3.5.1 Produksi dan Tingkat Konsumsi BBM Dalam Negeri
Indonesia adalah pengekspor dan pengimpor, baik untuk minyak mentah crude oil maupun produk-produk minyak oil products, termasuk BBM.
Produksi minyak mentah Indonesia menunjukkan trend menurun setelah mencapai puncaknya pada tahun 1977, karena kegiatan ini masih mengandalkan
sumur-sumur tua yang telah merosot produktivitasnya tanpa tambahan lapangan baru maupun kegiatan EOR enhanced oil recovery yang berarti.
Lazimnya dulu, sekitar separuh dari produksi tersebut diekspor, namun angka ekspor sekarang sudah jauh menurun; selain karena kemampuan produksi
yang merosot, juga karena meningkatnya kebutuhan minyak mentah untuk diolah di dalam negeri. Ekspor minyak mentah seperti yang terbaca dalam statistik
ekspor minyak mentah dari Indonesia belakangan lebih banyak dilakukandimiliki oleh perusahaan pemegang kontrak production sharing, bukan pemerintah
Indonesia. Konsumsi BBM di Indonesia terus meningkat, sekitar 5 persen setahun
dalam dekade terakhir. Konsumsi BBM belakangan telah mencapai sekitar 1,3 juta barel per hari. Volume BBM yang dihasilkan kilang-kilang dalam negeri
belum mencukupi kebutuhan konsumsi BBM di dalam negeri tersebut. Sebagian BBM, khususnya solar dan minyak tanah, harus diimpor, dengan harga jauh lebih
mahal dibandingkan harga jual di dalam negeri, Selanjutnya BBM di Indonesia bersumber dari
1 hasil pengolahan di kilang-kilang minyak dalam negeri,dan 2 diimpor langsung dalam bentuk BBM http:www.esdm.go.id.diakses tanggal
21 November 2008.
Di Indonesia terdapat 8 kilang minyak Pangkalan Brandan, Dumai, Plaju, Balikpapan, Balongan 1 dan 2, Cepu, Kasim dengan kapasitas pengolahan 1,103
juta barel per hari. Seluruh kilang dioperasikan oleh Pertamina. Setiap kilang memiliki kelengkapan unit pengolahan yang berbeda dan membutuhkan masukan
minyak mentah crude oil yang spesifikasinya tidak sama. Sejak 1995 Balongan, kapasitas kilang minyak di Indonesia belum bertambah. Minyak
mentah yang diolah di kilang-kilang minyak Indonesia bersumber dari produksi lapangan-lapangan minyak di Indonesia serta minyak mentah yang diimpor.
Selain menghasilkan BBM, kilang menghasilkan produk lain seperti nafta dan aspal. Produksi minyak mentah di Indonesia dilakukan oleh Kontraktor
Production Sharing termasuk Pertamina dengan produsen terbesar Chevron
Pacific Indonesia.
Melalui skema “Perjanjian Bagi Hasil”, biaya-biaya yang dikeluarkan Kontraktor untuk menghasilkan minyak mentah akan diganti dalam
bentuk minyak mentah. Setelah dikurangi dengan volume yang equivalent dengan biaya yang
dibutuhkan untuk menghasilkan minyak mentah Cost Recovery, minyak mentah yang tersisa akan dibagi dua: sebagian untuk Pemerintah Indonesia 80-75 persen
dan sisanya untuk Kontraktor 20-25 persen. Ini penyederhanaan dari konsep “Perjanjian Bagi Hasil” yang rinciannya berbeda untuk setiap kontrak. Setelah
mencapai puncak pada tahun 1977, produksi minyak mentah di Indonesia cenderung menurun. Cost Recovery kini bisa bernilai 40-50 persen dari volume
minyak yang diproduksi.
Statistik “Eskpor Minyak Mentah Indonesia” adalah angka ekspor minyak mentah milik KPS Kontraktor Production Sharing, bukan milik Pemerintah
Indonesia. Sangat sedikit minyak mentah milik Pemerintah Indonesia sekarang yang diekspor oleh Mereka minyak mentah Pemerintah, serta yang dihasilkan
Pertamina digunakan untuk memasok kilang di dalam negeri. Impor minyak mentah untuk memasok kilang
–kilang di Indonesia dilakukan berdasarkan: 1.
Kontrak jangka pendek-menengah, misalnya dari Timur Tengah dan 2.
dibeli dari pasar spot. Impor BBM sebagian besar dilakukan di pasar spot produk minyak
Singapura. HOMC = High Octane Mogas Component dibutuhkan di kilang untuk meningkatkan nilai oktan dari premium motor gasoline yang diproduksi. Di
Indonesia, kita tidak tahu persis kebutuhan real demand BBM. Statistik yang tersedia adalah jumlah BBM yang dipasok supply oleh Pertamina. Termasuk
dalam statistik ini, tentu saja BBM yang dioplos, diselundupkan atau bahkan di- re-impor ke Indonesia.
Maka untuk konsumsi disesuaikandengan jumlah prodiksi yang dihasilkan begitu juga dengan impor dan ekspor minyak yang dilakukan oleh pemerintah
Indonesia, untuk melihat tingkat dari produksi, konsumsi, impor dan ekspor pemerintah Indonesia, bisa dilihat dari tabel berikut;
Tabel 3.5 Produksi, Konsumsi, Ekspor dan Impor Minyak Bumi PerTahun Barel
Sumber : http:www.kadin.or.id diakses tanggal 18 April 2009 Dari tabel tersebut menunjukan bahwa sekitar 9-10 tahun terakhir produksi
minyak Indonesia mengalami penurunan drastis, walaupun konsumsinya juga menurun tetapi penurunan konsumsi tidak terlalu menurun drastis bila
dibandingkan dengan penurunan produksinya, ini juga diikuti dengan penurunan ekspor minyak Indonesia yang mengalami resesi yang besar bila dibandingkan
antara tahun 2000 dan tahun 2007. Untuk menutupi kebutuhan minyak dalam negeri Indonesia mengimpor minyak dari luar negeri, kita bisa lihat kenaikan
impor minyak dari tabel diatas dari tahun 2000 hingga tahun 2004 dan hanya menurun sedikit hingga tahun 2007, bisa dilihat dari tabel berikut:
Tabel 3.6 Konsumsi BBM Menurut Jenisnya
Sumber : http:www.kadin.or.id. diakses tanggal 18 April 2009 Konsumsi produk Solar, Premium dan Minyak tanah masih menjadi
konsumsi utama bagi masyarakat Indonesia dan mengalami peningkatan tiap tahunnya, walaupun harganya yang relatif naik, tetapi tidak menghalangi
masyarakan untuk menjadikannya sebagai konsumsi umum bagi kehidupan, walaupun kenaikan harga BBM juga menjadikan masyarakat mengalami
kekurangan dana dan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan lainnya, dapat dilihat pada tahun 2007 walaupun harga naik masih ada yang mengkonsumsi
dengan melihat
adanya penurunan
tingkat konsumsi.
http:www.depkeu.go.idindDataBerita070906.htm. diakses
tanggal 27
November 2008.
3.5.2 Jenis-Jenis BBM di Indonesia