Respon Afektif Terhadap UU No.232011

FOZ. Isi dari Undang-undang tersebut menuai kontroversi, bahkan dari badan FOZ ada yang pro dan ada pula yang kontra. Bagi M. Anwar Sani Wakil Sekjen FOZ sendiri, ia tidak menolak dengan adanya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang P engelolaan Zakat walaupun saat ini beliau juga berkerja di Darul Qur’an yang juga merupakan LAZ. Karena baginya, kebijakannya selalu ada cara untuk menyikapinya. “Itikad saya adalah apapun yang akan digulirkan oleh Undang- undang ini kita akan saya akomodir, karena bagi saya selalu ada jalan untuk menuju ke arah tujuan yang kita tuju dengan cara lain.” Walaupun sejak awal Anwar Sani sendiri sudah mengetahui draf akhir Undang-Undang Pengelolaan Zakat yang baru. “Yang saya tahu waktu undang-undang digulirkan, itu ada berbagai versi, versi forum zakat, versi DPR, versi lainnya ini semuanya jelas berbeda. Kalau versi forum zakat berbicara tentang bagaimana organisasi ini bisa berjalan, kalau di pemerintah mungkin menurut kita salah tapi menurut pemikiran pemerintah belum tentu salah, jadi tergantung sudut pandangnya dari sudut pandang mana berpikirnya. Apakah salah ketika pemerintah menghendaki semua Lembaga Zakat bersatu? Secara visi, secara tujuan, dan secara cita-cita membangun Negeri ini betul. Tapi menjadi salah menurut temen- teman semuanya tergantung sudut pandang, mau yang sudut pandang yang mana? Kalau maunya teman-teman inginnya pemerintah itu mengayomi lembaga-lembaga yang sudah berjalan didorong, Nah, buat pemerintah tidak menarik, dorong buat apa? kalau bicara dengan pemerintah pasti kembali lagi ke zaman Rasulullah, zaman dimana semua dikelola oleh Negara.” 15 Lain halnya dengan Sabeth Abilawa. Menurutnya bentuk kepedulian adalah menolak isi dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat ini. 15 wawancara diperoleh di Kantor Darul Quran, Ciledug, selaku wakil Sekjed FOZ, Rabu, 01052013 “Saya peduli untuk menggagalkan undang-undangnya” 16 Sedangkan reaksi pertama kali yang dirasakan oleh Sabeth setelah mengetahui draf akhir yang akan menjadi undang-undang baru Pengelolaan zakat ini dirasakan banyak kebohongan. “Secara proses ini banyak kebohongan dan tipu muslihat, kita juga punya draf pemerintah dan draf masyarakat sipil, dua-duanya maju waktu menjelang menit-menit akhir, itu drafnya masih seperti yang kita bayangkan, ini oke, tiba-tiba menjelang rapat paripurna itu naskah drafnya tidak boleh disirkulasi. Ada problem disitu, semua tenaga ahli yang kita hubungi juga tidak mau menyerahkan, agak aneh juga, sebenarnya ada beberapa mantan hakim MK seperti Mukhti Ali menyarankan kita bukan hanya uji materi tetapi juga uji formal untuk menguji bahwa Undang undang ini melalui proses yang benar ketika diparipurnakan, tapi kami tidak ada waktu memikirkannya, sebenarnya ini bisa diuji, digugat dua secara proses dan substansi.” 17 Sedangkan reaksi lain dirasakan oleh Nana Mintarti mengenai draf akhir dari Undang-undang Pengelolaan Zakat tersebut: “Ya cukup kaget, UU ini tidak seperti komisi DPR, padahal awalnya ada dua, DPR RI komisi 8 dan Kemenag. Cukup jauh berbeda” 18 Sedangkan menurut Bambang Suherman, beliau merasakan kekecewaan terhadap UUPZ yang baru ini : “Kecewa saja, karena Dompet Dhuafa itu sudah terlibat hampir dua tahun terkait dengan revisional UU No.38 pada saat itu. Dan menjadi bagian dari tim yang selalu memberikan reading pada Komisi VIII yang memperbaharui tentang UU ini. Di rapat dengar pendapat banyak sekali masukan, termasuk kan kami mendraf konsep yang mungkin dalam perspektif kami lebih cocok ya. Karena pada saat itu ada draf dari LAZ dan BAZNAS. Dan tidak terlalu jauh ketidaksesuaian dengan pelaksanaan. Lalu tiba-tiba muncul draf ini yang kemudian diketuk, saya pribadi tidak tahu draf ini dari mana. 16 wawancara diperoleh di Kantor Dompet Dhuafa, selaku Ketua Bidang Advokasi dan Pengawasan FOZ, Selasa 21052013 17 wawancara diperoleh di Kantor Dompet Dhuafa, Selaku sekretaris Jendral FOZ, Selasa 21052013 18 wawancara diperoleh di Kantor IMZ, Ciputat, selaku Sekretaris Bidang Advokasi dan Pengawasan, Selasa 21052013 Dan dalam proses sosialisasinya seharusnya menjadi syarat, bahwa konten sudah disosialisasikan kepada masyarakat. Kemudian draf ini menjadi draf yang aneh dan asing yang muncul sebulan sebelumnya oleh beberapa orang kemudian dimunculkan ke media dan melihatnya bahwa ini sangat berbeda dengan draf-draf sebelumnya. Jelas ini ada kepentingan, ada sisipan-sisipan dari berbagai pihak. Begitu dia keluar dengan draf yang sudah disahkan dan tidak sesuai dengan yang diharapkan, kami juga tidak tahu seperti apa proses perubahan dan dari mana munculnya draf ini. Ya kami kecewalah” 19 Isi Undang-Undang yang menuai pro-kontra pun menjadi pembahasan tersendiri bagi responden. Banyak pernyataan “ketidaksenangan” dengan pasal-pasal yang mengkhawatirkan tersebut. Sebagaimana menurut Sabeth Abilawa sendiri menganggap aneh mengenai pasal 38 dan 41 mengenai pasal pidana : “Pasal yang paling aneh, dampaknya adalah Negara akan melarang pengurus-pengurus masjid menghimpun dana zakat, pengurus panti asuhan menghimpun dana zakat, melarang yayasan-yayasan sosial yang sudah ada memungut dana zakat, termasuk zakat fitrah dan zakat mal, artinya Masjid dan mushola yang sudah ratusan tahun, panitianya setiap ramadhan menghimpun dana harus mengajukan diri sebagai UPZ BAZNAS jika disetujui dan bisa pula tidak disetujui, maka mereka illegal dan bisa dipidana dengan sanksi ini dan ada jutaan orang.” 20 Masih dengan pasal yang sama 38 dan 41 Nana Mintarti pun mengemukakan keheranannya mengenai pasal tersebut yang menurutnya masih dianggap abu-abu atau tidak jelas. “Secara sanksi saja masih abu-abu belum jelas ini hukum perdata atau pidana? Yang melakukan tindakan polisikah atau siapa?” Jika melihat dari kacamata seorang penulis buku dan motivator zakat, Muhammad Zen mengatakan: 19 wawancara diperoleh di Kantor Dompet Dhuafa, Ciputat,Selaku sekretaris Jendral FOZ, Selasa 21052013 20 wawancara diperoleh di Kantor Dompet Dhuafa, selaku Ketua Bidang Advokasi dan Pengawasan FOZ, Selasa 21052013 Kalau saya pertama dengan UU ini saya berikan apresiasi, berarti pemerintah sudah ada kemajuan, pertama DPR mengesahkan UUPZ karena proses ini saja sudah cukup lama, karena sering kali diulur- ulur, ketika UUPZ ini mau ketuk palu, ganti pengurus 2009, diundur lagi. akhirnya 2011 disahkan. Kan artinya panjang prosesnya. 21 Kesimpulan yang dapat diambil dari respon afektif yang dirasakan oleh keempat pengurus FOZ di atas sangat beragam. Ada yang menerima saja, ada yang bentuk kepeduliannya dengan menggagalkannya, adapula yang kecewa, dan lain sebagainya. Namun jika dilihat dari segi positifnya, kepedulian mereka terhadap Pengelolaan zakat di Indonesia begitu besar.

C. Respon Psikomotorik Terhadap UU No.232011

Dengan adanya rangsangan respon kognitif dan afektif akan terjadi rangsangan psikomotirik dimana menurut Jalaludin Rakhmat, respon ini merupakan berupa tindakan, kegiatan atau kebiasaan yang terkait dengan perilaku nyata. Merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati; yang meliputi pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku. Dengan sahnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat pada tanggal 27 Oktober 2011 22 tenyata membawa masalah baru dalam dunia perzakatan di Indonesia, masalahnya adalah isi dari Undang- undang ini dikatakan ‘mengkhawatirkan’ beberapa pihak. Menurut Sri Adi Bramasetya Ketua FOZ 2012-2015 pasal-pasal tersebut adalah : 1 Pasal 15 tentang pembentukan BAZNAS di propinsi dan kabupatenkota yang cenderung tidak lagi mengakui kewenangan Gubernur dan BupatiWalikota. 21 wawancara diperoleh di kediaman Muhammad Zen, selaku penulis buku tentang zakat, Sabtu, 27042013 22 INFOZ edisi 15 November-Desember 2011 2 Pasal 18 tentang persyaratan pemberian izin bagi LAZ yang mempersyaratkan harus berasal dari organisasi kemasyarakat Islam. 3 Pasal 29 tentang mekanisme ‘koordinasi’ BAZNAS dan BAZNAS Provinsi, BAZNAS KabKota serta antara BAZNAS dan LAZ. 4 Pasal 38 dan pasal 41 tentang ancaman sanksi bagi masyarakat yang mengelola zakat tapi tidak memiliki izin dari pemerintah. Menurutnya, pasal-pasal tersebut jika penjelasan dan petunjuk pelaksanaannya tidak jelas, bisa berakibat menjadi kontra produktif dan mematikan sebagian potensi perkembangan zakat yang sudah baik selama ini. Pada Ketentuan Peralihan pasal 43 Undang-Undang zakat baru ini BAZNAS, BAZ Propinsi, dan BAZ KabKota yang sudah ada sebelum Undang-undang zakat ini tetap berlaku dan dinyatakan sebagai BAZNAS Pusat, BAZNAS Propinsi dan BAZNAS Kabupaten atau kota. LAZ yang telah dikukuhkan oleh Menteri sebelum undang-undang ini berlaku dinyatakan sebagai LAZ berdasarkan Undang-Undang ini. LAZ sebagaimana dimaksud pada ayat 3 wajib menyesuaikan diri paling lambat 5 lima tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan. 23 Dalam hal ini respon psikomotorik yang diberikan oleh Sabeth Abilawa adalah mengajukan Judicial Review. Dengan mengajak atau sosialisasikan kepada anggota FOZ lainnya juga kepada LAZ-LAZ, mengajak mereka untuk ikut menggugat. “Yang menggugat itu ada 19 orang, pemohon individu dan pemohon lembaga Dompet Dhuafa, Rumah Zakat, Lampung Peduli, Lembaga Manajemen Infaq. Kami tergabung dari koalisi masyarakat zakat. Kami menggugat ke MK, yang kedua kami mengadakan sosialisasi kepada anggota FOZ ke LAZ-LAZ, mengajak mereka untuk ikut menggugat. Ada yang tidak peduli di daerah-daerah, sebenarnya yang paling peduli mereka itu LAZ-LAZ provinsi karena tidak ada aturan di sana, mereka digantung nasibnya, yang paling banyak memberikan respon positif adalah LAZ Nasionalnya karena sudah merasa aman dengan adanya pasal LAZ yang sudah ada tinggal 23 http:www.forumzakat.netindex.php?act=paparanid=16