Hipotesa Penelitian Antropometri PENDAHULUAN

9. Untuk mengetahui bentuk kepala pada masing-masing kelompok usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu berdasarkan indeks sefalik horizontal.

1.4 Hipotesa Penelitian

H : Tidak terdapat perbedaan antara ukuran kepala pada masing-masing kelompok usia 7-18 tahun pada Deutro Melayu. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis 1.Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang rata-rata ukuran kepala dan nilai indeks sefalik vertikal, transversal dan horizontal selama masa pertumbuhan usia 7-18 tahun pada ras Deutro Melayu. 2. Sebagai data awal perkiraan pertumbuhan ukuran kepala pada deutro melayu usia 7-18 tahun .

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Dipakai dalam mengikuti pertumbuhan dan perkembangan post-natal, mendeteksi kelainan, memperkirakan pertumbuhan selanjutnya pada waktu dewasa . 2. Sebagai masukan pengetahuan dasar Kedokteran Gigi Forensik dalam identifikasi berdasarkan kelompok usia dan jenis kelamin.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Antropometri

Antropologi adalah suatu ilmu yang sangat sedikit diminati calon-calon ilmuwan, bahkan di Indonesia sedikit yang mengetahui dan ahli di dalam bidang antropologi. Seorang ahli menafsirkan antropologi dengan Study of Man yaitu studi kajian tentang manusia dan karya-karyanya. Kajian ini sangatlah luas menyangkut berbagai bidang ilmu, oleh karenanya antropologi dibagi lagi menjadi beberapa cabang ilmu, diantaranya antropologi budaya, antropologi fisikragawi yang sebagian menyebutnya antropolgi biologi, antropologi kesehatan dan berbagai cabang ilmu lainnya. 1,15 Pada abad ke-19, studi tentang variasi dikembangkan dari rata-rata pengukuran antropometri. 3 Antropometri adalah sebuah cabang ilmu tentang pengukuran fisik dari variasi dimensi tubuh manusia dan status kesehatan dari populasi tersebut dapat diketahui. Teknik antropometri ini dapat membantu dalam studi tentang asupan nutrisi, konsumsi energi, malnutrisi dan komposisi tubuh. Teknik antropometri juga membantu dalam identifikasi forensik, bedah plastik, arkeologi dan dalam membedakan antar ras dan jenis kelamin. 9,16 Antropometri adalah satu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia, ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain. Antropometri secara lebih luas digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam proses perencanaan produk maupun sistem kerja yang memerlukan interaksi manusia. 17 Johan Sigismud Elsholtz, seorang ahli anatomi berkebangsaan Jerman adalah orang pertama yang menggunakan istilah antropometri dalam pengertian sesungguhnya. Ia menciptakan alat ukur yang dinamakan anthropometron yang merupakan cikal bakal alat ukur yang dikenal sebagai antropometer. 12 Penelitian dibidang antropometri mulai berkembang dari perhitungan sederhana menjadi lebih rumit, yaitu dengan mengitung indeks. Indeks adalah cara perhitungan yang dikembangkan untuk mendeksripsikan bentuk melalu keterkaitan antar titik pengukuran. Perhitungan indeks, titik pengukuran dan cara pengukuran berkembang pesat yang berdampak pada banyaknya variasi cara klasifikasi. 18 Pada awalnya tiap-tiap ahli antropologi dapat melakukan pengukuran dengan berbagai macam cara sehingga akan mengakibatkan perbedaan hasil pengukuran antara seorang ahli antropologi dengan yang lainnya. Perbedaan hasil pengukuran tersebut merupakan akibat adanya perbedaan metode pengukuran dan tidak adanya patokan atau kriteria yang baku, sehingga akan mengakibatkan kesulitan dalam membandingkan hasil pengukuran antara seorang ahli antropologi dengan ahli lainnya. Berdasarkan kenyataan ini, maka seorang ahli antropologi dari Jerman bernama Rudolf Martin, menyusun suatu metode pengukuran antropometri yang dipublikasikan melalui satu buku yang berjudul “Lehr Buch der Antroplogie” yang diterbitkan pada tahun 1928. Adanya metode antropometri yang dipelopori oleh Rudolf Martin, maka antropometri berkembang terus sehingga sangat membantu dalam kegiatan penelitian-penelitian antropologi, penelitian anatomi serta penelitian bidang kedokteran forensik. 1

2.2 Peran Antropologi dalam Kedokteran Gigi