Meminimalisasi Bias Berita PEMBAHASAN

Peristiwa bukan merefleksikan realitas. Namun, sebagai sebuah produk dalam hal ini produk media cetak, berita seharusnya tetap disajikan dengan menggunakan standar baku penulisan berita. Berikut adalah skema yang bisa menjelaskan bagaimana sebuah berita seharusnya diterbitkan dengan standar tertentu. Skema VI.3 Meminimalisasi bias berita 263 Wartawan Konstruksi K o n s t r u k s i Pimred Redaktur Berita - 5W+1H -Cover both side -Data pendukung Bias berita adalah sebuah kenyataan yang sulit dihilangkan. Satu-satunya cara adalah meminimalisasi bias agar media bisa menjalankan fungsi politik 133 dengan baik adalah menerapkan standar baku penulisan berita seperti yang terlihat dalam skema diatas. Pertama, isi berita seharusnya berisi elemen 5W + 1 H, yakni what, who, where, when, why, dan how. Elemen ini merupakan syarat mutlak yang harus ada dalam bangunan berita. Kedua, berita mampu menampung dua hal yang pro dan kontra atau pihak yang berseberangan. Konsep ini sering disebut dengan cover both side. Prinsip cover both side ini harus bisa dipenuhi agar pembaca memperoleh gambaran yang utuh tentang permasalahan yang sedang dibicarakan dalam berita. Dalam strategi framing, wartawan memilih fakta mana yang harus didahulukan untuk ditulis sesuai dengan bingkai yang ingin dibentuk. Strategi ini wajar karena mustahil beberapa fakta ditulis secara bersamaan. Namun setidaknya, berita harus menampung fakta-fakta yang saling bertolak belakang. Ketiga, berita harus ditulis dengan data. Standar ini penting agar informasi yang dimuat dalam berita tidak hanya bersifat opini penulis. Opini adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari proses konstruksi realitas, namun data pendukung membuat berita yang dimuat lebih bisa dipertanggungjawabkan. 133Menurut Graeme, fungsi politik media adalah media menghasilkan bukti evidence dari pelbagai aktivitas, isu, dan peristiwa politik. Bukti tersebut memungkinkan kita untuk memahami beroperasinya politik dalam masyarakat kita dan untuk bekerja secara lebih konstruktif dalam proses politik. Bukti juga memberikan kita ilusi dalam bentuk berpartisipasi dalam proses politik, tetapi sebenarnya mendukung otoritas orang-orang terus mengatur hidup kita tanpa dipertanyakan. Ketiga, media mampu memobilisasi opini publik. Dengan cara ini, media juga mampu membentuk pelbagai opini tentang pelbagai peristiwa dan isu politik. Lebih jelas lihat, Graeme, Burton, op.cit, hal.89. 264

BAB VII PENUTUP

7.1 Simpulan: Jawaban Atas Tujuan Penelitian

Dalam pandangan paradigma konstruksionis media bukanlah sekedar saluran bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihakannya. 134 Akibatnya, tidak mungkin sebuah media berada pada posisi netral karena berita adalah hasil konstruksi bukan refleksi dari realitas. Oleh karena itu, peneliti tidak bisa menyebut apakah harian Jawa Pos Radar Semarang dan Suara Merdeka cenderung netral dalam peliputan tentang pasangan calon khususnya selama proses pilgub Jateng berlangsung. Peneliti akan menyebut dengan apakah harian ini cukup favorable 135 atau sebaliknya unfavorable terhadap pasangan calon. Secara umum masing-masing media yakni harian Jawa Pos Radar Semarang dan Suara Merdeka mempunyai cara yang berbeda dalam mengkonstruksikan pasangan calon dalam pilgub Jateng 2008 ini. Proses konstruksi pasangan calon oleh harian Jawa Pos Radar Semarang sangat dipengaruhi oleh faktor politik redaksional dan posisi media itu sendiri dalam konteks persaingan dengan media lain yang lebih dulu ada. Politik redaksional khususnya terkait cover area membuat harian ini berusaha menjadi 134Eriyanto, op.cit, hal. 23. 135Favorable merujuk pada gambaran yang positif, baik dan menguntungkan. Sebaliknya unfavorable digunakan untuk menyebut gambaran media yang tidak menguntungkan dan negatif terhadap pasangan calon. 265 representasi kondisi kota Semarang. Hal itu pula yang terlihat dalam pemberitaan mengenai pasangan calon. Isu-isu yang diangkat bersifat lokal agar lebih dekat dengan pembacanya. Sebagai media yang hadir belakangan 136 harian ini dituntut untuk menyajikan berita yang lebih fresh dengan bahasa yang lugas dan berani. Hal tersebut digunakan sebagai strategi positioning Jawa Pos Radar Semarang. Lingkup liputan yang lebih sempit dari pada koran nasional seperti Suara Merdeka, membuat liputan yang lebih mendalam sangat mungkin dilakukan. Kendati dalam perjalanannya ada beberapa berita yang hanya mengandalkan narasumber rutin. Harian ini juga berusaha terlibat terhadap isu-isu reformasi terkini. Misalnya tentang pemberantasan korupsi, netralitas organisasi massa berbasis agama seperti NU dan Muhammadiyah dalam pilkada, juga reformasi birokrasi. Melalui isu-isu tersebut, mereka bisa memberikan bingkai positif atau negatif terhadap pasangan calon. Misalnya, terhadap Sukawi yang menjadi tersangka kasus dugaan korupsi. Hal tersebut diimplementasikan dengan cukup intens melakukan blow up berita-berita konflik dengan mekanisme depth news pengembangan berita. 137 136Radar Semarang resmi berdiri pada 1 April 2000 sedangkan Suara Merdeka berdiri sejak 11 Februari 1950. Fakta ini diungkap bukan bertujuan untuk membandingkan kedua media tersebut namun untuk memperlihatkan media mana yang lebih lama beroperasi di kota Semarang, khususnya. Lebih lengkap lihat Bab IV. 137Depth news mengacu pada cara penyajian berita yang berkelanjutan. Banyak pihak mengatakan mirip dengan investigative news namun ada beberapa hal yang berbeda. Depth news pada dasarnya berbentuk straight news namun karena isu kasus yang diliput berkelanjutan dari hari demi hari maka surat kabar mengikuti dan melaporkan perkembangan kasus setiap edisinya. Bahkan jika isu tersebut dianggap penting, maka saat kasus ini sedang tidak ada perkembangan yang signifikan, wartawan masih tetap mengulas dengan menuliskan analisa dan pandangan dari berbagai pihak baik yang pro maupun kontra. 266