropometri yang penting adalah kraniometri yang digunakan dalam bidang ilmu ortodontik atau ilmu merapikan susunan gigi geligi dan rahang dan sefalometri yang perhitungannya menggunakan indeks sefalik. Indeks sefalik diperkenalkan oleh Anders Retzius, seorang ahli anatomi Swedia dengan tujuan untuk mengklasifikasi populasi.1,6

Menurut Todd dan Mark, perubahan morfologi dan pertumbuhan yang sebenarnya pada setiap individu terjadi diusia 8-17 tahun dan setelah usia tersebut


(14)

perubahan morfologi dan pertumbuhan tidak terjadi lagi.7 Pola pertumbuhan kepala sangat bervariasi berdasarkan usia dan jenis kelamin, dan rata-rata berhenti pada usia maturitas yaitu 18-20 tahun.8 Setelah lahir, kepala tumbuh lebih cepat daripada bagian tubuh yang lain sehingga kepala menjadi sangat dominan. Perbedaan pertumbuhan komponen kepala bagian atas dan bagian bawah sangat penting dalam menentukan tipe kepala, bentuk lengkung gigi dan bentuk insisivus pertama.1

Pengukuran bentuk kepala manusia dapat menggunakan metode indeks sefalik. Indeks sefalik adalah ukuran rasio (dalam persen), dari panjang maksimum tulang tengkorak, tinggi maksimum tulang tengkorak dan lebar maksimum tengkorak.1,9 Bentuk kepala dapat berupa chamaecephalic, orthocephalic, low hypsicephalic, moderate hypsicephalic atau high hypsicephalic berdasarkan indeks sefalik vertikal; tapeiocephalix, metriocephalic atau acrocephalix berdasarkan indeks sefalik transversal; dolicocephalic, mesocephalic, brachycephalic atau hyperbrachycephalic berdasarkan indeks sefalik horizontal. Indeks sefalik juga merupakan parameter penting dalam mengevaluasi perbedaan ras dan jenis kelamin.9

Pertumbuhan kepala sangat dipengaruhi oleh faktor genetik di samping faktor-faktor yang lain yaitu lingkungan, nutrisi, derajat aktifitas fisik serta kesehatan dan penyakit. Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak, melalui instruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang.1 Ukuran kepala juga dipengaruhi oleh genetik, ekologi, geografi, ras, jenis kelamin dan umur.9 Ras merupakan konsep penting untuk mempelajari variasi manusia karena manusia berbeda satu dengan lainnya.10 Indonesia merupakan bangsa yang multirasial dan multiteknik. Bangsa indonesia pada awalnya berasal dari ras Mongoloid dan Australomelanesid yang membentuk sub-ras Melayu dan selanjutnya Proto-Melayu dengan Mongoloid membentuk Deutro-Proto-Melayu.1,11 Deutro Melayu atau yang dikenal dengan istilah melayu muda datang dari daerah Yunan (Cina Selatan) sekitar 500 SM. Deutro Melayu memiliki peradaban yang lebih maju dibandingkan dengan


(15)

Proto Melayu. Yang termasuk kedalam Deutro Melayu adalah Aceh, Minangkabau, Jawa, Sunda, Melayu, Betawi, Manado dan Bugis. Sebagian besar penduduk Sumatera Utara terdiri dari ras-ras yang termasuk dalam ras Deutro Melayu.1

Banyak penelitian tentang bentuk kepala yang dihubungkan dengan ras dan jenis kelamin dengan menggunakan indeks sefalik horizontal dan dijumpai berbagai variasi bentuk kepala.3 Berdasarkan hasil penelitian Maina, Mahdi dan Kalayi menunjukkan adanya beberapa perbedaan berdasarkan hasil indeks sefalik dan beberapa persamaan berdasarkan ukuran dan bentuk kepala pada tiga grup etnik di Nigeria.9 Kelompok dari etnik yang berbeda cenderung memiliki ukuran bentuk tengkorak dan rahang berbeda walaupun ukuran tersebut sering kali dipengaruhi variasi individual.13 Berdasarkan hasil penelitian Ligha A.E menunjukkan adanya perbedaan hasil indeks sefalik antara perempuan dan laki-laki pada umur 7-10 tahun dan 11-14 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat variasi bentuk sefalik atau bentuk kepala berdasarkan kelompok usia antar jenis kelamin.14

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang perbedaan ukuran dan bentuk kepala antara kelompok usia 7-18 tahun yang masih mengalami pertumbuhan dengan menggunakan indeks sefalik vertikal, transversal dan horizontal sehingga dapat diketahui perbedaan antar kelompok umur dan untuk mengetahui rata-rata ukuran kepala Deutro Melayu karena belum ada data yang ditemui tentang hal tersebut. Hal ini menarik untuk dipelajari tentang perbedaan ukuran kepala antar kelompok umur yang masih dalam masa pertumbuhan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Berapakah rata-rata nilai indeks sefalik Vertikal laki-laki dan perempuan usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu?

2. Berapakah rata-rata nilai indeks sefalik Transversal laki-laki dan perempuan usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu?

3. Berapakah rata-rata nilai indeks sefalik Horizontal laki-laki dan perempuan usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu?


(16)

4. Apakah terdapat perbedaan nilai indeks sefalik vertikal laki-laki dan perempuan pada usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu?

5. Apakah terdapat perbedaan nilai indeks sefalik transversal laki-laki dan perempuan pada usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu?

6. Apakah terdapat perbedaan nilai indeks sefalik horizontal laki-laki dan perempuan pada usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu?

7. Apakah bentuk kepala pada masing-masing kelompok usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu berdasrakan indeks sefalik Vertikal?

8. Apakah bentuk kepala pada masing-masing kelompok usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu berdasrakan indeks sefalik Transversal?

9. Apakah bentuk kepala pada masing-masing kelompok usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu berdasrakan indeks sefalik Horizontal?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui rata-rata nilai indeks sefalik vertikal antar laki-laki dan perempuan usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu.

2. Untuk mengetahui rata-rata nilai indeks sefalik transversal antar laki-laki dan perempuan usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu.

3. Untuk mengetahui rata-rata nilai indeks sefalik horizontal antar laki-laki dan perempuan usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu.

4. Untuk mengetahui adakah perbedaan nilai indeks sefalik vertikal pada masing-masing kelompok usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu.

5. Untuk mengetahui adakah perbedaan nilai indeks sefalik transversal pada masing-masing kelompok usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu.

6. Untuk mengetahui adakah perbedaan nilai indeks sefalik horizontal pada masing-masing kelompok usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu.

7. Untuk mengetahui bentuk kepala pada masing-masing kelompok usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu berdasarkan indeks sefalik vertikal.

8. Untuk mengetahui bentuk kepala pada masing-masing kelompok usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu berdasarkan indeks sefalik transversal.


(17)

9. Untuk mengetahui bentuk kepala pada masing-masing kelompok usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu berdasarkan indeks sefalik horizontal.

1.4 Hipotesa Penelitian

H0 : Tidak terdapat perbedaan antara ukuran kepala pada masing-masing kelompok usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis

1.Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang rata-rata ukuran kepala dan nilai indeks sefalik vertikal, transversal dan horizontal selama masa pertumbuhan usia 7-18 tahun pada ras Deutro Melayu.

2. Sebagai data awal perkiraan pertumbuhan ukuran kepala pada deutro melayu usia 7-18 tahun .

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Dipakai dalam mengikuti pertumbuhan dan perkembangan post-natal, mendeteksi kelainan, memperkirakan pertumbuhan selanjutnya pada waktu dewasa .

2. Sebagai masukan pengetahuan dasar Kedokteran Gigi Forensik dalam identifikasi berdasarkan kelompok usia dan jenis kelamin.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Antropometri

Antropologi adalah suatu ilmu yang sangat sedikit diminati calon-calon ilmuwan, bahkan di Indonesia sedikit yang mengetahui dan ahli di dalam bidang antropologi. Seorang ahli menafsirkan antropologi dengan Study of Man yaitu studi kajian tentang manusia dan karya-karyanya. Kajian ini sangatlah luas menyangkut berbagai bidang ilmu, oleh karenanya antropologi dibagi lagi menjadi beberapa cabang ilmu, diantaranya antropologi budaya, antropologi fisik/ragawi (yang sebagian menyebutnya antropolgi biologi), antropologi kesehatan dan berbagai cabang ilmu lainnya.1,15

Pada abad ke-19, studi tentang variasi dikembangkan dari rata-rata pengukuran antropometri.3 Antropometri adalah sebuah cabang ilmu tentang pengukuran fisik dari variasi dimensi tubuh manusia dan status kesehatan dari populasi tersebut dapat diketahui. Teknik antropometri ini dapat membantu dalam studi tentang asupan nutrisi, konsumsi energi, malnutrisi dan komposisi tubuh. Teknik antropometri juga membantu dalam identifikasi forensik, bedah plastik, arkeologi dan dalam membedakan antar ras dan jenis kelamin.9,16

Antropometri adalah satu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia, ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain. Antropometri secara lebih luas digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam proses perencanaan produk maupun sistem kerja yang memerlukan interaksi manusia.17

Johan Sigismud Elsholtz, seorang ahli anatomi berkebangsaan Jerman adalah orang pertama yang menggunakan istilah antropometri dalam pengertian sesungguhnya. Ia menciptakan alat ukur yang dinamakan anthropometron yang merupakan cikal bakal alat ukur yang dikenal sebagai antropometer.12 Penelitian dibidang antropometri mulai berkembang dari perhitungan sederhana menjadi lebih


(19)

rumit, yaitu dengan mengitung indeks. Indeks adalah cara perhitungan yang dikembangkan untuk mendeksripsikan bentuk melalu keterkaitan antar titik pengukuran. Perhitungan indeks, titik pengukuran dan cara pengukuran berkembang pesat yang berdampak pada banyaknya variasi cara klasifikasi.18

Pada awalnya tiap-tiap ahli antropologi dapat melakukan pengukuran dengan berbagai macam cara sehingga akan mengakibatkan perbedaan hasil pengukuran antara seorang ahli antropologi dengan yang lainnya. Perbedaan hasil pengukuran tersebut merupakan akibat adanya perbedaan metode pengukuran dan tidak adanya patokan atau kriteria yang baku, sehingga akan mengakibatkan kesulitan dalam membandingkan hasil pengukuran antara seorang ahli antropologi dengan ahli lainnya. Berdasarkan kenyataan ini, maka seorang ahli antropologi dari Jerman bernama Rudolf Martin, menyusun suatu metode pengukuran antropometri yang dipublikasikan melalui satu buku yang berjudul “Lehr Buch der Antroplogie” yang diterbitkan pada tahun 1928. Adanya metode antropometri yang dipelopori oleh Rudolf Martin, maka antropometri berkembang terus sehingga sangat membantu dalam kegiatan penelitian-penelitian antropologi, penelitian anatomi serta penelitian bidang kedokteran forensik.1

2.2 Peran Antropologi dalam Kedokteran Gigi

Antropometri digunakan antara lain untuk melakukan penelitian dan membandingkan secara fisik antara satu manusia dengan manusia yang lain. Hal itu dimungkinkan karena walaupun satu spesies, manusia mempunyai variasi perbedaan yang memungkinkan adanya pengelompokan rasial, suku bangsa, disamping adanya perbedaan umur dan jenis kelamin. Untuk membedakan dan membandingkan ciri-ciri fisik manusia, diperlukan metode-metode yang tepat dan teliti serta obyektif, antara lain menggunakan metode pengukuran antropometri.1

Peran antropologi dalam kedokteran gigi sesungguhnya tak banyak beda dengan perannya dalam disiplin kedokteran umum yang telah diuraikan diatas. Antropometri telah banyak dilakukan dalam kedokteran gigi, seperti pengukuran bagian-bagian kepala, pengukuran gigi dalam berbagai dimensi. Antropologi


(20)

pertumbuhan dipakai dalam mengikuti pertumbuhan dan perkembangan post-natal, mendeteksi kelainan, meramal pertumbuhan selanjutnya pada waktu dewasa.1 Antropometri kepala terdiri atas sefalometri dan kraniometri. Sefalometri adalah studi tentang morfologi kepala dan pengukuran pada kepala manusia yang masih hidup atau kepala korban yang masih mempunyai jaringan lunak.19 Pengukuran kepala dilakukan dengan menggunakan alat-alat tertentu untuk mengetahui ukuran seperti panjang lingkaran kepala, lebar kepala, panjang kepala, jarak dari kedua mata, dimensi hidung, bibir, telinga dan sebagainya untuk perbandingan populasi.6 Sedangkan kraniometri merupakan pengukuran pada tulang kranium.19,20

Pertumbuhan memperlihatkan kisaran variasi normal yang luas, yang dipengaruhi oleh keturunan dan lingkungan, sehingga kita dapat melihat perbedaan-perbedaan interrasial, bahkan subrasial. Diformasi seksual dapat pula dipelajari, sehingga kita dapat membedakan pertumbuhannya dan bila ada kelainan dalam pertumbuhan, kita dapat mengetahui sebelum kelainan itu terjadi. Peran antropologi dalam ortodontik, prostodontik, periodontik, rekonstruksi muka memerlukan penilaian dari sudut antropologi.1, 17

Pada kedokteran gigi forensik, antropologi dapat dipakai dalam mengidentifikasi individual dengan rekonstruksi fisiognomis. Fisiognomis merupakan singkatan dari fisioligi dan anatomi yang digunakan untuk mengamati bentuk mata, hidung, gigi, dan telinga. Kajian antropologi pada waktu ini memang belum popular dan merupakan mata ajar baru di fakultas kedokteran gigi. Dental Anthropology baru dipopularkan oleh Brothwel pada tahun 1963 dicoba dalam bentuk kolagium. Meskipun secara umum para dokter gigi juga mempelajari seluruh tubuh manusia, akan tetapi kajiannya lebih terfokus pada leher dan kepala, terutama gigi (kranio-dento-fasial).1

2.3 Keragaman Bentuk Fisik Penduduk Indonesia

Daratan Indonesia mempunyai luas kurang lebih 1.904.000 kilometer persegi antara benua Asia dan Australia, dari Samudera Pasifik sampai Samudera Hindia dan didalamnya terdapat banyak ragam lingkungan alam dan aneka ragam kelompok


(21)

manusia Indonesia menjadi empat satuan geografis, yaitu kepulauan Sunda Besar (Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi), kepulauan Sunda Kecil (dari Lombok, sampai Timor), kepulauan Maluku (Halmahera, Ternate, Tidore, Seram, Ambon), dan satuan kelompok keempat adalah Irian Jaya bagian barat (sekarang Papua) bersama kepulauan Aru dan pulau-pulau kecil disekelilingnya.1

Selain terdapat keragaman ekologi dan budaya penampilan fisik manusia dan bahasanya pun beragam. Keragaman budaya dan fisik, penduduk asli dengan pendatang yang berasal dari sebelah Barat dan Timur. Melihat bentuk fisiknya manusia Indonesia berasal dari 2 dari 3 ras utama umat manusia, yaitu negroid dan mongoloid (tiga ras utama adalah kaukasoid, negroid, mongoloid). Menurut Bellwood, bangsa Indonesia berasal dari bangsa austronesia yang mengalami penyebaran bangsa dari utara, barat dan timur. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk diadakan penelitian intra rasial di Indonesia, baik mengenai sosial budaya maupun fisiknya. Diluar Indonesia, kajian intra rasial yang berkaitan dengan ilmu kedokteran gigi, sudah sering dilakukan diantaranya di Amerika Serikat mengenai (Kaukasoid Amerika dan Negro Amerika), Eropa Barat, Eropa Timur maupun Medetrian di Jepang dan Cina.1

2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dimensi Tubuh Manusia

Secara umum terdapat dua faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang, yaitu :

A. Faktor genetik. Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Melalui instruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang. Termasuk faktor genetik antara lain adalah berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa. Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal. Gangguan pertumbuhan di negara maju


(22)

lebih sering diakibatkan oleh faktor genetik ini. Sedangkan di negara yang sedang berkembang, gangguan pertumbuhan selain diakibatkan oleh faktor genetik, juga faktor lingkungan yang kurang memadai untuk tumbuh kembang anak yang optimal, bahkan kedua faktor ini dapat menyebabkan kematian bayi sebelum mencapai usia balita. Disamping itu, banyak penyakit keturunan yang disebabkan oleh kelainan kromosom, seperti Syndrom Down, Syndrom Turner, dll.21

B. Faktor lingkungan. Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan ini merupakan lingkungan “bio-fisiko-psiko-sosial” yang mempengaruhi individu setiap hari, mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya.

Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi :

- Faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih di dalam kandungan (faktor pranatal)

- Faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir (faktor postnatal).21

2.5 Indeks Sefalik

Agar dapat melihat perbedaan manusia secara lebih teliti, antropologi ragawi telah menciptakan indeks, diantaranya adalah indeks sefalik. Indeks ialah bilangan yang digunakan sebagai indikator untuk menerangkan suatu keadaan tertentu atau sebuah rasio proporsional yang dapat disimpulkan dari sederetan observasi yang terus menerus dilakukan. Sedangkan indeks sefalik merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan kraniofasial dengan variasi manusia, yang telah lama digunakan untuk berbagai kelompok ras antropologi fisik.22,23

Indeks sefalik merupakan parameter penting dalam mengevaluasi perbedaan ras dan jenis kelamin. Oleh karena itu, informasi terperinci dari suatu data populasi merupakan hal penting dalam studi dan perbandingan untuk menilai pertumbuhan dan pengembangan individu serta berguna dalam diagnosis kelainan bentuk dan ukuran tengkorak kepala. Indeks sefalik juga memberikan gambaran tentang bagaimana


(23)

karakter genetik yang diturunkan antara orang tua, keturunan dan saudara. Dengan adanya indeks ini lebih mudah untuk mengelompokkan manusia ke dalam golongan yang mempunyai ciri-ciri yang sama.22,23

Pengukuran indeks sefalik dibagi menjadi 3 yaitu pengukuran secara vertikal, transversal dan horizontal

- Indeks Sefalik Vertikal: Chamaecephalic, Orthocephalic, Low Hypsicephalic, Moderate Hypsicephalic, High Hypsicephalic

- Indeks Sefalik Transversal: Tapeiocephalix, Metriocephalic, Acrocephalix. - Indeks Sefalik Horizontal: Dolicocephalic, Mesocephalic, Brachycephalix, Hyperbrachycephalic.9,24

2.5.1 Indeks Sefalik Vertikal

Nilai indeks sefalik vertikal didapatkan dengan rumus tinggi kepala : panjang kepala x 100. Dapat pula digambarkan secara sistematis sebagai berikut :

Indeks sefalik vertikal = Tinggi kepala x 100

Panjang kepala

Tabel 1. Klasifikasi Bentuk Kepala berdasarkan Indeks Sefalik Vertikal24

Bentuk kepala Indeks sefalik vertikal

Chamaecephalic <57,9

Orthocephalic 58,0-62,9

Low hypsicephalic 63,0-67,9

Moderate hypsicephalic 68-72,9

High hypsicephalic 73>

2.5.2 Indeks Sefalik Transversal

Nilai indeks transversal didapatkan dengan rumus tinggi kepala: lebar kepala x 100. Dapat pula digambarkan secara sistematis sebagai berikut:24

Indeks sefalik transversal = Tinggi kepala x 100


(24)

Tabel 2. Klasifikasi Bentuk Kepala berdasarkan Indeks Sefalik Transversal24

2.5.3Indeks Sefalik horizontal

Nilai indeks sefalik horizontal didapatkan dengan rumus lebar kepala : panjang kepala x 100. Dapat pula digambarkan secara sistematis sebagai berikut :

Indeks sefalik horizontal = Lebar kepala x 100 Panjang Kepala

Tabel 3. Klasifikasi Bentuk Kepala berdasarkan Indeks Sefalik Horizontal9,23 Bentuk kepala Indeks sefalik horizontal

Dolicocephalic <74,9

Mesocephalic 75-79,9

Brachycephalic 80,0-84,9

Hyperbrachycephalic >85

Indeks sefalik ditentukan berdasarkan deskriptif anatomi internasional. Nilai indeks didapatkan dari pengukuran panjang, tinggi, dan lebar kepala.9,24

a. Lebar kepala (diukur jarak antara parietal eminence atau dari eurion-eurion)

b. Tinggi kepala (diukur dari nation ke gnation) c. Panjang kepala (diukur dari glabella ke inion)

Bentuk kepala Indeks sefalik transversal

Tapeiocephalic <78,9

Metriocephalic 79,0-84,9


(25)

Gambar 1. Titik pengukuran lebar kepala dari eurion ke eurion

(eu)-(eu)9,24

Gambar 2. Titik pengukuran tinggi kepala dari nation ke gnation (na)-(gn)9,24


(26)

Gambar 3. Titik pengukuran panjang kepala dari glabella ke inion (g)-(i)9,24

Pengukuran kepala dilakukan setelah palpasi terhadap subjek dalam kondisi istirahat dengan kepala dalam posisi anatomi menggunakan standard acuan anatomi. Sefalik indeks adalah ukuran rasio (dalam persen), dari panjang maksimum kepala dengan lebar maksimum kepala serta tinggi kepala.9

2.6 Pertumbuhan kepala

Sewaktu lahir, kepala membentuk sekitar seperempat dari tinggi total tubuh. Pada orang dewasa, kepala membentuk seperdelapan dari tinggi total tubuh. Oleh karena itu, dari lahir sampai maturitas, tubuh tentunya bertumbuh lebih pesat, baik pada proporsi maupun ukuran, dibandingkan kepala. Pada kebanyakan individu, kecepatan umum dari pertumbuhan tubuh mengikuti suatu pola, walaupun ada variasi pada saat tahapan pola yang berbeda. Pada bayi, pertumbuhan berlangsung dengan kecepatan yang relatif tinggi, melambat secara progresif selama masa kanak-kanak untuk mencapai kecepatan minimal pada periode prapubertas. Laju pertumbuhan


(27)

kemudian meningkat kembali selama pubertas dan akhirnya lambat sampai ke maturitas. Usia kapan tahap-tahap pertumbuhan ini terjadi dan berakhir adalah bervariasi antar individu dan antar jenis kelamin.1

Pertumbuhan kranium dapat ditentukan melalui berbagai pengukuran pada tubuh manusia hidup dengan menggunakan kaliper atau melalui pengukuran antara landmark tertentu pda gambar sinar-X lateral dan frontal standar dari kranium. Ada berbagai titik yang terpilih, yang digunakan untuk membuat garis dan bidang, yang pada beberapa kasus saling berkontak pada sudut yang terletak di dalam atau di luar rangka kraniofasial.25

2.6.1 Tahapan Pertumbuhan Kepala

Pertumbuhan cranium manusia terbagi menjadi tiga periode:

- Selama masa kehidupan fetus dan sampai tahun ketiga setelah bayi lahir. - Sejak usia 3 tahun sampai akhir dekade pertama kehidupan.

- Setelah usia 10 tahun (dekade kesepuluh).

Selama periode pertama kehidupan (masa kehidupan fetus sampai usia 3 tahun) pertumbuhan pada sebagian besar sistem sutura berlangsung aktif dan berhubungan dengan pertumbuhan yang cepat dari kondrokranium, otak, bola mata, struktur-struktur telinga dan lingua. Berbagai bagian tulang Oksipital, tulang Temporal dan tulang Spenoid akan bergabung membentuk sebuah tulang pada masa kehidupan dewasa. Penggabungan antara elemen cranialis dan elemen facialis menunjukkan melambatnya pertumbuhan aktif dari sistem sutura craniofacialis.25 Muka bayi relatif lebih lebar akan tetapi dengan adanya pertumbuhan pasca lahir terjadi perubahan proporsi muka, pertumbuhan vertikal lebih banyak, kemudian pertumbuhan tranversal lebih sedikit dan pertumbuhan sagital paling sedikit.26

Selama periode kedua kehidupan (usia 3-10 tahun) pertumbuhan pada sutura berkurang. Selama periode ini, lamina perpendicularis ossis ethmoidalis akan bergabung dengan vomer dan regio pertumbuhan cartilago yang aktif ini terbatas pada synchondrosis spheno-occipitalis dan processus condylaris mandibulae. Pertumbuhan di daerah ini terus berlangsung sampai usia 16 tahun dan mengkontrol


(28)

pertumbuhan pada sistem sutura lambdoidea dan sutura coronalis sehingga rangka wajah bagian atas yang ditopang oleh segmen anterior, akan terus bertumbuh ke depan dalam hubungannya dengan columna vertebralis. Sedangkan mandibula umumnya akan bertumbuh ke depan dan ke bawah, mempertahankan hubungan rahang yang normal satu terhadap lainnya.25

Selama periode pertumbuhan ketiga (usia 10 tahun sampai dewasa) pertumbuhan pada sistem sutura fasialis menjadi kurang jelas terlihat walaupun biasanya ada sedikit penambahan kecepatan selama periode remaja. Pertumbuhan cartilago condylaris masih tetap aktif tetapi kurang intensif. Sejalan dengan proses deposisi permukaan dari tulang tersebut yang berlangsung tidak lama setelah bayi lahir dan menjadi dominan setelah usia 7 tahun, juga terjadi proses absorpsi internal yang terkoordinasi pada rangka wajah sehingga cavum nasi bertambah tinggi melalui resorpsi tulang permukaan atas palatum durum karena tulang akan terdeposit pada permukaan bawahnya (oral) dan sinus udara akan bertumbuh membesar dan meluas ke tulang-tulang di sekitarnya.25

Pertumbuhan panjang anteroposterior dari bagian depan fossa kranial tergantung pada pertumbuhan di suture spenofrontal, fronto-emoidal dan speno-etmoidal. Kedua suture yang terakhir ini berperan pada pertumbuhan bidang sagital setelah umur 7 tahun. Permukaan dalam tulang frontal dan bidang kribriform berhenti teremodeling pada umur 4 tahun, sehingga menjadi stabil pada 6-7 tahun. Pertumbuhan selanjutnya dari bagian depan dasar kranial (di depan foramen caecum) berhubungan dengan perluasan sinus frontal yang sedang berkembang.15,26

Pertumbuhan post natal pada sinkondrosis speno-osipital merupakan faktor utama yang berperan pada pertumbuhan dasar kranial, yang tetap ada sampai awal kedewasaan. Sinkondrosis speno-osipital merupakan sinkondrosis terakhir yang saling bergabung, dimulai pada permukaan serebral pada remaja putri 12-13 tahun dan putra 14-15 tahun serta berosifikasi sempurna pada permukaan luarnya di usia 20 tahun.26

Variasi merupakan hukum dasar dalam biologi. Wajah manusia sangat bervariasi dibandingkan dengan wajah spesies yang lain. Keadaan ini disebabkan


(29)

wajah dan tengkorak mengadakan adaptasi yang luar biasa sehubungan dengan bertambah besarnya otak manusia. Terdapat rentang yang besar dalam perbedaan wajah manusia. Pada saat lahir volume ruang otak lebih besar daripada muka tetapi pada umur 6 tahun hampir tidak ada lagi pertumbuhn kranium karena otak telah mencapai ukuran otak orang dewasa.27,28

Pertumbuhan kepala sangat kompleks. Sebelum bayi dilahirkan, pusat-pusat pertumbuhan di kepala sudah bekerja aktif sehingga besar kepala pada saat dilahirkan relatif besar, mendekati besar kepala orang dewasa. Baughan dan Dermijan dalam penelitiannya menemukan bahwa pada usia 6 tahun panjang kepala anak laki-laki sudah mencapai sekitar 92%, sedangkan anak perempuan kira-kira 88% panjang kepala orang dewasa. Tetapi, tinggi badan anak laki-laki pada usia yang sama baru mencapai lebih kurang 65% dan anak perempuan sekitar 63% tinggi badan dewasa.1,29

2.6.2 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Kepala

Pertumbuhan kepala sangat dipengaruhi oleh faktor genetik disamping faktor-faktor yang lain yaitu lingkungan, nutrisi, derajat aktivitas fisik serta kesehatan dan penyakit.2 Penelitian terbaru menyatakan bahwa keragaman dalam morfologi kraniofasial dihasilkan oleh interaksi yang kompleks dari variabel lingkungan.30 Kepala adalah struktur yang di desain untuk membawa fungsi, integrasi neural, respirasi, pencernaan, pendengaran, penglihatan, dan bicara. Setiap fungsi ini dilakukan oleh jaringan tertentu di kepala. Peningkatan sistem otot juga berpengaruh dalam pembentukan morfologi kraniofasial contohnya, hipermasticatory (peningkatan pengunyahan) menyebabkan peninggian atap kranium.30 Faktor genetik yang berhubungan dengan pertumbuhan kepala. Analisis data dari suatu populasi berkaitan morfologi kraniofasial menunjukkan basis kranium, tulang temporal, wajah atas, dan seluruh kranium adalah indikator terbaik yang dapat diturunkan dari generasi sebelumnya. Hormon memiliki peran utama dalam mengatur pertumbuhan semua jaringan. Faktor hormon pada sistem endokrin juga mempengaruhi pertumbuhan kepala. Hormon yang mempengaruhi perkembangan kraniofasial


(30)

termasuk hormon paratyroid, hormon tyroid, dan androgen.30 Ada beberapa hal yang menyebabkan tulang kepala sangat bervariasi, dimana variasi tersebut diturunkan secara genetik, termasuk hubungannya dengan jenis kelamin dan ras. Nutrisi atau diet juga mempengaruhi variasi bentuk kepala. Peralihan dari bentuk dolicocephalic pada populasi pemburu di zaman pre-neolitik kepada bentuk brachycephalic disebabkan oleh pola makan tinggi karbohidrat yang lunak. Temperatur dan ketinggian juga mempengaruhi bentuk kepala. Penelitian menunjukkan populasi manusia di daerah beriklim dingin dan iklim panas mempunyai ukuran kepala yang lebih besar.20,30

2.7 Landasan Teori

Antropologi adalah suatu ilmu yang sangat sedikit diminati calon-calon ilmuwan, bahkan di Indonesia sedikit yang mengetahui dan ahli di dalam bidang antropologi. Kajian ini sangatlah luas menyangkut berbagai bidang ilmu, oleh karenanya antropologi dibagi lagi menjadi beberapa cabang ilmu, diantaranya antropologi budaya, antropologi fisik/ragawi (yang sebagian menyebutnya antropolgi biologi), antropologi kesehatan dan berbagai cabang ilmu lainnya.

Antropometri adalah sebuah cabang ilmu tentang pengukuran fisik dari variasi dimensi tubuh manusia dan status kesehatan dari populasi tersebut dapat diketahui. Teknik antropometri ini dapat membantu dalam studi tentang asupan nutrisi, konsumsi energi, malnutrisi dan komposisi tubuh. Teknik antropometri juga membantu dalam identifikasi forensik, bedah plastik, arkeologi dan dalam membedakan antar ras dan jenis kelamin.

Antropometri digunakan antara lain untuk melakukan penelitian dan membandingkan secara fisik antara satu manusia dengan manusia yang lain. Hal itu dimungkinkan karena walaupun satu spesies, manusia mempunyai variasi perbedaan yang memungkinkan adanya pengelompokan rasial, suku bangsa, disamping adanya perbedaan umur dan jenis kelamin.

Antropometri telah banyak dilakukan dalam kedokteran gigi, seperti pengukuran bagian-bagian kepala, pengukuran gigi dalam berbagai dimensi. Antropologi pertumbuhan dipakai dalam mengikuti pertumbuhan dan perkembangan


(31)

post-natal, mendeteksi kelainan, meramal pertumbuhan selanjutnya pada waktu dewasa. Antropometri kepala terdiri atas sefalometri dan kraniometri. Kraniometri merupakan pengukuran pada tulang kranium. Sedangkan sefalometri adalah studi tentang morfologi kepala dan pengukuran pada kepala manusia yang masih hidup atau kepala korban yang masih mempunyai jaringan lunak. Pengukuran kepala dilakukan dengan menggunakan alat-alat tertentu untuk mengetahui ukuran seperti panjang lingkaran kepala, lebar kepala, panjang kepala, jarak dari kedua mata, dimensi hidung, bibir, telinga dan sebagainya untuk perbandingan populasi.

Agar dapat melihat perbedaan manusia secara lebih teliti, antropologi ragawi telah menciptakan indeks, diantaranya adalah indeks sefalik. Indeks sefalik merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan kraniofasial dengan variasi manusia, yang telah lama digunakan untuk berbagai kelompok ras antropologi fisik.

Indeks sefalik merupakan parameter penting dalam mengevaluasi perbedaan ras dan jenis kelamin. Oleh karena itu, informasi terperinci dari suatu data populasi merupakan hal penting dalam studi dan perbandingan untuk menilai pertumbuhan dan pengembangan individu serta berguna dalam diagnosis kelainan bentuk dan ukuran tengkorak kepala. Indeks sefalik juga memberikan gambaran tentang bagaimana karakter genetik yang diturunkan antara orang tua, keturunan dan saudara. Dengan adanya indeks ini lebih mudah untuk mengelompokkan manusia ke dalam golongan yang mempunyai ciri-ciri yang sama.

Pengukuran indeks sefalik dibagi menjadi 3 yaitu pengukuran secara vertikal, transversal dan horizontal

- Indeks Sefalik Vertikal: Chamaecephalic, Orthocephalic, Low Hypsicephalic, Moderate Hypsicephalic, High Hypsicephalic

- Indeks Sefalik Transversal: Tapeiocephalix, Metriocephalic, Acrocephalix. - Indeks Sefalik Horizontal: Dolicocephalic, Mesocephalic, Brachycephalix,

Hyperbrachycephalic.

Indeks sefalik ditentukan berdasarkan deskriptif anatomi internasional. Nilai indeks didapatkan dari pengukuran panjang, tinggi, dan lebar kepala.


(32)

- Tinggi kepala (diukur dari nation ke gnation) - Panjang kepala (diukur dari glabela ke inion)

Perubahan morfologi dan pertumbuhan yang sebenarnya pada setiap individu terjadi diusia 8-17 tahun dan setelah usia tersebut perubahan morfologi dan pertumbuhan tidak terjadi lagi. Pola pertumbuhan kepala sangat bervariasi berdasarkan usia dan jenis kelamin, dan rata-rata berhenti pada usia maturitas yaitu 18-20 tahun.Pertumbuhan kepala sangat dipengaruhi oleh faktor genetik disamping faktor-faktor yang lain yaitu lingkungan, nutrisi, derajat aktivitas fisik serta kesehatan dan penyakit. Penelitian terbaru menyatakan bahwa keragaman dalam morfologi kraniofasial dihasilkan oleh interaksi yang kompleks dari variabel lingkungan.Ada beberapa hal yang menyebabkan tulang kepala sangat bervariasi, dimana variasi tersebut diturunkan secara genetik, termasuk hubungannya dengan jenis kelamin dan ras.


(33)

2.8 Kerangka Konsep

Antropometri

(studi pengukuran tubuh manusia)

Antropometri Kraniofasial :

Variasi Bentuk Kepala

Indeks Sefalik vertikal

Deutro Melayu

Perbedaan nilai indeks sefalik?

Indeks Sefalik transversal

Tinggi kepala (nasion-gnation)

Panjang kepala (glabella-inion)

Tinggi kepala (nasion-gnation)

Lebar kepala (parietal eminence)

7-18 Tahun

7-9 Tahun 10-12 Tahun 13-15 Tahun 16-18 Tahun

Indeks Sefalik Horizontal

Lebar kepala (parietal eminence)

Panjang kepala (glabella-inion)


(34)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan rancangan Cross Sectional dengan melakukan pengukuran dan pengklasifikasian bentuk kepala berdasarkan indeks sefalik Horizontal, Vertikal dan Transversal usia 7-18 tahun pada Deutro-Melayu.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Lingkungan Yayasan Namira jalan pasar 1 kelurahan Tanjung Sari Medan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian untuk melakukan pengukuran panjang, tinggi dan lebar kepala dilakukan pada bulan januari 2013.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah murid SD-SMA sekolah Namira berusia 7-18 tahun.

3.3.2 Sampel Penelitian

Teknik pemilihan sampel tersebut adalah purposive sampling dimana subjek yang diambil sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi sampai mencapai besar sampel yang ditentukan.


(35)

3.4 Kriteria Penelitian 3.4.1 Kriteria Inklusi

Kriteria-kriteria inklusi adalah : 1. Usia 7 - 18 tahun.

2. Memiliki keadaan tubuh yang normal. 3. Deutro melayu ( 2 generasi ke atas) 4. Bentuk kepala normal

5. Bersedia mengikuti penelitian.

3.4.2 Kriteria Eksklusi

Kriteria-kriteria eksklusi adalah : 1. Sedang dalam perawatan ortodonti 2. Pernah mengalami operasi maksilofasial 3. Ada kelainan kongenital

4. Ada perubahan wajah / operasi wajah

3.4.3 Besar Sampel Penelitian

Untuk mendapatkan besar sampel yang akan diambil pada penelitian ini, dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

2.θ2(Zα + Zβ)2 (η0 – η1)2 Keterangan:

θ2

= Standar Deviasi

Zα = Derajat Batas Atas (1.96)

Zβ = Standar Batas Bawah

η0 – η1 = 70% = 0.7 2.θ2(Zα + Zβ)2 (η0 – η1)2

2.4,31 (1,960 + 1,282)2 (0,7)2


(36)

8,62 (10,51) 0,49 90,5 0,49

= 184,69 186

Jadi sampel minimal yang dibutuhkan adalah 186, untuk memudahkan jumlah sampel berdasarkan pengelompokan umur maka sampel yang digunakan menjadi 192 orang dengan pembagian:

7-9 tahun 48 orang (24 orang laki-laki dan 24 orang perempuan) 10-12 tahun 48orang (24 orang laki-laki dan 24 orang perempuan) 13-15 tahun 48 orang (24 orang laki-laki dan 24 orang perempuan) 16-18 tahun 48 orang (24 orang laki-laki dan 24 orang perempuan)

3.5 Variabel Penelitian

Variabel terkendali: - Keterampilan

operator - Tinggi badan

normal - Alat - Ras

- Jenis kelamin Variabel terikat :

- Tinggi, lebar dan panjang kepala

- Indeks sefalik horizontal, vertikal dan transversal - Bentuk kepala

Variabel bebas: Usia 7-18 Tahun

Variabel tidak terkendali:

- Genetik, status gizi, status ekonomi dan


(37)

3.6 Definisi Operasional a. Antropometri

Antropometri merupakan cabang dari antropologi fisik yang mempelajari tubuh manusia dan lebih cenderung terfokus pada pengukuran dimensi tubuh manusia.

b. Usia

Usia adalah usia responden pada saat dilakukan pengukuran kepala. Usia yang digunakan pada penelitian ini adalah 7-18 tahun.

c. Indeks Sefalik vertikal

Indeks sefalik vertikal yaitu perbandingan antara tinggi kepala (nasion ke gnation) dan panjang kepala (glabella ke inion) dengan menggunakan kapiler dikali dengan 100.

d. Indeks Sefalik transveral

Indeks sefalik transversal yaitu perbandingan antara tinggi kepala (nasion ke gnation) dan lebar kepala (garis linear antara parietal eminence) dengan menggunakan kaliper dikali dengan 100.

e. Indeks Sefalik horizontal

Indeks sefalik horizontal yaitu perbandingan antara lebar kepala (garis linear antara parietal eminence) dan panjang kepala (glabella ke inion) dengan menggunakan kaliper lengkung dikali dengan 100.

f. Keterampilan Operator

Keterampilan operator adalah kemampuan peneliti dalam melakukan seleksi, mengumpulkan, mengukur serta menganalisa hasil pengukuran.

g. Status gizi berdasarkan IMT

Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi yang diindikasikan berdasarkan berat badan dan tinggi badan anak sesuai dengan indeks massa tubuh. Indeks massa tubuh adalah indikator rasio proporsional antara berat badan dengan tinggi badan kuadrat.


(38)

Deutro Melayu atau yang disebut juga Melayu muda merupakan bangsa yang masuk ke indonesia pada gelombang kedua setelah bangsa proto melayu. Yang termasuk kedalam bangsa Deutro melayu adalah suku Aceh, Minangkabau, Jawa, Sunda, Melayu, Betawi, Manado dan bugis.

i. Glabella (g)

Glabella adalah titik tengah paling anterior dan paling menonjol pada daerah fronto-orbital pada jaringan lunak. Pada wajah glabella terletak diantara 2 alis.

j. Eurion (eu)

Eurion adalah titik paling distal pada sisi neurocranium, pada tulang parietal untuk menentukan lebar maksimal tengkorak.

k. Nasion (na)

Nasion merupakan titik pada nasofrontalis di bidang medio-sagital.

l. Gnation (gn)

Gnation merupakan titik pada sisi bawah mandibula yang paling bawah dibidang medio-sagital.

m. Inion (i)

Inion merupakan titik pada protuberantia oksipitalis eksterna, terletak 7 cm di bawah opisthocranion.

n. Tinggi Kepala

Tinggi Kepala diukur dari nasion (na) ke gnation (gn).

o. Panjang Kepala

Panjang Kepala diukur dari Glabella (g) ke inion (i).

p. Lebar Kepala

Lebar Kepala diukur jarak antara parietal eminence atau eurion ke eurion (eu-eu).

q. Bentuk Kepala berdasarkan Indeks Sefalik Vertikal

- Kamaesefalik merupakan bentuk kepala seseorang yang dilihat dari nilai indeks sefalik vertikal <57,9 dengan bentuk pendek dan datar.

- Ortosefalik merupakan bentuk kepala seseorang yang dilihat dari nilai indeks sefalik vertikal 58,0-62,9 dengan bentuk yang sesuai dengan tinggi.


(39)

- Low Hipsisefalik merupakan bentuk kepala seseorang yang dilihat dari nilai indeks sefalik vertikal 63,0-67,9 dengan bentuk dahi yang tinggi.

- Moderate Hipsisefalik merupakan bentuk kepala seseorang yang dilihat dari nilai indeks sefalik vertikal 68,0-72,9 dengan bentuk dahi yang sangat tinggi.

- High Hipsisefalik merupakan bentuk kepala seseorang yang dilihat dari hasil indeks sefalik vertikal >73,0 dengan bentuk dahi yang sangat-sangat tinggi.

r. Bentuk Kepala berdasarkan Indeks Sefalik Transversal

- Tapeiosefalik merupakan bentuk kepala seseorang yang dilihat dari nilai indeks sefalik transversal >78,9 dengan bentuk kepala yang cekung dan datar.

- Metriosefalik merupakan bentuk kepala seseorang yang dilihat dari nilai indeks sefalik transversal 79,0-84,9 dengan bentuk tinggi kepala yang normal.

- Acrosefalik merupakan bentuk kepala seseorang yang dilihat dari nilai indeks sefalik transversal >85 dengan bentuk yang tinggi dan lonjong.

s. Bentuk Kepala berdasarkan Indeks Sefalik Horizontal

- Dolikosefalik merupakan bentuk kepala seseorang yang dilihat dari nilai indeks sefalik horizontal <74,9. Dengan ciri-ciri memiliki kepala lebar dan sempit, profil wajah panjang dan sempit, protrusif, bentuk dan sudut bidang mandibula yang sempit, bentuk muka seperti segitiga (tapered), diafragma hidung yang sempit, tulang pipi kurang menonjol, rongga orbita berbentuk rektangular dan aperture nasal yang lebar.

- Mesosefalik merupakan bentuk kepala seseorang yang dilihat dari nilai indeks sefalik horizontal 75,0-79,9. Bentuk kepala ini memiliki karakteristik fisik kepala lonjong dan bentuk muka terlihat oval dengan zigomatik yang sedikit mengecil, profil wajah ortognasi.

- Brakhisefalik merupakan bentuk kepala seseorang yang dilihat dari nilai indeks sefalik horizontal 80,0-84,9. Bentuk kepala ini cenderung dimiliki oleh ras Mongoloid dengan ciri-ciri aperture nasal yang membulat, sudut bidang mandibula yang lebih rendah, bentuk muka segiempat, profil wajah prognasi sedang, rongga orbita membulat, dan puncak kepala tinggi seperti kubah.


(40)

- Hyperbrakhisefalik merupakan bentuk kepala seseorang yang dilihat dari nilai indeks sefalik horizontal >85. Bentuk kepala ini juga cenderung dimiliki oleh ras Mongoloid dengan ciri-ciri aperture nasal yang membulat, sudut bidang mandibula yang lebih rendah, bentuk muka segiempat, profil wajah prognasi sedang, rongga orbita membulat, dan puncak kepala tinggi seperti kubah, namun ukurannya lebih besar dari hyperbrakhisefalik.

3.7 Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Kaliper lengkung

2. Kaliper digital 3. Pensil

4. Spidol 5. Mistar

(a) kaliper lengkung (b) Kaliper Digital Gambar 4. (a) kaliper lengkung ; (b) kaliper digital

3.8 Prosedur Penelitian

1. Subjek diminta duduk di kursi yang disediakan dengan posisi kepala tegak, badan bersandar tegak lurus ke dinding agar dapat dilakukan pengukuran dengan benar.


(41)

2. Panjang kepala diukur dari Glabella (g) ke inion. Panjang maksimum kepala diukur dengan menempatkan ujung kaliper pada titik glabella dan inion. Jarak kedua ujung kaliper diukur dengan menggunakan penggaris dan ukuran dicatat sebagai panjang maksimum kepala.

Gambar 5. Pengukuran panjang kepala dari Glabella ke Inion

3. Tinggi kepala diukur dari nasion (na) ke gnation (gn). Nasion merupakan titik pada sutura nasofrontalis di bidang medio-sagital sedangkan gnation merupakan titik pada sisi bawah mandibula yang paling bawah dibidang medio-sagital. Tinggi kepala diukur dengan menempatkan ujung kaliper pada titik nasion dan gnation. Jarak kedua ujung kaliper diukur dengan menggunakan penggaris dan ukuran dicatat sebagai lebar kepala.


(42)

Gambar 6. Pengukuran tinggi kepala dari Nation ke Gnation

4. Lebar kepala diukur jarak antara parietal eminence atau eurion ke eurion (eu-eu). Eurion merupakan titik paling lateral dari dinding cranium, dicari dengan meletakkan penggaris pada daerah tulang parietal kepala (atas telinga) secara tegak lurus lalu ujung kaliper ditempatkan pada kedua titik eurion kiri dan kanan. Jarak kedua ujung kaliper diukur menggunakan penggaris dan ukuran dicatat sebagai lebar maksimum kepala.


(43)

5. Pencatatan data yaitu panjang, tinggi dan lebar kepala pada lembar kuesioner subjek.

3.9 Pengolahan Data dan Analisa Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dan ditabulasi dengan sistem komputerisasi untuk menghitung berdasarkan tabel distribusi frekuensi. Selanjutnya analisis statistik akan dilakukan dengan bantuan program komputer yaitu berupa program SPSS 17.0 for windows dan kemudian data-data yang telah diolah disajikan ke dalam bentuk tabel.


(44)

3.10 Kerangka Operasional

7-9 tahun

Pengukuran tinggi, lebar dan panjang kepala

Indeks Sefalik Vertikal Indeks Sefalik Transversal

Perbedaan indeks sefalik Deutro Melayu

Indeks Sefalik Horizontal

13-15 tahun 16-18 tahun

10-12 tahun

Laki – laki Perempuan

Bentuk Kepala

Indeks sefalik perempuan Indeks sefalik laki-laki


(45)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Responden

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan ukuran dan bentuk kepala berdasarkan kelompok umur 7-18 tahun dan jenis kelamin. Sampel penelitian yang telah dikumpulkan diambil datanya melalui survei. Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan diperoleh 192 sampel yang memenuhi kriteria. Kriteria sampel berusia 7-18 tahun dan tergolong dalam ras deutro Melayu. Untuk memudahkan penelitian berdasarkan kriteria usia maka sampel dikelompokkan dalam 4 kelompok usia yaitu 7-9 tahun, 10-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-18 tahun seperti yang terlihat pada tabel, dalam setiap kelompok usia masing-masing terdiri dari 48 orang yakni 24 orang laki-laki dan 24 orang perempuan.

Tabel 4. Jumlah sampel berdasarkan kelompok umur 7-18 tahun dan berdasarkan jenis kelamin

Karakteristik

responden N % (persentasi)

Kelompok umur 7-9 tahun 10-12 tahun 13-15 tahun 16-18 tahun

48 48 48 48

25 25 25 25 Jenis kelamin

Laki-laki Perempuan

96 96

50 50


(46)

Jawa Padang

Aceh Melayu

Sunda Betawi Manado

111 19 32 15 12 2 1

57,9 9,8 16,7

7,8 6,2 1,1 0,5

Tabel 4 menunjukkan karakteristik umum berdasarkan sampel yang diteliti. Berdasarkan kelompok umur 7-9 tahun persentase sampel 48 orang (25%), umur 10-12 tahun 48 orang (25%), umur 13-15 tahun 48 orang (25%) dan 16-18 tahun 48 orang (25%). Persentase sampel laki-laki 96 orang (50%) dan sampel perempuan 96 orang (50%). Beserta suku sampel yang akan digunakan.

4.2 Perbandingan Rata-rata Indeks Sefalik Vertikal, Transversal dan Horizontal Usia 7-18 Tahun pada Ras Deutro Melayu

Pada penelitian ini, ingin dilihat perbedaan rata-rata indeks sefalik vertikal, transversal dan horizontal berdasarkan kelompok umur 7-18 tahun pada ras Deutro Melayu pada laki-laki dan perempuan.

4.2.1 Perbandingan Rata-rata Tinggi Kepala, Panjang Kepala dan Indeks Sefalik Vertikal Usia 7-18 Tahun pada Ras Deutro Melayu

Pada penelitian ini dilakukan pengukuran tinggi kepala dan panjang kepala untuk mendapatkan indeks sefalik vertikal masing-masing sampel berdasarkan kelompok umur 7-18 tahun. Pengukuran yang dilakukan yaitu tinggi kepala diukur dari nasion (na) ke gnation (gn). Tinggi kepala diukur dengan menempatkan ujung kaliper pada titik nasion dan gnation. Jarak kedua ujung kaliper diukur dengan menggunakan penggaris dan ukuran dicatat sebagai tinggi kepala.24


(47)

Panjang kepala diukur dari Glabella (g) ke inion. Panjang maksimum kepala diukur dengan menempatkan ujung kaliper pada titik glabella dan inion. Jarak kedua ujung kaliper diukur dengan menggunakan penggaris dan ukuran dicatat sebagai panjang maksimum kepala.24 Setelah diketahui ukuran tinggi dan panjang kepala maka didapat ukuran indeks sefalik vertikal seperti yang terlihat pada tabel 5.

Tabel 5. Perbandingan Nilai Rata-rata Tinggi Kepala, Panjang Kepala, dan Indeks Sefalik Vertikal berdasarkan kelompok umur 7-18 tahun (cm).

Jenis kelamin Ukuran kepala Kelompok umur P 7-9

(X + SD)

10-12 (X + SD)

13-15 (X + SD)

16-18 (X + SD)

Laki-laki TK PK ISV 8,66±0,27 17,01±0,41 50,91±1,86 9,80±0,50 16,56±0,65 54,37±2,74 10,12±0,64 17,85±0,58 56,75±3,59 10,60±0,48 17,65±0,59 60,04±3,19 0,00* Perempuan TK PK ISV 8,82±0,31 16,56±0,65 53,29±2,19 9,71±0,41 17,77±1,02 54,29±3,15 10,10±0,33 17,65±0,70 57,29±2,82 10,21±0,43 16,63±0,60 61,41±2,65 0,00*

Keterangan: *signifikan; (p<0,05) TK = Tinggi Kepala

PK = Panjang Kepala

ISV = Indeks Sefalik Vertikal

Tabel 5 menunjukkan ukuran rata-rata tinggi kepala, panjang kepala dan perhitungan indeks sefalik vertikal berdasarkan kelompok umur 7-18 tahun pada laki-laki dan perempuan. Pada laki-laki-laki-laki, umur 7-9 tahun ukuran rata-rata tinggi kepala 8,66±0,27 cm, panjang kepala 17,01±0,41 cm dan indeks sefalik vertikal 50,91±1,86 cm. Umur 10-12 tahun ukuran rata-rata tinggi kepala 9,80±0,50 cm, panjang kepala 16,56±0,65 cm dan indeks sefalik vertikal 54,37±2,74 cm. Umur 13-15 tahun ukuran rata-rata tinggi kepala 10,12±0,64 cm, panjang kepala 17,85±0,58 cm, dan indeks sefalik vertikal 56,75±3,59 cm. Umur 16-18 tahun ukuran rata-rata tinggi kepala 10,60±0,48 cm, panjang kepala 17,65±0,59 cm dan indeks sefalik vertikal 60,04±3,19


(48)

cm. Dari analisis uji Anova pada laki-laki menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) terhadap tinggi kepala, panjang kepala dan rata-rata indeks sefalik vertikal berdasarkan kelompok umur 7-9 tahun, 10-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-18 tahun. Maka, hipotesis (Ho) ditolak yang menyatakan tidak terdapat perbedaan rata-rata indeks sefalik vertikal berdasarkan kelompok umur.

Pada perempuan, umur 7-9 tahun ukuran rata-rata tinggi kepala 8,82±0,31 cm, panjang kepala 16,56±0,65 cm dan indeks sefalik vertikal 53,29±2,19 cm. Umur 10-12 tahun ukuran rata-rata tinggi kepala 9,71±0,41 cm panjang kepala 17,77±1,02 cm dan indeks sefalik vertikal 54,29±3,15 cm. Umur 13-15 tahun ukuran rata-rata tinggi kepala 10,10±0,33 cm, panjang kepala 17,65±0,70 cm dan indeks sefalik vertikal 57,29±2,82 cm. Umur 16-18 tahun ukuran rata-rata tinggi kepala 10,21±0,43 cm, panjang kepala 16,63±0,60 cm dan indeks sefalik vertikal 61,41±2,65 cm. Dari analisis uji Anova pada perempuan menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) terhadap tinggi kepala, panjang kepala dan rata-rata indeks sefalik vertikal berdasarkan kelompok umur 7-9 tahun, 10-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-18 tahun. Maka, hipotesis (Ho) ditolak yang menyatakan tidak terdapat perbedaan rata-rata indeks sefalik vertikal berdasarkan kelompok umur.

4.2.2 Perbandingan Rata-rata Tinggi Kepala, Lebar Kepala dan Indeks Sefalik Transversal Usia 7-18 Tahun pada Ras Deutro Melayu

Pada penelitian ini dilakukan pengukuran tinggi kepala dan lebar kepala untuk mendapatkan indeks sefalik transversal masing-masing sampel berdasarkan kelompok umur 7-18 tahun. Pengukuran yang dilakukan yaitu tinggi kepala diukur dari nasion (na) ke gnation (gn). Tinggi kepala diukur dengan menempatkan ujung kaliper pada titik nasion dan gnation. Jarak kedua ujung kaliper diukur dengan menggunakan penggaris dan ukuran dicatat sebagai tinggi kepala.24

Lebar kepala diukur jarak antara parietal eminence atau eurion ke eurion (eu-eu). Jarak kedua ujung kaliper diukur menggunakan penggaris dan ukuran dicatat sebagai lebar maksimum kepala.24 Setelah diketahui ukuran tinggi dan lebar kepala maka bisa didapat ukuran indeks sefalik transversal seperti yang terlihat pada tabel 6.


(49)

Tabel 6. Perbandingan Nilai Rata-rata Tinggi Kepala, Lebar Kepala, dan Indeks Sefalik Transversal berdasarkan kelompok umur 7-18 tahun (cm)

Jenis kelamin

Ukuran kepala

Kelompok umur (Rata-rata+SD)

P 7-9

(X + SD)

10-12 (X + SD)

13-15 (X + SD)

16-18 (X + SD)

Laki-laki TK LK IST 8,66±0,27 14,24±0,11 61,29±2,27 9,80±0,50 15,87±1,11 62,16±4,09 10,12±0,64 15,64±0,55 64,62±3,94 10,60±0,48 15,47±0,68 68,75±4,95 0,00* Perempuan TK LK IST 8,82±0,31 14,26±0,26 61,87±1,80 9,71±0,41 15,58±0,44 61,70±2,59 10,10±0,33 15,66±0,61 64,62±3,41 10,21±0,43 15,23±0,57 67,00±3,36 0,00*

Keterangan: *signifikan; (p<0,05) TK = Tinggi Kepala

LK = Lebar Kepala

IST = Indeks Sefalik Transversal

Tabel 6 menunjukkan ukuran rata-rata tinggi kepala, lebar kepala dan perhitungan indeks sefalik transversal berdasarkan kelompok umur 7-18 tahun pada laki-laki dan perempuan. Pada laki-laki, umur 7-9 tahun ukuran rata-rata tinggi kepala 8,66±0,27 cm, lebar kepala 14,25±0,11 cm dan indeks sefalik transversal 61,29±2,27 cm. Umur 10-12 tahun ukuran rata-rata tinggi kepala 9,80±0,50 cm, lebar kepala 15,87±1,11cm dan indeks sefalik transversal 62,16±4,09 cm. Umur 13-15 tahun ukuran rata-rata tinggi kepala 10,12±0,64 cm, lebar kepala 15,64±0,55 cm dan indeks sefalik transversal 64,62±3,94 cm. Umur 16-18 tahun ukuran rata-rata tinggi kepala 10,60±0,48 cm, lebar kepala 15,47±0,68 cm dan indeks sefalik transversal 68,75±4,95 cm. Dari analisis uji Anova pada laki-laki menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) terhadap tinggi kepala, lebar kepala dan rata-rata indeks sefalik transversal berdasarkan kelompok umur 7-9 tahun, 10-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-18 tahun. Maka, hipotesis (Ho) yang menyatakan tidak terdapat perbedaan rata-rata indeks sefalik transversal berdasarkan kelompok umur ditolak.


(50)

Pada perempuan, umur 7-9 tahun ukuran rata-rata tinggi kepala 8,82±0,31 cm, lebar kepala 14,26±0,26 cm dan indeks sefalik transversal 61,87±1,80 cm. Umur 10-12 tahun ukuran rata-rata tinggi kepala 9,71±0,41 cm, lebar kepala 15,58±0,44 cm dan indeks sefalik transversal 61,70±2,59 cm. Umur 13-15 tahun ukuran rata-rata tinggi kepala 10,10±0,33 cm, lebar kepala 15,66±0,61 cm dan indeks sefalik transversal 64,62±3,41 cm. Umur 16-18 tahun ukuran rata-rata tinggi kepala 10,21±0,43 cm, lebar kepala 15,23±0,57 cm dan indeks sefalik transversal 67,00±3,36 cm. Dari analisis uji Anova pada perempuan menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) terhadap tinggi kepala, lebar kepala dan rata-rata indeks sefalik transversal berdasarkan kelompok umur 7-9 tahun, 10-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-18 tahun. Maka, hipotesis (Ho) yang menyatakan tidak terdapat perbedaan rata-rata indeks sefalik transversal berdasarkan kelompok umur ditolak.

4.2.3 Perbandingan Rata-rata Lebar Kepala, Panjang Kepala dan Indeks Sefalik Horizontal Usia 7-18 Tahun pada Ras Deutro Melayu

Pada penelitian ini dilakukan pengukuran lebar dan panjang kepala untuk mendapatkan indeks sefalik horizontal masing-masing sampel berdasarkan kelompok umur 7-18 tahun. Lebar kepala diukur jarak antara parietal eminence atau eurion ke eurion (eu-eu). Dicari dengan meletakkan penggaris pada daerah tulang parietal kepala (atas telinga) secara tegak lurus lalu ujung kaliper ditempatkan pada kedua titik eurion kiri dan kanan.Jarak kedua ujung kaliper diukur menggunakan penggaris dan ukuran dicatat sebagai lebar maksimum kepala.9

Panjang kepala diukur dari Glabella (g) keinion. Panjang maksimum kepala diukur dengan menempatkan ujung kaliper pada titik glabella dan inion. Jarak kedua ujung kaliper diukur dengan menggunakan penggaris dan ukuran dicatat sebagai panjang maksimum kepala.9 Setelah diketahui ukuran lebar dan panjang kepala maka bisa didapat ukuran indeks sefalik horizontal seperti yang terlihat pada tabel 7.


(51)

Tabel 7. Perbandingan Nilai Rata-rata Tinggi Kepala, Lebar Kepala, dan Indeks Sefalik Horizontal berdasarkan kelompok umur 7-18 tahun (cm)

Jenis kelamin

Ukuran kepala

Kelompok umur (Rata-rata+SD)

P 7-9

(X + SD)

10-12 (X + SD)

13-15 (X + SD)

16-18 (X + SD)

Laki-laki LK PK ISH 14,25±0,11 17,01±0,41 83,66±1,85 15,87±1,11 16,56±0,65 87,70±4,68 15,64±0,55 17,85±0,58 87,58±3,17 15,47±0,68 17,65±0,59 88,25±3,65 0,00* Perempuan LK PK ISH 14,26±0,26 16,56±0,65 86,04±2,36 15,58±0,44 17,77±1,02 87,83±4,85 15,66±0,61 17,65±0,70 88,79±3,64 15,23±0,57 16,63±0,60 91,62±3,10 0,00*

Keterangan: *signifikan; (p<0,05) LK = Lebar Kepala

PK = Panjang Kepala

ISH = Indeks Sefalik Horizontal

Tabel 7 menunjukkan ukuran rata-rata lebar kepala, panjang kepala dan perhitungan indeks sefalik horizontal berdasarkan kelompok umur 7-18 tahun pada laki-laki dan perempuan. Pada laki-laki, umur 7-9 tahun ukuran rata-rata lebar kepala 14,25±0,11 cm, panjang kepala 17,01±0,41 cm dan indeks sefalik horizontal 83,66±1,85 cm. Umur 10-12 tahun ukuran rata-rata lebar kepala 15,87±1,11 cm, panjang kepala 16,56±0,65 cm dan indeks sefalik horizontal 87,70±4,68 cm. Umur 13-15 tahun ukuran rata-rata lebar kepala 15,64±0,55 cm, panjang kepala 17,85±0,58 cm dan indeks sefalik horizontal 87,58±3,17 cm. Umur 16-18 tahun ukuran rata-rata lebar kepala 15,47±0,68 cm, panjang kepala 17,65±0,59 cm dan indeks sefalik horizontal 88,25±3,65 cm. Dari analisis uji Anova pada laki-laki menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) terhadap lebar kepala, panjang kepala dan rata-rata indeks sefalik horizontal berdasarkan kelompok umur 7-9 tahun, 10-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-18 tahun. Maka, hipotesis (Ho) yang menyatakan tidak


(52)

terdapat perbedaan rata-rata indeks sefalikhorizontal berdasarkan kelompok umur ditolak.

Pada perempuan, umur 7-9 tahun ukuran rata-rata lebar kepala 14,26±0,26 cm, panjang kepala 16,56±0,65 cm dan indeks sefalik horizontal. Umur 10-12 tahun ukuran rata-rata lebar kepala 15,58±0,44 cm, panjang kepala 17,77±1,02 cm dan indeks sefalik horizontal 87,83±4,85. Umur 13-15 tahun ukuran rata-rata lebar kepala 15,66±0,61 cm, panjang kepala 17,65±0,70 cm dan indeks sefalik horizontal 88,79±3,64. Umur 16-18 tahun ukuran rata-rata lebar kepala 15,23±0,57 cm, panjang kepala 16,63±0,60 cm dan indeks sefalik horizontal 91,62±3,10 cm. Dari analisis uji Anova pada perempuan menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) terhadap lebar kepala, panjang kepala dan rata-rata indeks sefalik horizontal berdasarkan kelompok umur 7-9 tahun, 10-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-18 tahun. Maka, hipotesis (Ho) yang menyatakan tidak terdapat perbedaan rata-rata indeks sefalik horizontal berdasarkan kelompok umur ditolak.

4.3 Perbandingan Rata-rata Indeks Sefalik Vertikal, Transversal dan Horizontal antara Laki-laki dan Perempuan Usia 7-18 Tahun pada Ras Deutro Melayu secara menyeluruh

4.3.1 Perbandingan Rata-rata Tinggi Kepala, Panjang Kepala dan Indeks Sefalik Vertikal antara Laki-laki dan Perempuan Usia 7-18 Tahun pada Ras Deutro Melayu secara menyeluruh

Pada penelitian ini dilakukan pengukuran tinggi kepala dan panjang kepala untuk mendapatkan indeks sefalik vertikal masing-masing sampel pada umur 7-18 tahun berdasarkan jenis kelamin. Pengukuran yang dilakukan yaitu tinggi kepala diukur dari nasion (na) ke gnation (gn). Tinggi kepala diukur dengan menempatkan ujung kaliper pada titik nasion dan gnation. Jarak kedua ujung kaliper diukur dengan menggunakan penggaris dan ukuran dicatat sebagai tinggi kepala.

Panjang kepala diukur dari Glabella (g) keinion. Panjang maksimum kepala diukur dengan menempatkan ujung kaliper pada titik glabella dan inion. Jarak kedua ujung kaliper diukur dengan menggunakan penggaris dan ukuran dicatat sebagai


(53)

panjang maksimum kepala. Setelah diketahui ukuran tinggi dan panjang kepala maka bisa didapat ukuran indeks sefalik vertikal berdasarkan jenis kelamin seperti yang terlihat pada tabel 8.

Tabel 8. Perbandingan nilai Rata-rata tinggi kepala, panjang kepala dan Indeks Sefalik vertikal antara laki-laki dan perempuan (cm).

Ukuran kepala Jenis kelamin p.value

Laki-laki (X + SD) Perempuan (X + SD) Tinggi Kepala

Panjang Kepala Indeks sefalik vertikal

9,79±0,87 17,27±0,76 55,52±4,42

9,71±0,66 17,16±0,94 56,57±4,16

.450 .358 .091 Keterangan: *signifikan; (p<0,05)

Tabel 8 menunjukkan ukuran rata-rata perhitungan tinggi kepala, panjang kepala dan indeks sefalik vertikal berdasarkan jenis kelamin dari kelompok umur 7-18 tahun secara keseluruhan. Rata-rata tinggi kepala umur 7-7-18 tahun pada laki-laki 9,79±0,87 cm, sedangkan pada perempuan 9,71±0,66 cm. Rata-rata panjang kepala umur 7-18 tahun pada laki-laki 17,27±0,76 cm, sedangkan pada perempuan 17,27±0,94 cm. Rata-rata indeks sefalik vertikal umur 7-18 tahun pada laki-laki 55,52±4,42 cm, sedangkan pada perempuan 56,57±4,16 cm. Dari analisis uji anova menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0,05) terhadap rata-rata tinggi kepala, panjang kepala dan indeks sefalik vertikal umur 7-18 tahun antara laki-laki dan perempuan. Dapat disimpulkan bahwa ukuran tinggi kepala dan panjang kepala laki-laki lebih besar dari pada ukuran panjang dan tinggi kepala perempuan. Maka, hipotesis (Ha) yang menyatakan terdapat perbedaan rata-rata tinggi kepala, panjang kepala dan indeks sefalik vertikal umur 7-18 tahun antara laki-laki dan perempuan diterima.


(54)

4.3.2 Perbandingan rata-rata tinggi kepala, lebar kepala dan indeks sefalik transversal antara laki-laki dan perempuan usia 7-18 tahun pada ras Deutro Melayu secara menyeluruh

Pada penelitian ini dilakukan pengukuran tinggi kepala dan lebar kepala untuk mendapatkan indeks sefalik transversal masing-masing sampel pada umur 7-18 tahun berdasarkan jenis kelamin. Pengukuran yang dilakukan yaitu tinggi kepala diukur dari nasion (na) ke gnation (gn). Tinggi kepala diukur dengan menempatkan ujung kaliper pada titik nasion dan gnation. Jarak kedua ujung kaliper diukur dengan menggunakan penggaris dan ukuran dicatat sebagai tinggi kepala.

Lebar kepala diukur jarak antara parietal eminence atau eurion ke eurion (eu-eu). Dicari dengan meletakkan penggaris pada daerah tulang parietal kepala (atas telinga) secara tegak lurus lalu ujung kaliper ditempatkan pada kedua titik eurion kiri dan kanan.Jarak kedua ujung kaliper diukur menggunakan penggaris dan ukuran dicatat sebagai lebar maksimum kepala. Setelah diketahui ukuran tinggi dan lebar kepala pada seluruh sampel laki-laki dan perempuan maka bisa didapat ukuran indeks sefalik transversal berdasarkan jenis kelamin seperti yang terlihat pada tabel 9.

Tabel 9. Perbandingan Nilai Rata-rata tinggi kepala, lebar kepala dan Indeks Sefalik transversal antara laki-laki dan perempuan (cm).

Ukuran kepala Jenis kelamin p.value

Laki-laki (X + SD) Perempuan (X + SD) Tinggi Kepala

Lebar Kepala Indeks sefalik transversal

9,79±0,87 15,31±0,94 64,21±4,84

9,71±0,66 15,18±0,74 63,80±3,57

.450 .325 .509 Keterangan: *signifikan; (p<0,05)

Tabel 9 menunjukkan ukuran rata-rata perhitungan tinggi kepala, lebar kepala dan indeks sefalik transversal berdasarkan jenis kelamin dari kelompok umur 7-18 tahun secara keseluruhan. Rata-rata tinggi kepala umur 7-18 tahun pada laki-laki 9,79±0,87 cm sedangkan pada perempuan 9,71±0,66 cm. Rata-rata lebar kepala umur


(55)

7-18 tahun pada laki-laki 15,31±0,94 cm sedangkan pada perempuan 15,18±0,74 cm. Rata-rata indeks sefalik transversal umur 7-18 tahun pada laki-laki 64,21±4,84 cm, sedangkan pada perempuan 63,80±3,57 cm. Dari analisis uji anova menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0,05) terhadap rata-rata tinggi kepala, lebar kepala dan indeks sefalik transversalumur 7-18 tahun antara laki-laki dan perempuan. Maka, hipotesis (Ha) yang menyatakan terdapat perbedaan rata-rata tinggi kepala, lebar kepala dan indeks sefaliktransversal umur 7-18 tahun antara laki-laki dan perempuan diterima.

4.3.3 Perbandingan rata-rata indeks sefali kvertikal, transversal dan horizontal antara laki-laki dan perempuan usia 7-18 tahun pada ras Deutro Melayu secara menyeluruh

Pada penelitian ini dilakukan pengukuran lebar dan panjang kepala untuk mendapatkan indeks sefalik horizontal masing-masing sampel pada umur 7-18 tahun berdasarkan jenis kelamin. Lebar kepala diukur jarak antara parietal eminence atau eurion ke eurion (eu-eu). Dicari dengan meletakkan penggaris pada daerah tulang parietal kepala ( atas telinga ) secara tegak lurus lalu ujung kaliper ditempatkan pada kedua titik eurion kiri dan kanan.Jarak kedua ujung kaliper diukur menggunakan penggaris dan ukuran dicatat sebagai lebar maksimum kepala.

Panjang kepala diukur dari Glabella (g) ke inion. Panjang maksimum kepala diukur dengan menempatkan ujung kaliper pada titik glabella dan inion. Jarak kedua ujung kaliper diukur dengan menggunakan penggaris dan ukuran dicatat sebagai panjang maksimum kepala. Setelah diketahui ukuran lebar dan panjang kepala pada seluruh sampel laki-laki dan perempuan maka bisa didapat ukuran indeks sefalik horizontal berdasarkan jenis kelamin seperti yang terlihat pada tabel 10.

Tabel 10 menunjukkan ukuran rata-rata perhitungan lebar kepala, panjang kepala dan indeks sefalik horizontal berdasarkan jenis kelamin dari kelompok umur 7-18 tahun secara keseluruhan. Rata-rata lebar kepala umur 7-18 tahun pada laki-laki 15,31±0,94 cm sedangkan pada perempuan 15,18±0,74 cm.


(1)

Jepang, Taiwan, Vietnam, Cina) dan subras Melayu (terdiri atas orang-orang Malaysia, Indonesia, dan Filipina). Mongoloid Indian terdiri atas orang-orang Indian di Amerika. Ras Mongoloid memiliki ciri-ciri kulit warna kuning sampai sawo matang, rambut lurus, bulu badan sedikit, dahi membulat, muka lebar dan datar dan mata sipit (terutama Asia Mongoloid). Ras Mongoloid mempunyai bentuk kepala brakhisefalik dengan indeks sefalik >80. Penelitian menunjukkan laki-laki dan perempuan pada masing-masing ras menunjukkan bentuk kepala yang sama tetapi lebar kepala, panjang kepala, dan rata-rata indeks sefalik bagi setiap ras pada perempuan lebih tinggi daripada laki-laki.23,12


(2)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data serta pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Rata-rata nilai indeks sefalik vertikal umur 7-9 tahun pada laki-laki 50,91±1,86 dan pada perempuan 53,29±2,19, umur 10-12 tahun pada laki-laki 54,37±2,74 dan pada perempuan 54,29±3,15, umur 13-15 tahun pada laki-laki 56,75±3,59 dan pada perempuan 57,29±2,82, umur 16-18 tahun pada laki-laki 60,04±3,19 dan pada perempuan 61,41±2,65.

2. Rata-rata nilai indeks sefalik transversal umur 7-9 tahun pada laki-laki 61,29±2,27 dan pada perempuan 61,87±1,80, umur 10-12 tahun pada laki-laki 62,16±4,09 dan pada perempuan 61,70±2,59, umur 13-15 tahun pada laki-laki 64,62±3,94 dan pada perempuan 64,62±3,41, umur 16-18 tahun pada laki-laki 68,75±4,95 dan pada perempuan 67,00±3,36.

3. Rata-rata nilai indeks sefalik horizontal umur 7-9 tahun pada laki-laki 83,66±1,85 dan pada perempuan 86,04±2,36, umur 10-12 tahun pada laki-laki 87,70±4,68 dan pada perempuan 87,83±4,85, umur 13-15 tahun pada laki-laki 87,58±3,17 dan pada perempuan 88,79±3,64, umur 16-18 tahun pada laki-laki 88,25±3,65 dan pada perempuan 91,62±3,10.

4. Tidak terdapat perbedaan signifikan pada nilai rata-rata indeks sefalik vertikal umur 7-18 tahun antara laki-laki dan perempuan.


(3)

5. Tidak terdapat perbedaan signifikan pada nilai rata-rata indeks sefalik transversal umur 7-18 tahun antara laki-laki dan perempuan.

6. Terdapat perbedaan nilai rata-rata indeks sefalik horizontal yang signifikan antara laki-laki dan perempuan umur 7-18 tahun.

7. Presentase bentuk kepala indeks sefalik vertikal adalah

Chamaecephalic (68%), diikuti dengan bentuk kepala Orthocephalic

(14%) dan Low Hypsicephalic (7%).

8. Presentase bentuk kepala indeks sefalik transversal adalah Tapeiocephalic (99%), diikuti dengan bentuk kepala

Metriocephalic (1%).

9. Presentase bentuk kepala indeks sefalik horizontal adalah Hyperbrachycephalic (80%), diikuti dengan bentuk kepala

Brachycephalic (19%) dan Mesocephalic (1%).

6.2 Saran

1. Penelitian lanjutan tentang indeks sefalik vertikal, transversal dan horizontal dengan proporsi yang seimbang pada etnik-etnik yang lain dari polpulasi tertentu dengan mengendalikan asal, lingkungan, kebiasaan dan gizi subjek.

2. Perlunya penelitian kohort untuk dapat melihat tumbuh kembang secara langsung.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

1. Hamilah K, Fajar H, Trenggono S. Antropologi untuk Mahasiswa Kedokteran Gigi. Jakarta: Universitas Trisakti. 2005 : 1-4,6-7,57-9.

2. Jadav HR, Kariya VB, Kodiyatar BB, Pensi CA. A Study to Correlate Cephalic Index of Various Caste/Races of Gujerat State. Ahmedabad : NJIRM. 2011 : 2 :18-22.

3. Yagain VK, Pai SR, Kalthur SG, Chetan P, Hemalatha I. Study of Cephalic Index in Indian Student. Manipal: Int J Morphol 2012; 30: 125-9.

4. Soebroto S. Prinsip-prinsip Perancangan berbasiskan Dimensi Tubuh (Antropometri) dan Perancangan Stasiun Kerja. Jurnal Institut Teknologi Surabaya. 2000 : 1.

5. Ngeow WC , Aljunid ST. Craniofacial Anthropometric Norms of Malaysia Indians. Malaysia : Indian J Dent Res. 2009 : 20 (3) : 313-4.

6. Mizoguchi Y. Pilot Research Seeking Causative Factors for Morphological Characters: Ecological Correlation between Morphological Characters, Genes of Biochemical/Physiological Characters, and Enviromental factors in Modern Human. Tokyo: Bull. Natn. Sci. Mus, 2006; 1-3.

7. Todd J., Mark L. Issues Related to the Prediction of Craniofacial Growth. Am, J Orthod. 1981 : 63.

8. Furguson DJ. Growth of The Face and Dental Arches, in: Dentistry for The Child and Adolescent. McDonald RE. 8Th ed., Indiana: Mosby Inc. 2004: 582-90.

9. Maina MB , Mahdi O , Kalayi GD. Study of Vertical and Transverese Cephalic Indices in Three Ethnic Groups of North Eastern Nigerian Origin. Nigeria : Academic Journals Inc. 2011 : 6 (11) : 1280-3.

10. Strkalj G. The Study of Human Variaton. Anthropologist. South Africa: Kamla-Raj. 2007;161-5.

11. Yaacob H, Nambiar P, Murali DK. Racial Characteristic of Human Teeth with Special Emphasis on The Mongoloid Dentition. Malaysian J Pathol. 1996;18:1.


(5)

12. Netty H. Penentuan Indeks Kepala dan Wajah berdasarkan Suku di Kota Medan Tahun 2011. Tesis. Medan: Program Pendidikan Dokter Spesialis Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, 2011: 4-24.

13. Gunturu S, Tauro SR. Electromyographic Activity of Masticatory Muscles in Different Skeletal Profiles. Int J of Recent Trends in Science and Technology. 2013: 187-94.

14. E.Ligha, B. Fawehinmi. Canthal and Cephhalic Indexes of Nigerian Children. Australian Journal of Basic and Applied Sciences. 2011; 5(12) : 3107-8.

15. Y Ahmad, Dalou A, Al-syihab A, JR Robert. Head Shape and Size of Adult Males of Possible Indi cators of Childhood Stress in Northern Jordan (1900-1978) : A Study in Human Biology and Political Economy. Michigan : Wayne State University Press. 2008 : 80 (4) : 393-6.

16. Ozdemir S, Sigrili D, Ercan I, Cankur N. Photograpic Facial Soft Tissue Analysis of Healthy Turkish Young Adults : Anthropometric Measurement. Turki : Aesth Plast Surg. 2009 : 33 : 175.

17. Adam.Antropometri.22Maret

18. Reinhard JD. Penentuan Tinggi Badan berdasarkan Panjang Bawah Lengan Bawah di Medan: tahun 2009. Tesis. Medan: Program Pendidikan Dokter Spesialis Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2009: 22-4.

19. Alves HA, Santos MIMP, Melo FCL, Wellington R. Comparative Study of The Cephalic Index from The Region of The North and South of Brazil. Brazil: Int J Morphol. 2011; 29: 1370-4.

20. Zainuri SN, Sanrosa B, Mansyur R. Hubungan antara Jarak Titik-titik Kraniometri pada Neukranium dengan Indeks Kranialis pada Ras Mongoloid. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. LOGIKA. 2004: 55-61.


(6)

22. Pilip LS, Bruce MR. Physical Anthropology. 2nd ed. McGraw-Hill Book Company. 1978 : 142-51.

23. Anitha MR, Vijayanth V, Raju GM, Vijayamahantesh SN. Cephalic Index of North Indian Population. North India : Anatomica Karnataka. 2011 : 5 : 40-3. 24. Salve V, Chandrasekkar C, Siddharta P. The Study of Vertical Cephalic Index

(length-height index) and Transverese Cephalic Index (Breadth-Height Index) of Andhra Region India. India : AJMS. 2012 :3 (3) : 6-8.

25. Dixon A. Buku Pintar Anatomi untuk Kedokteran Gigi.5th ed. Alih bahasa : Yuwono L. Jakarta : Hipokrates. 1993 :413,418-9,425-6.

26. Sperber G. Embriologi Kraniofasial. 4th ed. Alih bahasa : Yuwono L. Jakarta : Hipokrates. 1991 : 111, 114-5, 119-27.

27. Eki S., Soeria S. Tumbuh Kembang Kraniofasial. Bagian orthodonti FKG UNPAD. 2000 : 87-8.

28. Koesoemahardja H., Indrawati A., Jenie I. Tumbuh Kembang Kraniodentofasial. Jakarta : FKG Usakti. 27-9.

29. Sforza C, Dellavia C, Gofredi M, Ferrario V. Soft Tissue Facial Angles in Individual with Ectodermal Dysplasia : A Three Dimensional Noninvasive Study. Italia : Cleft Palate-Craniofacial Journal. 2006 : 43 (3) :339.

30. Cray, James Jr. The Interaction of Androgenic Hormone and Craniofacial Variation : Relationship between Epignetics and The Enviroment on The Genome with An Eye toward Non Syndromic Craniostosis. University of Pitsburgh. 2009 : 1-12.

31. Indriati, E. Identifikasi rangka manusia, aplikasi antropologi biologis dalam konteks hukum. Dalam: Antropologi Forensik. Terbitan pertama. Yokyakarta: Gadjah Mada University Press., 2004: 59-62