60 Pada bagian interior kapel lihat gambar 3.13. dinding, atap dan lantainya
membentuk kurva menuju altar, mengikuti bentuk alami dari lembah. Bentuk kompleksnya bermula dari tema parabola yang terdapat pada dinding timur untuk
memantulkan suara dari luar altar kembali ke lembah. Bentuk geometri dari bangunan ini didapat dari gaya bangunan Le Corbusier terdahulu yaitu fractal dan
bentuk-bentuk alami yang membuat Ronchamp menjadi bangunan post modern pertama.
Gambar 3.13 Interior Notre Dame du Haut Sumber : www.fondationlecorbusier.fr
1.3.3. The Dancing House – Frank O. Gehry
Bangunan The Dancing House ini terletak di distrik bersejarah Praha, sepanjang sungai Vitava, yang memberikan latar belakang kontekstual yang kaya
bagi Gehry untuk bekerja dengan menghabiskan 10 hari di Praha sebelum ia mulai merancang, dan dengan bantuan Milunic Vladmir arsitek lokal beberapa
pengamatan dibuat tentang arsitektur yang ada. Di Praha, bangunan tua dirancang dengan menara tersirat dan banyak bangunan memiliki topi dekoratif atau topi di
atas. Gehry dan Milunic mengambil ide-ide ini untuk membuat konsep bangunan nationale-Nederlanden, yang melalui banyak transformasi sepanjang masa
perancangan. Dua menara dengan bentuk yang berbeda, satu menghadap ke alun-alun
dan yang lainnya menghadap sungai. Menara kaca dikatakan feminin dengan bentuk lengkung dan seperti pinggang, Sedangkan menara silinder beton maskulin
menciptakan sebuah dikotomi yin dan yang lihat gambar 3.14. dan gambar 3.15.
Universitas Sumatera Utara
61
Gambar 3.14. The Dancing House Gambar 3.15. Sketsa Ide
Sumber : www.galinsky.com Sumber : www.galinsky.com
Sirkulasi di core berbentuk L dan terletak di tengah struktur. Tekstur diciptakan dengan memproyeksikan jendela jauh dari kulit bangunan. Jendela
memainkan peranan penting. Bangunan sekitarnya lima tingkat dan sementara Nederlanden-nationale memiliki tujuh lantai. Gehry mengaburkan perbedaan ini
dengan menggelombangkan jendela ke atas dan ke bawah pada fasad. Ada sebuah jendela dibuah keluar, seolah-olah tergantung seperti gambar di dinding untuk
membuat kualitas tekstur yang berhubungan dengan bangunan yang ada lagi. Untuk alasan yang sama, garis-garis bergelombang diciptakan di fasad kulit
bangunan.
Gambar 3.16. Denah Nationale-nederlanden building The Dancing House Sumber : www.galinsky.com
Universitas Sumatera Utara
62
1.3.4. Kesimpulan
Dari ketiga jenis studi banding diatas maka dapat dibuat perbandingan kasus untuk lebih memahami penerapan arsitektur metafora pada bangunan.
a. Museum of Fruit-Itsuko Hazegawa Bangunan ini menerapkan combined metaphore, penerapannya terletak
pada bentuk bibit-bibit yang disebar ke tanah dalam penampilan seluruh kompleks bangunan, termasuk menemukan bentuk denah dari tiga massa utama tangible
metaphore dan gambaran sebuah bibit yang tumbuh menjadi pohon besar yang ditampilkan dalam massa fruit plaza intangible metaphore.
b. Notre Dame du Haut-Le Corbusier Bangunan ini menerapkan tangible metaphore, penerapannya terletak pada
bentuk bangunan dan material yang merupakan perpaduan dari potensi alam dan nilai kristiani. Kemudian bentuk ini dapat memberikan penafsiran metafora yang
berbeda-beda bagi setiap orang. c. The Dancing House-Frank O.Gehry
Bangunan ini menerapkan tangible metaphore, penerapannya terletak pada bentuk feminin dan lengkung yang merupakan metafora dari pinggang.
Rabbani Muslimah Center menggunakan combined metaphore, dimana intangible metphore ada pada metafora jannah dalam penampilan seluruh kompleks
tapak dan bangunan, termasuk bentuk denah yang terdiri dari tiga massa, dimana massa mesjid menjadi pusat dari dua massa lainnya. Sedangkan tangible
metaphore ada pada tujuh tingkat lantai pada massa utama sebagai metafora tujuh tingkatan jannah dan penerapan desain sungai, tanaman, buah dan dipan yang
merupakan metafora dari suasana jannah.
Universitas Sumatera Utara
63
BAB IV ANALISA PERANCANGAN
4.1 Pengantar
Analisa merupakan bagian dari proses desain dimana agar dapat memperoleh hal-hal apa yang harus diperhatikan hingga menghasilkan desain yang sebenarnya.
Berikut ini akan dijabarkan tentang analisa-analisa yang berkaitan dengan proyek, baik analisa fisik maupun non fisik.
4.2 Analisa Fisik Tapak 4.2.1 Analisa Lokasi
Sebelum melakukan analisa terhadap lokasi, maka perlu diketahui posisi dari lokasi tapak yang dipilih untuk perancangan lihat gambar 4.1.
1 2
4 3
Gambar 4.1. 1 Peta Wilayah Indonesia ; 2 Peta Wilayah Sumatera ; 3 Peta Wilayah Medan ; 4 Peta Lokasi Site
Universitas Sumatera Utara