Jenis dan Sumber Data
Menurut Bryman
83
ada tiga prosedur yang dapat dilakukan dalam triangulasi. Pertama, metode kualitatif sebagai fasilitator metode kuantitatif.
Kedua, metode kuantitatif sebagai fasilitator kualitatif dan ketiga, kedua metode diberi tekanan yang sama. Maksudnya apabila dalam satu kegiatan penelitian yang
menggunakan meta-metode, peneliti dapat menekankan pada salah satu metode atau kedua-duanya secara berimbang. Apabila peneliti menekankan penelitian
pada metode kuantitatif, ia dapat menggunakan metode kualitatif sebagai fasilitatornya untuk membantu melancarkan semua kegiatan penelitian kuantitatif.
Apabila ia menekankan kegiatan penelitian pada metode kualitatif, ia dapat menggunakan metode kuantiatif sebagai fasilitatornya.
84
Dalam hal ini peneliti akan menggunakan metode kuantitatif sebagai fasilitator metode kualitiatif.
Dengan kata lain, metode kualitatif akan mendominasi penelitian ini sedangkan metode kuantitatif selain sebagai penyumbang data awal juga untuk menjawab
beberapa pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh metode kualitatif. Penelitian ini berusaha mengungkap bagaimana Jawa Pos Radar Semarang
dan Suara Merdeka mengkonstruksikan masing-masing pasangan calon dalam pilgub Jateng 2008. Diawali dengan penelitian kuantitatif dengan teknik analisis
isi untuk mendapatkan gambaran awal posisi media terhadap masing-masing pasangan calon dan kecenderungannya dalam waktu tertentu. Analisis isi menurut
definisi klasik Berelson 1952 adalah teknik penelitian untuk menggambarkan isi
83 Bryman dalam Bungin, Burhan, Penelitian Kualitatif, Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007, hal. 250.
84 Ibid.
44
komunikasi yang nyata secara objektif, sistematik dan kuantitatif.
85
Dari teknik ini akan diketahui kecenderungan masing-masing media dalam kurun waktu tertentu
terhadap masing-masing pasangan calon. Singkatnya, dalam tahap ini akan dibedah muatan-muatan dari teks yang bersifat nyata manifest.
Selanjutnya, untuk mempertajam data awal, membongkar bagaimana cara- cara media mengkonstruksikan masing-masing pasangan calon, termasuk seperti
apa politik redaksional yang diterapkan, peneliti menggunakan metode kualitatif. Yakni teknik analisis framing dan wawancara mendalam in-depth interview.
Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk
menggiring interprestasi khalayak sesuai perspektifnya.
86
Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana
realitas peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja dibingkai oleh media. Pembingkaian tersebut tentu saja melalui proses konstruksi. Di sini realitas sosial
dimaknai dan dikonstruksi dengan makna tertentu.
87
Penelitian ini menggunakan paradigma konstruksionis. Paradigma ini dicetuskan oleh Peter L. Berger. Tesis utama dari Berger adalah manusia dan
masyarakat adalah produk yang dialektis, dinamis, dan plural secara terus- menerus. Masyarakat tidak lain adalah produk manusia, namun secara terus
menerus mempunyai aksi kembali terhadap penghasilnya. Sebaliknya, manusia
85 Blake, Reed H, dan Edwin O. Haroldsen, op.cit, hal. 169. 86 Sobur, Alex, op.cit, hal. 162.
87 Eriyanto, op.cit, hal. 3.
45
adalah hasil atau produk dari masyarakat.
88
Menurut pandangan ini berita bukanlah representasi dari realitas. Berita yang kita baca pada dasarnya adalah hasil dari konstruksi kerja jurnalistik, bukan
kaidah baku jurnalistik. Semua proses konstruksi mulai dari pemilihan fakta, sumber, pemakaian kata, gambar, sampai penyuntingan memberi andil
bagaimana realitas tersebut hadir di hadapan khalayak.
89
Media bukanlah saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan
pandangan, bias, dan pemihakannya. Di sini media dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas.
90