yang dikerjakan oleh para perencana dan para teknisi dalam hal ini seperti DPR.
d. Golongan Reformis Pembaharu. Seperti halnya golongan inkrementalis,
golongan aktor reformis pada dasarnya juga mengakui akan terbatasnya informasi dan pengetahuan yang dibutuhkan dalam proses kebijakan, sekalipun berbeda
dalam cara menarik kesimpulan. Golongan inkrementalis berpendirian bahwa keterbatasan informasi dan pengetahuan itulah yang mendikte gerak dan langkah
dalam proses pembuatan kebijakan dalam hal ini antara pemerintah, DPR dan instansi yang terkait dalam kebijakan tertentu. Wahab, 1997:29-32.
2.6.3 Proses Pengambilan Kebijakan
Dalam mengeluarkan kebijakan pemerintah ada proses-proses yang harus dilakukan secara sistematis dan struktural dengan melibatkan instansi-instansi
yang sesuai dengan kebijakan yang akan dikeluarkan Empat langkah studi analisis formulasi kebijakan yang tertulis sebelumnya, merupakan bagian dari
siklus proses pembuatan kebijakan publik. Penyusunan kebijakan adalah proses berkelanjutan, sebagai sebuah struktur lingkaran. Berbagai model dengan variasi
langkah langkah akan disajikan disini. Di dalam bukunya Waltz yang berjudul health policy
– An Introduction to process and power
menyajikan empat tahap proses kebijakan: 1. Identifikasi masalah dan pengenalan issu
2. Formulasi kebijakan 3. Implementasi kebijakan
4. Evaluasi kebijakan Evaluasi kebijakan dibandingkan dengan perkembangan status kesehatan
yang menjadi tujuan pemerintah sekarang. Policy preparation lebih ditekankan pada keseluruhan kebijakan yang akan datang dan formulasi usulan alternatif
setiap 3-4 tahun. Policy development meliputi elaborasi usulan yang terpilih dengan mempertimbangkan biaya, dan kejadian setiap tahun , dalam beberapa
kasus setia 3-4 tahun. Implementasi kebijakan meliputi legislasi dan regulasi secara langsung terhadap hal yang sudah di programkan. Kontribusi epidemiologi
terutama pada step 1 dan step 2 dari siklus, dalam bentuk laporan status kesehatan masyarakat dan prediksinya.
Secara umum proses kebijakan bisa di lihat dari Gambar di bawah ini Gambar 2.1 Proses Kebijakan Secara Umum
Dalam proses ini input merupakan alasan dari pengeluaran kebijakan, yang bisa berupa masalah, rencana, ancaman dan lainnya, lalu input tersebut di proses
oleh pemerintah presiden dan instansi-instansi yang terkait dan mempunyai tujuan tertentu untuk pengeluaran kebijakan tersebut. Hingga akhirnya proses
tersebut menghasilkan output yang berupa kebijakan yang akan dikeluarkan denganmelibatkan persetujuan dari DPR Waltz, 1994 : 12. Proses yang
dilakukan bisa memakai bentuk yang berbeda baik seperti yang dibuat Lester and Steward atau atau proses yang diungkapkan oleh Waltz, tergantung dari tujuan
yang akan dicapai, semuanya untuk mendapatkan output yang berupa kebijakan yang akan dikeluarkan oleh suatu instansi atau pemerintah Waltz, 1994 : 12
Input Proses
Output
2.7 Mekanisme Pengambilan Kebijakan di Indonesia