Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Distribusi Jenis Kelamin Responden Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Stres Distribusi Frekuensi Jawaban Keusioner Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Stres Latar Belakang

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Surat Ethical Clearance Lampiran 3 Lembar Penjelasan Pengisian Kuesioner Lampiran 4 Surat Pernyataan Persetujuan Pengisian Kuesioner Informed Consent Lampiran 5 Data Peribadi Responden Kuesioner Penelitian Lampiran 6 Hasil Output Penelitian ABSTRAK Melangkah masuk ke universitas merupakan suatu langkah besar dalam kehidupan seseorang. Perubahan gaya hidup, prestasi akademik, jadwal perkuliahan yang padat, masalah sesama teman, menyesuaikan diri jauh dari rumah buat kali pertama dan dengan lingkungan sekitar yang baru dapat mencetus terjadinya stres pada mahasiswa semester I. Ditambah l agi, jika mahasiswa semester I itu adalah mahasiswa kedokteran gigi berasal dari Malaysia. Mahasiswa semester I asal Malaysia yang menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara harus menyesuaikan diri dengan lingkungan secara afektif, perilaku dan kognitif. Proses tersebut dapat memicu stres di kalangan mahasiswa asing ini karena berada dalam lingkungan yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat stres pada mahasiswa Malaysia Semester I Fakultas Kedokteran Gi gi Universitas Sumatera Utara tahun akademik 20132014. Dengan menggunakan metode deskriptif cross sectional , data diperoleh menggunakan alat ukur berupa kuesioner Hassles Assessment Scale for Student in College kepada 56 mahasiswa Malaysia Semester I Fak ultas Kedokteran Gigi USU. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode total sampling. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Statistical Package For The Social Science SPSS. Hasil penelitian menunjukan dari 56 ma hasiswa Malaysia Semester I Fakultas Kedokteran Gigi USU, sebanyak 26.8 atau 15 orang mengalami stres rendah, 67.9 atau 38 orang mengalami stres sedang dan 5.4 atau 3 orang mengalami stres tinggi. Berdasarkan umur pula, kelompok umur 18 dan 19 tahun mencatatkan angka yang tertinggi untuk tingkat stres. Jika dibandingkan antara laki-laki dan perempuan, laki -laki mempunyai stres yang lebih tinggi. Fakultas kedokteran gigi disarankan untuk menganjurkan program kesehatan mental seperti konseling yang dapat membantu mahasiswa asing ini yang berhadapan dengan stres. Dengan minda yang tenang, mahasiswa ini dapat beradaptasi secara tepat dengan lingkungannya yang baru. Selain itu, prestasi akademik seseorang mahasiswa dapat ditingkatkan dan ini membantu melahir kan mahasiswa yang pintar dan berwawasan. Kata kunci: tingkat stres, mahasiswa asing, Fakultas Kedokteran Gigi USU ABSTRACT Stepping into university is a big step in ones life. Lifestyle changes, academic achievement, a solid schedule of lectures, problem peers, adapt away from home for the first time and with the new environment can trigger the occurrence of stress in first y ear students. Plus, if these first year students are international students from Malaysia migrated to Medan to study dentistry. These first year students from Malaysia must adjust to the new environment affectively, behaviorally and cognitively. Hence, tri ggers a stress response among them. This study aims to describe the level of stress on the first year Malaysian students of the Faculty of Dentitry University of Sumatera Utara academic year 20132014. Using a cross sectional descriptive methods, data is obtained using a questionnaire measuring instrument Hassles Assessment Scale for Student in College to 56 first year Malaysian USU dentistry students. Sampling technique which was used for this study is total sampling method. A computer program called Statistical Package for the Social Science SPSS is used to analyzed the data. The results from 56 first year Malaysian students of faculty of Dentistry USU showed as many as 26.8 or 15 people experiencing low stress levels, 67.9 or 38 people have moderat e stress levels and 5.4 or 3 people experiencing high stress levels. By age anyway, the age group 18 and 19 years recorded the highest figure for the level of stress. When compared between male and female, male have higher stress levels. Management of Dentistry faculty are advised to encourage programs such as mental health counseling to help these intenational students deal with stress. By having a clear mind off stress, these students could adapt to the new environment correctly. Therefore, improving the ir academic achievement and help deliver smart and insightful students. Keywords : stress levels, international students, Faculty of Dentistry USU

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Stres merupakan salah satu reaksi atau respon psikolog is manusia saat dihadapkan pada hal-hal yang dirasa telah melampui batas atau dianggap sulit untuk dihadapi. Setiap manusia mempunyai pengalaman terhadap stres bahkan sebelum manusia lahir Smeltzer dan Bare, 2008. Stres normal dialami setiap individu dan menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan. Stres membuat seseorang yang mengalaminya berpikir dan berusaha keras dalam menyele saikan sesuatu permasalahan atau tantangan dalam hidup sebagai bentuk respon adaptasi untuk tetap bertahan Potter dan Perry, 2005. Baru-baru ini stres selama pelatihan medis semakin banyak dilaporkan dalam literatur-literatur yang dipublikasikan. Peneliti an juga menunjukkan cukup tingginya tingkat stres, yang mengakibatkan gejala depresi bahkan pikiran untuk bunuh diri pada mahasiswa medis. Selain stres, keadaan sosial, emosional, fisik dan juga permasalahan keluarga dari mahasiswa juga dapat mempengaruhi kemampuan belajar. Stres yang berlebihan dapat mengakibatkan permasalah mental dan fisik dan dapat mengurangi rasa harga diri mahasiswa dan dapat mempengaruhi prestasi akademiknya. Prevalensi stres dikalangan mahasiswa kedokteran gigi telah dilaporkan di b eberapa negara antaranya Amerika Serikat, United Kingdom, German, Greece, Jordan, Nigeria, Afrika Selatan, India, Singapura, Malaysia, Jepang, Australia, dan West Indies. Penelitian juga melaporkan bahwa kendala akademik dan juga faktor -faktor seperti usia, jenis kelamin, etnitas, dan status perkawinan juga dapat mempengaruhi tingkat keparahan stres pada mahasiswa. Shah, 2010. Remaja akhir merupakan tahap perkembangan yang akan memasuki masa dewasa. Pada masa ini remaja mengalami suatu kondisi yang disebu t dengan periode “storm stress” Bakrie, 2010. Perubahan kondisi fisiologis dan perkembangan berupa peningkatan kadar hormon. Mengakibatkan mahasiswa labil dalam menghadapi permasalahan -permasalahan dalam kehidupannya. Mahasiswa cenderung terlihat kuran g berpengalaman dalam menyelesaikan masalah Tobroni, 2010. Oleh karena itu, mahasiswa cenderung lebih mudah mengalami stres. Kehidupan bukan hanya sekadar datang ke kampus, menghadiri kelas, ikut serta dalam ujian, dan kemudian lulus. Tetapi banyak aktivitas yang terlibat dalam kegiatan akademik. Bersosialisasi dan menye suaikan diri dengan teman sesama mahasiswa dengan karakteristik dan latar belakang yang berbeda, mengembangkan bakat dan minat melalui kegiatan -kegiatan non-akademis, dan bekerja untuk menambahkan uang saku Govaerst Gregoire, 2004. Kondisi tersebut dapat menjadi stressor bagi mahasiswa. Pola hidup yang kompleks ini seringkali menjadi beban tambahan di samping tekanan dalam kuliah yang melelahkan. Masalah di luar kuliah mau tak mau harus diakui turut mempengaruhi baik dari segi mood, konsentrasi, maupun prestasi akademik. Mahasiswa mengalami stres dapat berdampak positif atau n egatif Agolla Ongori, 2009. Beban stres yang dirasa berat juga dapat memicu seorang remaja untuk berperilaku negative, seperti merokok, alcohol, seks bebas bahkan penyalahgunaan NAPZA Widianti, 2007. Fakultas kedokteran gigi diketahui sebagai lingkungan pembelajaran yang meminta tuntutan yang tinggi dan penuh dengan tekanan jiwa stressful. Kurikulum saat ini menghendaki mahasiswa kedokteran gigi untuk mencapai bermacam-macam kecakapankeahlian, termasuk kemahiran dalam pengetahuan teori, kompetensi klinik, dan keterampilan dalam berhubungan dengan orang - orang interpersonal skill. Telah banyak penelitian yang dilakukan di berbagai fakltas kedokteran gigi di seluruh dunia dan kebanyakan dari penelitian ini menunjukkan peningkatan yang signifikan dari stres di antara mahasiswa kedokteran gigi. Dalam penelitian Alzahem et all, 2010, ditemukan bahwa sumber stres pada mahasiswa kedokteran gigi berhubungan dengan ujian, kebutuhan dan syarat klinik, dan dental supervisor. Pada penelitian Polychronopoulou dan Divaris, 2005, mengemukakan bahwa sumber stres pada mahasiswa kedokteran gigi berasal dari banyaknya kul iah, ujian dan peringkat, kurangnya kepercayaan diri akan menjadi dokter gigi yang sukses, melengkapi syarat kelulusan, kurangnya waktu untuk mengerjakan tugas sekolah, dan kurangnya waktu santai. Menurut Khalid, 2000, prevalensi stres di Malaysia pada k edokteran gigi sebesar 89,7. Adapun penelitian Peker et all, 2009, dan Polychronopoulou Divaris, 2010, mengemukakan bahwa tingkat stres yang tinggi pada dokter gigi dimulai sejak sekolah di kedokteran gigi dan memiliki manifestasi yang berbeda terga ntung lama pembelajarannya. Berdasarkan penelitian Gorter et all, 2008, Schmitter et all, 2008 dan Murphy et all, 2009 menunjukkan bahwa tingkat stres pada mahasiswa kedokteran gigi lebih tinggi dibandingkan mahasiswa kedokteran. Dampak positif dari stres, berupa peningkatan kreativitas dan memicu pengembangan diri, selama stres yang dialami masih dalam batas kapasitas individu. Stres tetap dibutuhkan untuk pengembangan diri mahasiswa Smeltzer Bare, 2008. Predikator control dan suport mejadi hal y ang penting untuk mengarahkan mahasiswa mendapatkan mafaat positif dari kondisi stres yang dialami Gibbon.C., Dempster.M., Moutray.M., 2011. Respon stres dari setiap mahasiswa berbeda. Respon tersebut bergantung pada kondisi kesehatan, kepribadian, pengalaman sebelumnya terhadap stres, mekanisme koping, jenis kelamin, dan usia, besarnya stresor, dan kemampuan pengelolaan emosi dari masing-masing individu Potter Perry, 2005. Stres merupakan topik yang penting dalam kehidu pan akademik termasuk kehidupan sosial. Penelitian ini melibatkan Mahasiswa Malaysia Semester I Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumate ra Utara FKG USU Tahun Akademik 20132014. Penelitian ini menjadi penting untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya stres. Penelitian ini mempertimbangkan aspek-aspek lain yang berhubungan dengan stres. Karakteristik umur dan jenis kelamin menjadi penting untuk dilibatkan sebagai bagian yang mempengaru hi karakteristik stres pada mahasiswa. Harapan peneliti dengan dilakukannya penelitian ini dapa t berkontribusi terhadap p erkembangan keilmuan melalui manajemen stres baik terhadap sumber daya manusia, lingkungan, maupun terhadap pengelolaan sistem pembelajaran.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah seperti berikut : Bagaimanakah tingkat stres pada mahasiswa Malaysia Semester I Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Tahun Akademik 20132014? 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat stres terhadap karakteristik jenis kelamin dan umur pada mahasiswa Malaysia Semester I Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Tahun Akademik 20132014.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah a gar teridentifikasinya gambaran : a. Tingkat stres pada mahasiswa Malaysia Semester I Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Tahun Akademik 20132014. b. Tingkat stres pada mahasiswa Malaysia Semester I Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Tahun Akademik 20132014 berdasarkan jenis kelamin. c. Tingkat stres pada mahasiswa Malaysia Semester I Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Tahun Akademik 20132014 berdasarkan umur. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Bagi Universitas Penelitian ini dapat menjadi informasi bagi pihak universitas mengenai permasalahan yang dihadapi oleh mahasiswa asing yang menyebabkan mereka mengalami stres. Selain itu mahasiswa mengetahui konsep terkait stres, sehingga mahasiswa dapat melakukan penyesuaian yang baik dalam menghadapi stres dan mampu berusaha untuk menghindari koping yang buruk.

1.4.2. Manfaat Bagi Pengembangan K eilmuan

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman yang dapat disesuaikan dengan tingkatan stres seseorang dengan menilai respon yang tampak secara verbal atau non-verbal dengan mengarahkan individu kep ada bentuk koping yang positif. Mahasiswa laki-laki maupun perempuan memiliki po tensi yang sama besar dalam menghadapi stres, sehingga tidak perlu adanya perlakuan khusus diantara keduanya.

1.4.3. Manfaat Bagi Peneliti

Penelitian ini digunakan sebagai referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya terkait dengan identifikasi tingkat stres dari segi fisiologis, psikologis, dan perilaku di kalangan mahasiswa. Selain itu, penelitian ini dijadikan sebagai rujukan dalam menentukan intervensi kedokteran terhadap mahas iswa dengan karakteristik stres sebagai bagian dari kehidupan maha siswa yang tidak terpisahkan.