Karakteristik Kemiskinan di Zona Transisi

Sumber : Observasi Lapangan, 2009 GAMBAR 5.2 LINGKUNGAN RUMAH KELUARGA MISKIN DI KELURAHAN PETERONGAN

5.2.2 Karakteristik Kemiskinan di Zona Transisi

Zona transisi atau wilayah tengah kota merupakan wilayah dengan klasifikasi harga lahan tinggi, kepadatan bangunan tinggi serta dominasi penggunaan lahan permukiman. Kelurahan Bongsari yang terletak di Kecamatan Semarang Barat merupakan bagian dari zona transisi yang memiliki persentase keluarga miskin paling tinggi di antara kelurahan lainnya di zona transisi. Adapun luas wilayah Kelurahan Bongsari sebesar 82,50 Ha dengan kepadatan penduduk 177 orangHa. Sebagian besar penduduk Kelurahan Bongsari bekerja sebagai buruh industri 3.649 orang, pedagang 1.614 orang, dan buruh bangunan 469 Rumah keluarga miskin dengan tembok yang tidak diplester Rumah keluarga miskin dengan dinding papan yang ditinggali beberapa keluarga Rumah keluarga miskin dengan pekerjaan sebagai tukang becak Rumah sempit pun tetap dijadikan tempat berdagang kecil-kecilan untuk menopang hidup orang dan sisanya sebagai karyawan, wiraswasta, dan PNS. Kelurahan Bongsari memiliki sarana pendidikan yang cukup lengkap dari tingkat TK sampai SMP. Selain itu juga dilengkapi oleh sebuah akademi dan Madrasah Monografi Kelurahan Bongsari Tahun 2009. Karakteristik wilayah di Kelurahan Bongsari sebagai bagian dari zona transisi tidak sedikit berbeda dengan Kelurahan Peterongan yang berada di wilayah CBD karena keduanya merupakan wilayah perkotaan dengan kepadatan bangunan yang cukup tinggi. Hanya yang membedakan dominasi penggunaan lahan di Kelurahan Bongsari sebagian besar digunakan sebagai permukiman padat. Sumber : Observasi Lapangan, 2009 GAMBAR 5.3 LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI KELURAHAN BONGSARI YANG CENDERUNG PADAT Adapun karakteristik wilayah di Kelurahan Bongsari mempengaruhi karakteristik kemiskinan di wilayah ini yang selanjutnya dijelaskan berdasarkan dimensi kemiskinan yang terdiri dari pendapatan, pendidikan, kesehatan, keamanan, dan kemampuan, dimana pada dasarnya dimensi yang satu akan mempengaruhi munculnya dimensi lain. TABEL V.3 ANALISIS KARAKTERISTIK KEMISKINAN DI KELURAHAN BONGSARI No Dimensi Kemiskinan Penjelasan

1 Pendapatan

Pendapatan dipengaruhi oleh berkaitan pekerjaan yang ditekuni oleh penduduk miskin. Penduduk miskin di Kelurahan Peterongan sebagian besar bekerja sebagai buruh industri dan buruh bangunan 75, pedagang yang biasanya ditekuni oleh kepala keluarga miskin wanita 6, dan tidak sedikit dari mereka yang menganggur dan bekerja serabutan. Sebagian besar dari mereka telah menekuni pekerjaan tersebut antara 5-10 tahun dengan pendapatan rata-rata per bulan yang masih di bawah Rp. 500.000,-. Kurangnya pendidikan dan keterampilan yang mereka miliki menyebabkan mereka terpaksa melakukan pekerjaan dengan pendapatan yang sedikit dan tidak tetap. Sebagian besar kepala rumah tangga miskin di Kelurahan Bongsari memiliki tingkat pendidikan SD.

2 Kesehatan

Berbeda dengan Kelurahan Peterongan, sebagian besar penduduk miskin di Kelurahan Bongsari merupakan penduduk asli yang sudah tinggal di wilayah tersebut lebih dari 10 tahun. Berdasarkan dimensi kesehatan sebagian besar dari keluarga miskin yang tinggal di lingkungan permukiman cukup padat. Namun berbeda dengan Kelurahan Peterongan, keluarga miskin di Kelurahan Bongsari telah tinggal pada rumah dengan kualitas hunian yang cukup layak dan dilengkapi oleh sarana sanitasi. Sedangkan akses terhadap air bersih sebagian besar penduduk masih menggunakan sumur sebagai sumber air bersih bagi mereka. Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan mengakses air bersih dari PDAM. No Dimensi Kemiskinan Penjelasan

3 Pendidikan

Sebagian besar keluarga miskin di Kelurahan Bongsari tidak mampu mengakses sarana pendidikan untuk jenjang yang lebih tinggi SMA atau SMK dan seterusnya. Hal ini disebabkan oleh penghasilan rendah orang tua mereka sehingga pada akhirnya sebagian besar dari mereka sekolah hanya sampai jenjang pendidikan SMP dan kemudian bekerja untuk membantu pemenuhan kebutuhan keluarga mereka.

4 Keamanan

Penduduk miskin yang tinggal di Kelurahan Bongsari sebagian besar menumpang pada orang tua dan sebagian lagi mengontrak atau menyewa. Namun, tidak sedikit dari mereka yang mendirikan bangunan tempat tinggal sendiri tanpa dilengkapi sertifikat tanah dan bangunan. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga miskin di Kelurahan Bongsari masih lemah terhadap kepemilikan aset terutama bangunan rumah dan tanah karena sebagian besar dari mereka yang menumpang atau tinggal bersama orang tua dan menyewa.

5 Kemampuan

Dimensi kemiskinan ini berkaitan dengan kecenderungan kemampuan penduduk miskin yang lemah karena mereka tidak diberi hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Seperti yang terjadi di Kelurahan Peterongan, sebagian besar penduduk miskin tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan pembangunan di wilayahnya karena sebagian besar dari mereka dianggap tidak berkompeten kurang pandai dan kaum pasif. Namun ada juga yang diikutsertakan dalam kegiatan rutin RT seperti gotong royong. Lemahnya partisipasi masyarakat miskin ini menyebabkan mereka dianggap sebagai obyek pembangunan yang hanya menerima bantuan dari pemerintah. Sumber : Hasil Analisis Penyusun, 2009 Sumber : Observasi Lapangan, 2009 GAMBAR 5.4 KONDISI RUMAH KELUARGA MISKIN DI KELURAHAN BONGSARI

5.2.3 Karakteristik Kemiskinan di Wilayah Pinggiran