48 sesuai dengan yang terjadi selama pelatihan, dimana
setelah diadakan pelatihan dapat dilihat bahwa kompetensi ICT guru meningkat. Pelatihan yang
diselenggarakan
di sekolah
dapat mengatasi
keterbatasan waktu dan meminimalisir biaya. Modul yang disusun dapat digunakan sebagai media belajar
mandiri, sehingga memudahkan peserta untuk terus berlatih meskipun pelatihan sudah usai.
1.2 Hasil Pengembangan
Berdasarkan desain
penelitian dan
pengembangan yang dikembangkan oleh Borg and Gall 2003 seperti dikutip oleh Sugiyono 2016, p: 37
meliputi Penelitian dan pengumpulan informasi, Perencanaan, Desain produk awal, Validasi desain uji
pakar, Revisi Produk, Uji Coba Terbatas, dan yang terakhir yakni Revisi Produk. Tahapan pengembangan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.2.1 Penelitian dan Pengumpulan informasi
Menurut hasil wawancara, observasi di ruang kelas, penyebaran angket, serta studi dokumentasi
terhadap semua subyek, diperoleh banyak sekali data yang akan dianalis menggunakan diagram
tulang ikan fish bone. Temuan di lapangan menunjukkan bahwa pada tahun ajaran 20162017
di SD Negeri Kroyo 1 sudah menerapkan kurikulum
49 2013, sesuai edaran dari Kepala Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan kabupaten Sragen. Berdasarkan wawancara dengan guru-guru, diketahui bahwa
banyak yang masih menggunakan metode mengajar secara konvensional, sedangkan banyak sekali
materi yang tidak terdapat di bahan ajar tetapi harus diajarkan kepada murid. Hal ini
menyebabkan terlewatnya materi yang seharusnya diajarkan, akan tetapi mereka memilih mengajarkan
hal-hal yang hanya ada di bahan ajar karena merasa kesulitan dalam mencari sumber.
Ketidaktahuan mereka dalam menggunakan teknologi membuat mereka merasa mengalami
kemunduran dalam hal pengajaran. Hal lain yang menjadi penyebab enggannya guru memanfaatkan
multimedia yang ada adalah ketidakmampuan mereka untuk mengoperasikan alat-alat tersebut.
Hal dikarenakan banyaknya guru yang belum pernah mendapatkan pelatihan serupa, serta tidak
adanya modul yang dapat digunakan untuk belajar secara mandiri. Beberapa guru mengaku pernah
mencoba
untuk mengoperasikan
multimedia tersebut, akan tetapi mereka kesulitan untuk
mengingat langkah-langkah yang telah diajarkan oleh sesama guru di SD Negeri Kroyo 1, karena hal
itu dilakukan secara lisan dan dalam waktu yang
50 terbatas. Hal itu dilakukan untuk mendukung
penerapan kurikulum 2013 di SD Negeri Kroyo 1.
Ada beberapa multimedia yang sesungguhnya dapat dimanfaatkan oleh guru dalam proses belajar
mengajar, akan tetapi banyak dari mereka yang enggan untuk memanfaatkan dengan alasan
memakan banyak waktu dalam mempersiapkannya. Banyak dari mereka yang merasa metode
konvensional kurang optimal dalam proses belajar mengajar. Respon yang diberikan siswa cenderung
pasif, maka dari itu proses belajar mengajar berpusat pada guru.
Pada beberapa
guru yang
pernah menggunakan multimedia dalam proses belajar
mengajar, mereka mengamati bahwa siswa cenderung lebih aktif dan meminta untuk lebih
sering menggunakan multimedia di dalam kelas. Akan tetapi, dengan alasan banyak kewajiban yang
harus dikerjakan, mereka hanya beberapa kali menggunakan
multimedia sebagai
media pembelajaran. Multimedia di SD Negeri Kroyo 1
justru lebih banyak digunakan untuk mengerjakan administrasi kependidikan, yang lebih banyak
dikelola oleh satu orang staff administrasi.
Adanya jaringan internet di SD Negeri Kroyo 1 juga belum dimanfaatkan secara optimal untuk
kepentingan proses belajar mengajar. Beberapa
51 guru memanfaatkan jaringan internet untuk
membuka social media dengan menggunakan telepon seluler mereka, akan tetapi tidak
memanfaatkan untuk mencari materi pendukung proses belajar mengajar. Beberapa komputer yang
ada terlihat kurang terawat, karena banyak komputer yang terserang virus. Hal ini hanya
dibiarkan begitu saja karena minimnya pengelola yang dapat menyelesaikan masalah tersebut. Selain
itu, minimnya dana operasional multimedia menjadikan alasan untuk merawat seadanya.
Dari observasi yang telah dilakukan penulis di dalam ruang kelas, terlihat beberapa media
pembelajaran yang ditempel di dinding seperti: perkalian,
pembagian, pertambahan,
dan pengurangan; empat sehat lima sempurna; model
huruf abjad dan angka; model tulang kerangka; peta Negara Indonesia; serta jenis tarian daerah. Proses
belajar mengajar di dalam kelas juga terkesan monoton, karena beberapa siswa di kelas satu dan
dua terlihat bermain-main ketika guru mengajar di depan kelas. Pada observasi di kelas tiga, lima, dan
enam, penulis mengamati para guru lebih banyak menggunakan metode konvensional.
Siswa yang duduk di barisan depan terlihat memperhatikan, tetapi siswa yang duduk di bangku
belakang cenderung berbicara dengan temannya,
52 bahkan dari mereka ada yang bermain-main.
Perbedaan respon siswa terlihat pada proses belajar mengajar
di kelas
empat, dimana
guru menggunakan film pendek yang disajikan dengan
menggunakan laptop dan LCD Proyektor. Hampir semua siswa memperhatikan film tersebut dengan
antusias yang tinggi.
Dari semua data yang ada, penulis akan melakukan analisis masalah untuk mencari apa
saja yang dibutuhkan kalangan guru SD Negeri Kroyo 1 dengan menggunakan diagram Fish Bone
Tulang ikan seperti berikut ini:
1.2.2 Perencanaan