Suara Merdeka Kesimpulan Penelitian .1 Jawa Pos Radar Semarang
Merdeka Zaini Bisri
4
mengatakan bahwa prinsipnya Suara Merdeka tetap memegang prinsip peliputan yang netral, berimbang dan independen, termasuk
kepada Bambang Sadono. “Kemudian dia pemasang iklan terbanyak di Suara Merdeka, ini harus dibedakan antara sikap dan prinsip liputan redaksi Suara
Merdeka. Pemasangan iklan punya aturan sendiri tidak bisa dikaitkan langsung dengan pandangan politik Suara Merdeka. Siapapun mereka, sikap kami sama
terhadap semua pasangan calon,” papar Zaini. Zaini tidak memungkiri bahwa tingginya frekuensi iklan pasangan
Bambang-Adnan membuat Suara Merdeka banyak mendapat reaksi dari khalayak. Kerap masyarakat salah membaca iklan sebagai kebijakan redaksi harian ini.
Padahal sesungguhnya tidak ada pengaruhnya terhadap politik redaksional Suara Merdeka. “Iklan Bambang sama sekali tidak ada pengaruhnya terhadap kinerja
media, pengaruhnya hanya pada anggapan publik bahwa yang dibela Suara Merdeka adalah Bambang-Adnan. Padahal saat iklan itu dimuat, toh publik juga
tidak tahu apakah iklan tersebut sudah dibayar atau belum,” jelasnya. Pasangan Agus Soeyitno-Kholiq Arif adalah pasangan yang paling sedikit
muncul dalam item judul berita. Judul adalah alat identifikasi pembaca terhadap isi berita. Item yang kerap disebut sebagai headline ini berfungsi untuk menarik
perhatian pembaca sehingga biasanya dibuat seinformatif mungkin. Fakta bahwa pasangan Agus-Kholiq paling sedikit muncul di item berita menunjukkan bahwa
mereka bukan pasangan yang menarik sehingga jarang digunakan sebagai alat
4 Dalam sebuah sesi wawancara dengan peneliti pada 21 Juli 2008 di Gedung Pers Semarang.
Selanjutnya komentar dan kutipan Zaini Bisri yang ada di halaman-halaman berikutnya juga merupakan hasil wawancara tersebut.
242
untuk mempengaruhi pembaca. Prosentase pasangan ini sebagai narasumber lebih sedikit daripada tim suksesnya. Artinya tim sukses mereka justru lebih sering
menjadi narasumber Suara Merdeka daripada mereka sendiri. Saat masuk ke dalam fase analisis framing, ada beberapa hal menarik dari
berita-berita tentang pasangan Agus-Kholiq. Sebagai koran nasional yang ada di daerah, Suara Merdeka banyak memakai narasumber yang berkapasitas sebagai
tokoh nasional. Jika dihubungkan dengan pasangan ini, maka narasumber tersebut adalah Ketua Dewan Syura DPP PKB Abdurrahman Wahid, Sekjen PKB Yenny
Wahid dan Ketua Umum DPP PKB Ali Masykur Musa. Suara Merdeka melihat bahwa pada awalnya, pasangan ini didukung penuh oleh PKB khususnya Gus
Dur, namun dalam perjalanannya, PKB sebagai mesin politik tidak bekerja secara maksimal. Hal itu diperlihatkan dengan membandingkan kinerja Gus Dur dengan
Ketua Umum PAN Soetrisno Bachir dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dalam berita “Gus Dur Tak Antusias, SB Siap Keliling Jateng”
serta “Mega: Jangan Ragukan Bibit-Rustri, Gus Dur Optimistis Agus-Kholiq
Menang”.
Awalnya, Gus Dur dipandang sebagai pengurus partai sekaligus mantan ketua PBNU yang merestui pasangan ini dan all out mendukung mereka seperti
yang tertulis dalam berita “Tampil Sederhana dan Tak Mencari “ijol”, Gus Dur All-Out Dukung Agus-Kholiq”, dan “Gus Dur Puas Agus-Kholiq”. Tetapi
menjelang pemilihan, Gus Dur tidak lagi antusias. Melalui berita-berita dan statemen Gus Dur tersebut, pasangan Agus-Kholiq oleh Suara Merdeka
243
dikonstruksikan sebagai pasangan yang tidak mempunyai mesin politik yang solid, dana kampanye yang kecil, sebelum ditetapkan sebagai pasangan prosesnya
penuh rumor dan spekulasi. Mereka juga pasangan yang tidak populer dan bukan pasangan yang diperhitungkan meraup banyak suara.
Berbeda dengan pasangan Agus-Kholiq, berita pasangan Sukawi Sutarip- Sudharto paling sering dimuat sebagai berita utama. Frekuensi kemunculan di
item judul juga cukup tinggi, hanya berbeda 0,36 dengan pasangan Bibit Waluyo-Rustriningsih sebagai pasangan yang paling sering berada di item judul.
Mereka juga menjadi narasumber yang sering ditulis komentarnya setelah Bambang Sadono-M. Adnan. Dalam kaitannya dengan banyaknya kasus yang
menimpa pasangan ini, Suara Merdeka lebih menekankan pada kesalahan Partai Demokrat dan PKS yang tidak jeli dalam memilih pasangan calon, terutama
Sukawi Sutarip. Untuk mengemukakan pandangan tersebut, harian ini memakai komentar dari pengamat politik. Dalam kasus kampanye hitam, harian ini juga
menonjolkan sosok partai pengusung khususnya PKS, bukan Sukawi sebagai cagub. Sehingga secara umum Suara Merdeka mengonstruksikan pasangan
Sukawi-Sudharto dengan melibatkan partai pengusung terutama PKS. PKS sebagai partai tidak jeli dalam memilih calon dan tidak akan bisa menyamai
prestasi seperti dalam pilgub di Jabar dan Sumut. Pasangan Bibit Waluyo-Rustriningsih adalah satu-satunya pasangan yang
beritanya pernah dimuat dalam halaman 1 nasional. Hal ini tidak terlepas dari keberadaan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang kerap
244
membicarakan target kemenangan di pilgub Jateng dalam even nasional seperti Rapimnas yang digelar di Solo. Jateng sebagai basis PDIP di Indonesia
merupakan pertaruhan partai untuk mempertahankan dominasinya di Indonesia menjelang pemilu 2009. Pasangan ini juga paling sering disebut dalam item judul.
Prosentasenya terpaut 0,36 dengan pasangan Sukawi-Sudharto dan selisih 0,48 dari pasangan Bambang-M. Adnan.
Hal yang paling menonjol dalam pasangan ini selama 26 Maret-22 Juni 2008 adalah perhatian dan dukungan yang diberikan DPP PDIP untuk
memenangkan pasangan Bibit-Rustri. Sesuai dengan cover area Suara Merdeka yang meliputi hampir seluruh Jateng dan beberapa kota besar di luar Jateng,
narasumber yang dipakai untuk menunjukkan dukungan ini adalah pengurus ditingkat pusat seperti Megawati dan Puan Maharani. Melalui Megawati dan Puan
inilah, Suara Merdeka mengkonstruksikan pasangan Bibit-Rustri sebagai pasangan yang direstui oleh Mega, didukung partai yang sangat solid dan
berambisi untuk memenangkan pilgub. Di tingkat bawah pasangan Bibit-Rustri juga didukung oleh simpatisan dan kader partai yang militan.
Menurut Zaini, kendati PDIP adalah partai dengan perolehan suara terbesar se-Jateng namun hal itu tidak berpengaruh pada politik redaksional Suara
Merdeka. “Karena dalam pilgub yang penting bukan partai namun siapa figur yang diusung. Namun Bibit-Rustri yang diusung partai pemenang pemilu di
Jateng memang kami perhatikan sebatas sebagai background atau latar belakang pemberitaan. Dalam prediksi-prediksi juga kami sebutkan bahwa jika pasangan ini
245
menang adalah hal yang wajar karena Jateng adalah basis PDIP. Dalam polling Suara Merdeka pun posisi Bibit-Rustri yang unggul dan dengan fakta tersebut
kami tidak kaget jika akhirnya mereka menang karena latar belakang pasangan tersebut,” paparnya.
Sementara itu berita-berita pasangan HM. Tamzil-Rozaq Rais adalah berita yang paling sedikit tingkat keragaman narasumbernya. Tercatat ada 8
katagori narasumber yang prosentasenya 0 . Tim sukses pasangan HM. Tamzil- Rozaq adalah narasumber lebih sering muncul dari pada pasangan ini sendiri.
Mereka juga tidak banyak disebut dalam struktur yang paling penting dalam berita yakni judul dan lead, sebaliknya hanya kerap disebut sebagai tubuh berita. Ada
dua hal yang cukup menonjol dalam pasangan ini selama 26 Maret-22 Juni 2008. Pertama, dukungan partai politik dalam hal ini PAN melalui Amien Rais dan
Soetrisno Bachir terhadap mereka. Kedua, target untuk membidik pemilih pemula dan kaum muda untuk memilih HM.Tamzil-Rozaq sebagai representasi kaum
muda. Suara Merdeka memberikan porsi yang cukup besar terhadap dua masalah
tersebut. Dari beberapa berita yang dipilih untuk dianalisis melalui teknik analisis framing disimpulkan bahwa Suara Merdeka mengkonstruksikan pasangan ini
sebagai pasangan yang didukung oleh partai yang solid dan berpeluang memberikan kejutan. Mereka juga didukung oleh sayap organisasi masing-masing
partai pengusung untuk memenangkan pilgub. Lebih sering mengunjungi pasar sebagai tempat berkampanye walaupun sempat membuat keributan karena
246
kapasitas pasar yang kecil. Secara umum, Zaini mengatakan bahwa politik redaksional Suara Merdeka
dalam pilgub ini adalah independen, netral dan berimbang. Hal itu sudah dipresentasikan dalam rapat kerja Suara Merdeka menjelang pilkada langsung di
Jateng pada Juni 2005 lalu. Hal itu diterjemahkan dalam elemen teknik penulisan berita. Menurutnya wartawan yang meliput berita-berita pilgub harus berdasarkan
fakta dan tidak boleh memasukkan opini. “Pemilu sebenarnya adalah konflik yakni konflik yang direkayasa. Karena berita konflik pasti ada pertarungan
beberapa kepentingan sehingga kami menuntut wartawan di lapangan untuk meliput semua pasangan calon, penyajiannya akan diatur oleh redaktur dengan
semangat independen, netral dan berimbang. Dari sekian berita yang diliput tersebut dipilih yang paling menarik untuk ditonjolkan sebagai berita utama,
namun kami tetap proporsional, jangan sampai ada salah satu pasangan yang mendapat porsi lebih banyak, tetapi memang tidak bisa adil 100 , namun kami
tetap berpegang pada prinsip proporsionalitas,” jelasnya. Sama seperti halnya dengan harian Jawa Pos Radar Semarang, Suara
Merdeka juga menerbitkan rubrik khusus bernama “Menuju Jateng 1”. Rubrik ini menurut Zaini bertujuan untuk meningkatkan layanan Suara Merdeka kepada
pembaca. Sebagai koran terbesar se-Jateng, Suara Merdeka ingin menyajikan peristiwa pilgub ini dengan laporan yang paling lengkap dan proporsional.
Sehingga, mereka bisa berperan sebagai mediator dan sarana pendidikan politik bagi masyarakat.
247
Media dengan tagline Perekat Komunitas Jawa Jawa Tengah ini berusaha menerapkan prinsip-prinsip liputan yang berimbang dan netral dan tidak
terpengaruh dengan kebijakan iklan perusahaan. Diakui Zaini jika dihubungkan dengan kebutuhan ekonomi media, maka dampak dari pilgub adalah adanya
beberapa pihak yang berkepentingan untuk memasang iklan. “Iklan hanya kami anggap sebagai dampak ikutan. Jadi meski bagian iklan mentargetkan kenaikan
iklan tetapi hal itu sudah di luar kewenangan redaksional,” paparnya.
248