Teknik Sampling Penelitian Data Penelitian

2. Pengumpulan Data Sekunder Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan survei instansi untuk mendapatkan data-data dan telaah dokumen. 1. Survei Instansi Survei instansi dilakukan kepada BPS, Bappeda Kota Semarang dan lima kelurahan yang merupakan fokus wilayah penelitian. Adapun justifikasi pemilihan wilayah studi tersebut dapat dilihat pada Bab III. 2. Telaah Dokumen Dokumen yang ditelaah adalah dokumen yang berkaitan dengan kemiskinan. Teknik ini memungkinkan peneliti untuk memperoleh bahasan yang lebih luas, di samping memberikan kemudahan dalam mengakses dokumen, sehingga dapat menghemat waktu. Dokumen tersebut dapat diperoleh melalui media massa baik dari internet maupun surat kabar mengenai penelitian-penelitian tentang kemiskinan yang pernah dilakukan sebelumnya.

3.3.2 Teknik Sampling Penelitian

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga Singarimbun, 1995. Populasi juga dapat diartikan kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan. Teknik sampling merupakan suatu teknik dalam pengambilan sampel dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian kuantitatif. Oleh karena itu, pengumpulan data sekunder dilakukan dengan telaah dokumen dan survei instansi. Untuk kuesioner kepada keluarga miskin diperlukan suatu teknik sampling, mengingat banyaknya jumlah populasi pada wilayah penelitian dan berbeda antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain, sedangkan biaya dan waktu yang dimiliki relatif sedikit. Keluarga miskin pada wilayah populasi sangat banyak. Oleh karena itu, teknik penentuan jumlah sampel yang dinilai paling tepat digunakan adalah proportional sampling . Teknik penentuan sampel ini dimaksudkan untuk mendapatkan jumlah sampel berdasarkan perbandingan. Teknik pengambilan jumlah sampel kuesioner dari setiap populasi tersebut dilakukan dengan cara proporsional sampling. Dengan cara ini, jumlah sampel dan responden yang akan diambil di Kota Semarang dilakukan secara proporsional. Wilayah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5 kelurahan yaitu Kelurahan Peterongan, Kelurahan Bongsari, Kelurahan Mangkang Wetan, Kelurahan Rowosari dan Kelurahan Mangunsari. Adapun justifikasi pemilihan wilayah sampel berdasarkan klasifikasi pembagian wilayah Kota Semarang dan tingkat kemiskinan pada masing-masing kelurahan. Kelurahan Peterongan merupakan bagian wilayah CBD yang memiliki tingkat kemiskinan paling tinggi. Kelurahan Bongsari yang berada di Kecamatan Semarang Barat merupakan bagian zona transisi yang memiliki tingkat kemiskinan paling tinggi. Kelurahan Mangkang Wetan merupakan bagian wilayah pinggiran suburban yang memiliki tingkat kemiskinan paling tinggi. Selain itu letaknya berada di bagian utara Kota Semarang yang jauh dari pusat kota. Kelurahan Mangunsari dan Kelurahan Rowosari merupakan bagian wilayah pinggiran suburban yang memiliki tingkat kemiskinan yang tergolong tinggi diantara wilayah suburban lain yang masih memiliki karakteristik pedesaan. Selain itu, kedua kelurahan tersebut terletak di bagian selatan Kota Semarang. Adapun asumsi pemilihan kelurahan sebagai unit penelitian berkaitan dengan spesifikasi program penanganan kemiskinan yang telah dilakukan pada masing-masing wilayah. Sedangkan kelurahan dengan tingkat kemiskinan yang tinggi diasumsikan memiliki program-program penanganan kemiskinan yang lebih beragam daripada kelurahan dengan tingkat kemiskinan rendah. Berdasarkan asumsi tersebut diharapkan data yang akan diperoleh dari unit penelitian akan lebih detail dan beragam sehingga mampu menjawab tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini. Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada Bab III. Populasi dalam penelitian ini adalah rumah tangga miskin KK Miskin di 5 kelurahan tersebut pada tahun 2006 berjumlah 4133 KK sedangkan jumlah total KK adalah 7253 KK. Adapun jumlah sampel yang akan diambil ditentukan berdasarkan rumus Usman dan Akbar, 2006: 188 sebagai berikut: n ≥ pq 2 1 Z 2 keterangan: n = jumlah sampel p = proporsi kelompok pertama = jumlahKK skin jumlahKKMi q = proporsi kelompok kedua = 1 – p = taraf signifikansi Z 12 = nilai Z tabel Z = normal variabel yang merupakan nilai tingkat kepercayaan Maka jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini dapat dihitung sebagai berikut : = 0,10 10 maka Z = 1,645 p = 253 . 7 133 . 4 = 0.569833 = 0,57 n ≥ 0,57 1- 0,57 10 , 645 , 1 2 ≥ 0,2451 270,6025 ≥ 66.32467275 ≥ 66 80,00 90,00 95,00 100,00 Z 1,290 1,645 1,960 3,00 Maka jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini lebih dari atau sama dengan 66 KK Miskin. Sedangkan teknik penentuan jumlah sampel pada masing-masing kelurahan di Kota Semarang dilakukan secara proporsional dengan rumus Walpole, 1993 : 233 sebagai berikut: n x N N n i i Berdasarkan pada rumus di atas maka jumlah sampel pada masing-masing kelurahan dapat dilihat pada Tabel III.2 di bawah ini : TABEL III.2 JUMLAH SAMPEL TIAP KELURAHAN No Kelurahan Jumlah 1 Kelurahan Peterongan 11 2 Kelurahan Bongsari 16 3 Kelurahan Mangkang Wetan 11 4 Kelurahan Rowosari 19 5 Kelurahan Mangunsari 9 Jumlah 66 Sumber : Analisis Penyusun, 2009

3.3.3 Pengelompokkan dan Pengkodean Data