Organisasi Pengelolaan Zakat Respon Pengurus Forum Organisasi Zakat Terhadap Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan. 23 Sedangkan menurut Stoner; Organisasi adalah suatu pola hubungan- hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan manajer mengejar tujuan bersama. 24 Untuk menyederhanakan defenisi dari organisasi itu sendiri, terdapat beberapa karakteristik organisasi. Organisasi : 1 mempunyai tujuan tertentu dan merupakan kumpulan berbagai manusia; 2 mempunyai hubungan sekunder impersonal; 3 mempunyai tujuan yang khusus dan terbatas; 4 mempunyai kegiatan kerjasama pendukung; 5 terintegrasi dalam sistem sosial yang lebih luas; 6 menghasilkan barang dan jasa untuk lingkungannya; dan 7 sangat terpengaruh atas setiap perubahan lingkungan. 25 Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa organisasi adalah suatu wadah atau tempat berkumpulnya orang-orang untuk bekerja bersama- sama dan merealisasikan tujuannya.

2. Organisasi Pengelolaan Zakat

a. Persyaratan Lembaga Pengelola Zakat

Menurut Yusuf Qurdhawi dalam bukunya, fiqhu zakat, menyatakan bahwa seseorang yang ditunjuk sebagai amil atau pengelola zakat harus memiliki beberapa syarat sebagai berikut: 1 Beragama Islam. Karena zakat adalah salah satu rukun Islam, maka sudah saatnya apabila urusan penting kaum muslimin ini diurus oleh sesama muslim. 23 Stephen P. Robbins, Teori Organisasi: Struktur Desain, dan Aplikasi, alih bahasa, Jusuf Udaya Jakarta: Arcan,1994, h. 4. 24 http:akmal-aria.blogspot.com201211definisi-organisasi.html 25 Alo Liliweri, Sosiologi Organisasi, Bandung:PT. Citra Aditya Bakti, 1997, h. 24. 2 Mukallaf. Yaitu orang dewasa yang sehat akal pikirannya yang siap menerima tanggung jawab. 3 Memiliki sifat amanah atau jujur. Sifat ini sangat penting karena berkaitan dengan kepercayaan umat. Artinya para muzakki akan rela menyerahkan zakatnya melalui lembaga pengelola zakat jika lembaga ini memang patut dan layak dipercaya. Keamanahan ini diwujudkan dalam bentuk transparan keterbukaan dalam menyampaikan laporan pertanggung jawaban secara berkala dan juga ketepatan penyaluran sejalan dengan ketentuan syari’at Islamiyyah. 4 Mengerti dan memahami hukum-hukum zakat yang menyebabkan ia mampu melakukan sosialisasi segala sesuatu yang berkaitan dengan zakat kepada masyarakat. 5 Memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas dengan sebaik- baiknya. Amanah dan jujur merupakan syarat yang penting, akan tetapi harus ditunjang kemampuan dalam melaksanakan tugas. Perpaduan antara amanah dan kemampuan inilah yang akan menghasilkan kinerja yang optimal. 6 Kesungguhan amil zakat dalam melaksanakan tugasnya. 26 Di Indonesia, berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat lembaga zakat harus memiliki persyaratan teknis antara lain sebagai berikut: a. Terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan b. Islam yang mengelola bidang pendidikan,dakwah, dan sosial; c. Berbentuk lembaga berbadan hukum; d. Mendapat rekomendasi dari BAZNAS; e. Memiliki pengawas syariat; f. Organisasi; 26 Didin, Zakat dalam perekonomian Modern, Depok : Gema Insani, 2004 h. 171-173. g. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia organisasi melaksanakan kegiatannya; h. Bersifat nirlaba; i. Memiliki program untuk mendayagunakan zakat bagi kesejahteraan umat; dan bersedia diaudit syariah dan diaudit keuangan secara berkala. 27 Persyaratan tersebut tentu mengarah pada profesionalitas dan transparansi dari tiap lembaga pengelola zakat. Dengan demikian, diharapkan akan semakin bergairahnya muzzaki menyalurkan zakatnya melalui lembaga pengelola zakat.

b. Urgensi Lembaga Pengelolaan Zakat

Pelaksanaan zakat di dasarkan pada firman allah swt yang terdapat dalam surah at-Taubah: 60, يم غلا ق لا يف م ب لق فل لا يلع يلم علا يك س لا ءا قفلل قدصلا ميكح ميلع هللا هللا م ضي ف ليبسلا با هللا ليبس يف “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk memerdekakan budak, orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana .” Juga dalam firman Allah swt dalam surah at-taubah : 103 عي س هللا م ل كس كتاص م يلع لص ب م يكزت مه طت قدص م لا مأ م خ ميلع 27 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakatbagian keempat pasal 18. Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Pengelolaan zakat oleh lembaga pengelolaan zakat, apalagi yang memiliki kekuatan hukum formal akan memiliki beberapa keuntungan, antara lain: Pertama, untuk menjamin kepastian dan disiplin pembayar zakat. Kedua, untuk menjaga perasaan rendah diri para mustahik zakat apabila berhadapan langsung untuk menerima zakat dari para muzakki. Ketiga, untuk mencapai efisien dan efektivitas, serta sasaran yang tepat dalam penggunaan harta zakat menurut skala prioritas yang ada pada suatu tempat. Keempat, untuk memperlihatkan syiar Islam dalam semangat penyelenggaraan pemerintahan yang Islami. Sebaliknya, jika zakat diserahkan langsung dari muzakki kepada mustahik, meskipun secara hukum syariah adalah sah, akan tetapi disamping akan terabaikan hal-hal tersebut di atas, juga hikmah dan fungsi zakat, terutama yang berkaitan dengan kesejahteraan umat akan sulit diwujudkan. 28

c. Macam-macam Organisasi Pengelolaan Zakat

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat. Organisasi Pengelolaan Zakat di Indonesia terdiri dari 2 macam yaitu : 1 Badan Amil Zakat Badan Amil Zakat Nasional yang selanjutnya disebut BAZNAS adalah lembaga yang melakukan pengelolaan zakat secara nasional. Dalam upaya mencapai tujuan pengelolaan zakat, 28 Didin, Zakat dalam perekonomian Modern, Depok : Gema Insani, 2004 h.126 dibentuk Badan Amil Zakat Nasional BAZNAS yang berkedudukan di ibu kota Negara, BAZNAS provinsi, dan BAZNAS kabupatenkota. BAZNAS merupakan lembaga yang pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri. BAZNAS merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas pengelolaan zakat secara nasional. 2 Lembaga Amil Zakat Untuk membantu BAZNAS dalam pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat, masyarakat dapat membentuk Lembaga Amil Zakat LAZ. Pembentukan LAZ wajib mendapat izin Menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri. LAZ wajib melaporkan secara berkala kepada BAZNAS atas pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat yang telah diaudit syariah dan keuangan. Secara subtansial, pengertian tersebut dapat ditemukan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.Namun demikian kedua pengelola zakat itu memilki tugas dan fungsinya yang sama, yaitu mengumpulkan, mendistribusikan dan mendayagunakan harta zakat yang dikumpulkan oleh umat Islam.

d. Tujuan Organisasi Pengelolaan Zakat

Sedangkan dalam pengelolahan zakat, ada empat tujuan yang hendak dicapai, yaitu: 1 Memudahkan muzakki menunaikan zakat; 2 Menyalurkan zakat yang terhimpun kepada mustahik yang berhak menerima; 3 Mengelola zakat dengan memprofesionalkan organisasi zakat; 4 Terwujudnya kesejahteraan sosial. 29

e. Sistem pengelolaan

OPZ harus memiliki sistem pengelolaan yang baik. Unsur- unsur yang harus diperhatikan adalah : 1 Memiliki sistem, prosedur dan aturan yang jelas Sebagai sebuah lembaga, sudah seharusnya jika semua kebijakan dan ketentuan dibuat aturan mainnya secara jelas dan tertulis. Sehingga keberlangsungan lembaga tidak bergantung kepada figur seseorang, tetapi kepada sistem. Jika terjadi pergantian SDM sekalipun, aktivitas lembaga tidak terganggu karenanya. 2 Manajemen terbuka Karena OPZ tergolong lembaga publik, maka sudah selayaknya menerapkan manajemen yang terbuka. Maksudnya, ada hubungan timbal balik antara amil zakat selaku pengelola dengan masyarakat. Dengan ini maka akan terjadi sistem kontrol yang melibatkan unsur luar, yaitu masyarakat itu sendiri. 3 Mempunyai rencana kerja Rencana kerja disusun berdasarkan kondisi lapangan dan kemampuan sumber daya lembaga. Dengan dimilikinya rencana kerja, maka akivitas OPZ akan terarah. Bahkan dapat 29 Fahruddin, Fiqih Manajemen Zakat di Indonesia, Malang: UIN Press 2008, h. 296-303. dikatakan, dengan dimilikinya rencana kerja yang baik berarti 50 target tercapai. 4 Memiliki Komite Penyaluran Lending Committee Agar dana dapat tersalurkan kepada yang benar-benar berhak, maka harus ada suatu mekanisme sehingga tujuan tersebut dapat tercapai. Salah satunya adalah dibentuknya Komite Penyaluran. Tugas komite ini adalah melakukan penyeleksian terhadap setiap penyaluran dana yang akan dilakukan. Apakah dana benar-benar disalurkan kepada yang berhak, sesuai dengan ketentuan syariah, prioritas dan kebijakan lembaga. Prioritas penyaluran perlu dilakukan. Hal ini tentunya berdasarkan survei lapangan, baik dari sisi asnaf mustahik maupun bidang garapan ekonomi, pendidikan, dakwah, kesehatan, sosial dan lain sebagainya. Prioritas ini harus dilakukan karena adanya keterbatasan sumber daya dan dana dari lembaga. 5 Memiliki sistem akuntasi dan manajemen keuangan Sebagai sebuah lemabga publik yang mengelola dana masyarakat, OPZ harus memiliki sistem akuntansi dan manajemen keuangan yang baik. Manfaatnya antara lain: a Akuntabilitas dan transparasi lebih mudah dilakukan, karena bagai laporan keuangan dapat lebih mudah dibuat dengan akurat dan tepat waktu b Keamanan dana relatif lebih terjamin, karena terdapat sistem kontrol yang jelas. Semua transaksi relatif akan lebih mudah ditelusuri. c Efesiensi dan efektivitas relatif lebih mudah dilakukan. 6 Diaudit Sebagai bagian dari penerapan prinsip transparasi, diauditnya OPZ sudah menjadi keniscayaan, baik oleh auditor internal maupun eksternal. Auditor internal diwakili oleh komisi pengawasan atau internal auditor. Sedangkan auditor eksternal dapat diwakili oleh Kantor Publik atau lembaga audit independen lainnya. Ruang lingkup audit meliputi : a Aspek keuangan b Aspek kinerja lainnya efesiensi dan efektivitas c Pelaksanaan prinsip-prinsip syariah Islam d Penerapan peraturan perundang-undangan 7 Publikasi Semua yang telah dilakukan harus disampaikan kepada publik sebagai bagian dari pertanggungjawaban dan transparannya pengelola. Caranya dapat melalui media massa seperti surat kabar, majalah, buletin, radio, TV, dikirim langsung kepada para donatur, atau ditempel dipapan pengumuman yang ada di kantor OPZ yang bersangkutan. Hal- hal yang perlu dipublikasikan antara lain laporan keuangan, laporan kegiatan, nama-nama penerima bantuan dan lain sebagainya. 30 30 Fahruddin, Fiqih Manajemen Zakat di Indonesia, Malang: UIN Press 2008, h. 54- 57

C. Undang-Undang

1. Pengertian Undang-UndangPerundang-undangan atau disingkat UU adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat DPR dengan persetujuan bersama Presiden. Undang-undang memiliki kedudukan sebagai aturan main bagi rakyat untuk konsolidasi posisi politik dan hukum, untuk mengatur kehidupan bersama dalam rangka mewujudkan tujuan dalam bentuk Negara. Undang-undang dapat pula dikatakan sebagai kumpulan-kumpulan prinsip yang mengatur kekuasaan pemerintah, hak rakyat, dan hubungan di antara keduanya. 31 2. Sejarah Undang-undang bahasa Inggris: Legislation - dari bahasa Latin lex, legis yang berarti hukum berarti sumber hukum, semua dokumen yang dikeluarkan oleh otoritas yang lebih tinggi, yang dibuat dengan mengikuti prosedur tertulis. Konsep hukum yang didefinisikan oleh sebuah laporan dari kontrak dan Perjanjian yang hasil dari negosiasi antara sama dalam hal hukum, kedua dalam hubungan dengan sumber-sumber hukum lainnya: tradisi dan kebiasaan, kasus hukum, undang-undang dasar Konstitusi, Piagam Besar, dsb., dan peraturan-peraturan dan tindakan tertulis lainnya dari eksekutif, sementara undang-undang adalah karya legislatif, sering diwujudkan dalam parlemen yang mewakili rakyat. Kekuasaan legislatif biasanya dilaksanakan: dengan Kepala Negara hanya dalam rezim otoriter tertentu, kediktatoran atau kekuasaan mutlak;oleh Parlemen;dengan rakyat sendiri melalui referendum. 31 http:id.wikipedia.orgwikiUndang-undang 3. Tahap-tahap Pembentukan Undang-Undang