Sumber daya manusia Input Sistem Pemeliharaan

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Input Sistem Pemeliharaan

Hasil penelitian dari lembar kuesioner yang merupakan komponen input, meliputi sumber daya manusia, dana, sarana, dan pedoman.

5.1.1. Sumber daya manusia

Dari hasil penelitian, rumah sakit responden yang mempunyai teknisi pemelihara alat kesehatan sebanyak 4 rumah sakit atau 13,3. Rumah sakit kelas A milik Departemen Kesehatan memiliki jumlah teknisi yang paling banyak yaitu sebanyak 12 orang, 11 orang berlatar pendidikan Akademi Teknik Elektromedik ATEM, 1 orang berlatar pendidikan STM berpengalaman 20 tahun menangani peralatan laboratorium. Rumah sakit lain yang mempunyai tenaga teknisi ATEM merupakan rumah sakit kelas A milik swasta mempunyai 1 orang teknisi, dan dua rumah sakit kelas B masing-masing milik BUMN mempunyai 1 orang teknisi, dan milik suatu yayasan memiliki 2 orang teknisi. Jumlah rumah sakit yang belum mempunyai teknisi pemelihara alat kesehatan sebanyak 26 rumah sakit atau 86,7, terdiri dari 2 kelompok, kelompok pertama adalah rumah sakit yang mempunyai teknisi dengan latar belakang pendidikan STM sebanyak 11 rumah sakit atau 36,7, dan kelompok kedua adalah rumah sakit yang tidak memiliki teknisi sebanyak 15 rumah sakit atau 50. Siti Rahmah: Analisis Sistem Pemeliharaan Peralatan Kesehatan Di Rumah Sakit Kota Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 Rumah sakit kelompok pertama pada umumnya adalah rumah sakit kelas C, yang mana tenaga teknisinya mempunyai tugas untuk menangani instalasi sarana dan prasarana rumah sakit IPSRS yaitu instalasi bangunan, air, listrik, gas tidak untuk menangani pemeliharaan peralatan kesehatan. Rumah sakit kelompok kedua adalah rumah sakit yang tidak mempunyai teknisi sebanyak 15 rumah sakit atau 50, pada umumya rumah sakit kelas D dan belum lama beroperasi. Menurut World Health Organization 1994, pemeliharaan peralatan tersebut dapat dilaksanakan oleh petugas operator alat, tenaga pemeliharaan sarana rumah sakit, oleh teknisi yang mempunyai pengetahuan khusus tentang peralatan yang bersangkutan atau oleh tenaga ahli yang mempunyai pengetahuan khusus. Pernyataan WHO tersebut diatas menunjukkan pentingnya pemeliharaan peralatan kesehatan, pemeliharaan yang dimaksud WHO adalah pemeliharaan preventif sebatas pemeliharaan berkala, yaitu pemeliharaan rutin yang harus dilakukan pada saat-saat tertentu, tidak termasuk pelaksanaan pengujian dan kalibrasi. Pelaksanaan pemeliharaan oleh petugas operator yang dimaksud WHO adalah melaksanakan pengoperasian alat sesuai dengan protap, dimulai dari persiapan sampai dengan pengemasan dan penyimpanan alat hal ini dapat dilihat pada contoh protap pengoperasian alat ECG yang terdapat pada Lampiran 11. Sedangkan tindakan pemeliharaan yang dilakukan oleh teknisi yang mempunyai pengetahuan khusus tentang peralatan kesehatan, adalah tindakan pemeliharaan yang sesuai protap pemeliharaan alat, yang dimulai dari persiapan alat sampai dengan pelaporan kecuali Siti Rahmah: Analisis Sistem Pemeliharaan Peralatan Kesehatan Di Rumah Sakit Kota Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 pelaksanaan pengujian dan kalibrasi pelaksanaan point 3.6 sampai dengan 3.9 sebagaimana terdapat pada Lampiran 12, tentang protap pemeliharaan alat ECG. Hasil penelitian Solehudin 1999, yang berjudul ”Pengembangan rancangan sistem pemeliharaan alat-alat medis di rumah sakit Tanggerang”, menyebutkan bahwa peralatan medis yang pemeliharaannya cukup dilakukan oleh operator adalah peralatan medis yang terbuat dari bahan logam, karet dan bahan lainnya, yang tidak mengandung unsur listrik, mekanik dan elektronik elektromedik yang tidak memerlukan penyetelan, penggantian komponen komponen elektronik dan kalibrasi dalam pemeliharaannya. Peralatan medis yang pemeliharaannya dilakukan oleh tenaga IPSRS adalah peralatan yang didalamnya mengandung unsur listrik dan mekanik dan tidak mengandung unsur elektronik elektromedik, memerlukan tindakan penyetelan atau penggantian beberapa bagiankomponen dalam pemeliharaannya tetapi tidak memerlukan tindakan kalibrasi. Teknisi Instalasi Prasarana Rumah Sakit IPSRS, dapat melakukan pemeliharaan alat kesehatan dimaksud, dengan anjuran agar teknisi IPSRS tersebut terlebih dahulu mendapat pelatihan tentang pemeliharan peralatan kesehatan dimaksud, atau dengan mengikuti pelatihanmagang di rumah sakit terdekat seperti RSUP.H. Adam Malik sebagai rumah sakit umum pusat dan pendidikan di propinsi Sumatera Utara, sehingga teknisi IPSRS tersebut dapat diandalkan minimal melaksanakan pemeliharaan preventif alat sederhana. Menurut standar kebutuhan tenaga minimal teknisi elektromedik ATEM untuk rumah sakit pemerintah kelas A adalah 12 orang, kelas B, 8 orang, kelas C, 2 Siti Rahmah: Analisis Sistem Pemeliharaan Peralatan Kesehatan Di Rumah Sakit Kota Medan, 2008. USU e-Repository © 2008 untuk rumah sakit pemerintah kelas A adalah 12, kelas B, 8 orang, kelas C, 2orang dan kelas D, 1 orang Depkes, 2003. Standar kebutuhan tenaga minimal tersebut ditujukan untuk rumah sakit pemerintah, tetapi seyogyanya rumah sakit swasta atau rumah sakit lain khususnya rumah sakit yang sudah memiliki jumlah peralatan yang banyak dan memiliki peralatan kesehatan yang canggih, sudah saatnya memiliki teknisi khusus peralatan kesehatan teknisi elektromedik.

5.1.2. Dana Biaya