Tingkat perkembangan Tingkat Stres Pada Mahasiswa Malaysia Semester I Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Tahun Akademik 2013/2014

2.1.9. Respon Stres

Stres dapat menghasilkan berbagai respon yang dapat berguna sebagai indikator dan alat ukur terjadinya stres pada individu. Respon stres dapat terlihat dalam berbagai aspek, yaitu respon fisiologis, adaptif, dan psikologis. Respon fisiologis berupa interpretasi otak dan respon neuroendokrin; respon adaptif berupa General Adaptif Syndrome GAS dan Local Adaptation Syndrome LAS. Respon psikologis dapat berupa perilaku konstruktif maupun dekstruktif Smeltzer Bare, 2008. Respon fisiologis terhadap stressor merupakan mekanisme protektif dan adaptif untuk memelihara keseim bangan homeostatis tubuh. Merupakan rangkaian peristiwa neural dan hormonal yang mengakibatkan konsekuensi jangka pendek dan panjang bagi otak dan tubuh. Dalam respon stres, impuls aferen akan ditangkap oleh organ pengindra dan internal ke pusat saraf otak lalu diteruskan sampai ke hipotalamus. Kemudian diintegrasikan dan dikoordinasikan dengan respon yang diperlukan untuk mengembalikan tubuh dalam keadaan homeostatis Smeltzer Bare, 2008. Jika tubuh tidak mampu menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut, maka dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan tubuh. Jalur neural dan neuendokrin dibawah kontrol hipotalamus akan diaktifkan. Kemudian akan terjadi sekresi sistem saraf simpatis kemudian diikuti oleh sekresi simpatis-adrenal-moduler, dan akhirnya bila stres masih ada dalam sistem hipotalamus-pituitari akan diaktifkan Smeltzer Bare, 2008. Sistem saraf pusat mensekresikan norepinefrin dan epinefrin untuk meningkatkan respon simpatis-adrenal-meduler pada kondisi stres. Respon ini menimbulkan efek atau reaksi yang berbeda di setiap sistem tubuh yang akan dijabarkan dalam indikator stres secara fisiologis. Pada kondisi tersebut terdapat organ tubuh yang meningkat maupun menurun kinerjanya, reaksi ini disebut fight or flight. Norepinefrin mengakibatkan pe ningkatan fungsi organ vital dan keadaan tubuh secara umum. Sedangkan sekresi endorfin mampu menaikkan ambang untuk menahan stimulasi nyeri yang mempengaruhi suasana hati. Manifestasi sekresi norepinefrin dan endorfin diantaranya: pengeluaran keringat, per ubahan suasana hati, keluhan sakit kepala, sulit tidur, peningkatan denyut yang dapat terjadi pada mahasiswa akibat beban tugas akademik yang dirasakan berat Smeltzer Bare, 2005.

1. Local Adaptation Syndrome LAS

LAS adalah respon dari jaringan, organ, atau bagian tubuh terhadap stres karena trauma, penyakit, atau perubahan fisiologis lainnya. Contoh dari LAS adalah respon refleks nyeri dan respon inflamasi. Karekteristik dari LAS, yaitu respon adaptif dan tidak melib atkan seluruh sistem tubuh, memerlukan stressor untuk menstimulasinya, jangka pendek. Selain itu, respon tidak terjadi terus menerus dan membantu dalam memulihkan homeostatis region atau bagian tubuh.

2. General Adaptation Syndrome GAS

Menurut Losyk 2005 bahwa dampak negative yang terjadi akibat stres dapat dijelaskan menurut teori sindrom adaptasi umum general adaptation syndrome, GAS. GAS adalah respons berpola tertentu terhadap tuntutan ekstra yang diterimanya. Seterusnya, ada tiga tahap spesifik, ya itu reaksi peringatan, pertahanan, dan penghabisan. Tahap peringatan tubuh dihadapkan pada penyebab stres. Individu menjadi bingung dan kehilangan arah. Tubuh mempersiapkan dirinya melawan stres dengan mengirimkan hormon -hormon berguna ke dalam aliran dara h. Akibatnya, detak jantung dan pernafasan meningkat, ditambah dengan semakin menegangnya otot-otot pada saat tubuh bersiap -siap melakukan aksi. Gerakan pertahanan ini membantu kita agar dapat bertahan terhadap factor penyebab stres yang kita hadapi. Tahap kedua merupakan tahap pertahanan. Hormon -hormon di dalam darah tetap berada pada tingkat tinggi. Tubuh menyesuaikan diri untuk melawan stres. Penyesuian ini bisa saja hanya terjadi di dalam sebuah organ tubuh tersendiri maupun sistem organ secara menyelur uh. Jika stres tingkat tinggi terus berlangsung, keadaan ini sering kali berakibat pada timbulnya penyakit dalam sebuah organ atau sistem tubuh. Tingginya tingkat stres ini juga dapat menyebabkan seseorang menjadi gugup, lelah, dan sering kali marah -marah. Tahap terakhir adalah tahap penghabisan, tahap di mana jika stres tetap berlangsung, jaringan dan sistem organ tubuh bisa rusak. Dalam jangka waktu yang panjang, keadaan ini bisa menimbulkan penyakit atau kematian. Mahasiswa yang mendapat beban tugas akademik dan mahasiswa merasakannya sebagai suatu tugas yang berat, maka dapat mengakibatkan aktifnya jalur neural-endokrin. Mengakibatkan sekresi hormon stres yang mengakibatkan pembuluh darah mengalami respon nyeri pada bagian kepala Sherwood, 2010. Rasa nyeri tersebut sebagai suatu alarm terhadap tubuh sebagai bentuk kompensasi terhadap faktor lingkungan. Namun, jika stressor tidak dihentikan, maka dapat mengakibatkan mahasiswa memasuki tahap kelelahan dan berakhir dengan gangguan kesehatan berupa: gan gguan pencernaan, gangguan sirkulasi, dan penurunan respon imun.

2.1.8. Dampak Stres

Stres yang dialami oleh individu akan menimbulkan dampak positif dan dampak negatif. Rafidah, dkk 2009 menyatakan bahwa stres dapat meningkatkan kemampuan individu dala m proses belajar dan berfikir. Dampak negatif stres dapat berupa gejala fisik maupun psikis dan akan menimbulkan gejala -gejala tertentu. Rice 1992 dalam Safaria Saputra 2005 mengelompokkan dampak negative stres dan yang dirasakan oleh individu dalam lima gejala, yaitu gejala fisiologis, psikologis, kognitif, interpersonal dan organisasional. Gejala fisiologis yang dirasakan individu berupa keluhan seperti sakit kepala, sembelit, diare, sakit pinggang, urat tegang pada tengkuk, tekanan darah tinggi, ke lelahan, sakit perut, berubah selera makan, susah tidur dan kehilangan semangat. Selain dampak fisiologis, individu yang mengalami stres akan mengalami perubahan kondisi psikis berupa perasaan gelisah, cemas, mudah marah, gugup, takut, mudah tersinggung, s edih dan depresi. Perubahan psikologis akibat stres akan mempengaruhi penurunan kemampuan kognitif, seperti sulit berkonsentrasi, sulit membuat keputusan, mudah lupa, melamun secara berlebihan dan pikiran kacau. Dampak negatif stres yang mudah diamati anta ra lain sikap acuh tidak acuh pada lingkungan, apatis, agresif, minder, dan mudah menyalahkan orang lain. Tingkat stres seseorang lebih dipengaruhi oleh tingkat kedewasaan dilihat dari usia dan pengalaman hidup Stuart dan Laraia, 2005. Stres yang luar biasa untuk satu orang tidak semestinya dianggap stres oleh yang lain. Demikian pula, gejala dan tanda-tanda stres akan berbeda pada setiap individu Sriati A, 2007. 2.2. Mahasiswa 2.2.1. Pengertian Mahasiswa Pengertian Mahasiswa dalam peraturan pemerintah RI No.30 tahun 1990 adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Selanjutnya , mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia sekitar 18-30 tahun. Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa juga merupakan calon intelektual atau cendekiawan muda dalam suatu lapisan masyarakat yang sering kali syara t dengan berbagai predikat. Pengertian Mahasiswa adalah merupakan insan -insan calon sarjana yang dalam keterlibatanya adengan perguruan tinggi yang makin menyatu dengan masyarakat, dididik dan di harapkan menjadi calon -calon intelektual. Mahasiswa dikategorikan sebagai lapisan intelektual yang memiliki tanggung jawab sosial yang khas. Ada lima fungsi kaum intelektul, yakni mencipta dan menyebar kebudayaan tinggi menyediakan bagan -bagan nasional dan antar bangsa, membina keberdayan dan bersama mempengaruhi perubahan sosial dan memainkan peran politik.

2.2.2. Mahasiswa Tahun Pertama

Mahasiswa baru merupakan status yang disandang oleh mahasiswa di tahun pertama kuliahnya. Memasuki dunia kuliah merupakan suatu perubahan besar pada hidup seseorang Santrock, 2006. Biasanya individu mengalami banyak perubahan di tahun pertamanya kuliah ketika memasuki perguruan tinggi. Hal ini terkait dengan penyesuaian yang merupakan masalah berat yang harus dihadapi individu ketika memasuki dunia kuliah Dyson Renk, 2006. Penyesuaian diperlukan karena adanya perubahan pada kehidupan individu. Pada umumnya, seseorang memasuki dunia perkuliahan pada usia 18 tahun. Munurut Levinson dalam Turner Helms, 1995, usia 17 -22 tahun merupakan tahapan pertama dari era dewasa muda yang ditandai dengan adanya transisi dari remaja masa pra dewasa ke kehidupan dewasa. Pada usia ini juga seseorang memasuki bangku kuliah sebagai jalur penting menuju kedewasaan Montgomery Cote dalam Papalia, Feldman, Olds, 2007. Kondisi ini membawa seseorang pada dua transisi yang harus dijalankan dalam satu waktu, yaitu dari remaja ke dewasa dan dari seorang senior di sekolah menengah atas menjadi mahasiswa baru di perguruan tinggi. Perubahan lain terjadi pada pola hubungan pengajar dengan mahasis wa. Menurut Gunarsa Gunarsa, 2000 pola hubungan dosen -mahasiswa sangat berbeda dibandingkan dengan hubungan guru -siswa. Dialog langsung pada tingkat-tingkat awal jarang dilakukan di ruangan yang mana jumlah mahasiswa biasanya besar. Perhatian dosen ter hadap mahasiswa juga lebih sedikit dibandingkan dengan perhatian guru ke siswanya. Tuntutan akademis yang tinggi juga dirasakan oleh para mahasiwa baru Universitas Sumatera Utara. Hal ini mengambarkan bahwa pada tahun pertama studi, mahasiswa baru dalam me nghadapi berbagai perubahan juga harus mendapatkan nilai yang baik. Murphy dan Archer dalam Duffy Atwater, 2005 menambahkan bahwa persaingan antara mahasiswa yang tinggi merupakan salah satu pemicu stres bagi mahasiswa.

2.2.3. Mahasiswa Malaysia yang Melan jutkan Studi Di Medan

Individu dapat berpindah dari satu lingkungan yang familiar ke lingkungan yang tidak familiar. Salah satu tujuannya adalah menempuh pendidikan Bochner, 2003. Pendidikan ini dapat ditempuh diluar dan dalam negeri. Menurut Peraturan Menteri No. 25 tahun 2005, Individu yang menempuh pendidikan tinggi di luar negeri disebut dengan mahasiswa asing, sehingga mahasiswa asal Malaysia ini dapat di kategorikan sebagai mahasiswa asing.