2.4 Sintesis Kajian Literatur
Sintesis kajian literatur merupakan ringkasan dari penjabaran teoritis di atas. Adapun sintesis kajian pustaka terdiri dari dua bagian yaitu perspektif teoritik dan
variabel penelitian.
2.4.1 Perpektif Teoritik
Proses perkembangan perkotaan menyebabkan semakin besarnya heterogenitas di perkotaan dimana tiap kelompok penduduk berusaha untuk
menempati ruang sendiri di kota sebagai bagian dari upaya untuk mendapatkan otonomi lokal.
Pada satu sisi, kegiatan ekonomi formal di perkotaan merupakan bentuk baru integrasi global yang semakin meluas. Hal ini ditunjukkan semakin
banyaknya infrastruktur yang dibangun. Namun pada sisi lain, sektor ekonomi formal yang tercipta tidak mampu menyerap pekerja dengan pendidikan rendah
sehingga muncul penduduk yang bekerja pada sektor informal. Kemiskinan sering dikaitkan dengan keterbatasan penduduk dalam
memperoleh pelayanan dasar dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Adanya heterogenitas di dalam suatu wilayah perkotaan menyebabkan perbedaan sosial
penduduknya yang antara lain dapat dilihat dari tingkat pendapatan, lingkungan tempat tinggal dan kondisi kesehatan. Tingkat kesejahteraan penduduk yang juga
dipengaruhi oleh kondisi sosial yang terbentuk dalam komunitas sehingga akan memberikan karakteristik kemiskinan yang berbeda antara wilayah satu dengan
lainnya Baharoglu dan Kessides, 2001. Dalam penelitian ini, Kota Semarang merupakan satu kota di Indonesia
yang mengalami pertumbuhan penduduk yang cukup pesat. Hal ini menyebabkan perkembangan dan pertumbuhan yang begitu pesat di Kota Semarang yang
menyebabkan wilayah perkotaan Semarang juga meluas. Pertumbuhan ekonomi Kota Semarang yang semakin meningkat diiringi permasalahan mengenai
kemiskinan perkotaan. Penduduk miskin Kota Semarang selama tiga tahun terakhir menunjukkan adanya peningkatan yang cukup besar. Kemiskinan ini
antara lain dapat dilihat dari adanya permukiman kumuh dan liar yang tersebar di wilayah perkotaan Semarang Ridlo, 2002.
Wilayah perkotaan Semarang diklasifikasikan menjadi tiga yaitu wilayah pusat kota CBD, wilayah transisi dan wilayah pinggiran suburban
Sulistyaningsih, 2007. Pola spasial perkotaan tersebut mempengaruhi karakteristik kemiskinan perkotaan di wilayah tersebut. Berdasarkan pemahaman
tentang kemiskinan, adapun beberapa hal yang dapat digunakan dalam mengidentifikasi karakteristik kemiskinan perkotaan antara lain berkaitan dengan
dimensi penyebab kemiskinan yang terkait dengan pendapatan, kesehatan, pendidikan, keamanan dan kemampuan masyarakat miskin dalam kehidupan
mereka di perkotaan. Dimensi-dimensi tersebut merupakan indikator untuk mengetahui karakteristik kemiskinan.
Pemerintah Kota Semarang telah melakukan berbagai program penanggulangan kemiskinan. Namun dalam perkembangannya, tingkat
kemiskinan di Kota Semarang masih cenderung meningkat. Berdasarkan kebijakan pengentasan kemiskinan, beberapa hal yang penting dalam respon
kebijakan penanganan kemiskinan berkaitan dengan bantuan, pelayanan sosial, pemberdayaan masyarakat miskin, aset dasar, pasar, dan tata kelola pemerintahan.
Berdasarkan hal-hal di atas, perkembangan kemiskinan perkotaan akan berbeda pada tiap-tiap wilayah perkotaan di Semarang. Perbedaan karakteristik
kemiskinan perkotaan
seharusnya mempengaruhi
perbedaan kebijakan
penanganan kemiskinan. Oleh karena itu, diperlukan suatu kajian mengenai respon kebijakan penanganan kemiskinan yang sudah dilakukan terhadap
karakteristik kemiskinan pada masing-masing wilayah perkotaan di Kota Semarang.
Sumber : Analisis Penyusun, 2009
GAMBAR 2.4 KEMISKINAN DALAM PERKEMBANGAN KOTA
DALAM PERSPEKTIF TEORI
2.4.2 Variabel Penelitian