3. Stres Bioekologi Bio-Ecological Stress: Stres bioekologi adalah stres
yang dipicu oleh dua hal. Yang pertama yaitu ekologi atau lingkungan seperti polusi serta cuaca dan yang kedua akibat kondisi biologis seperti
akibat datang bulan, demam, asma, jerawatan, tambah tua, dan banyak lagi akibat penyakit dan kondisi tubuh lainnya.
4. Stres Pekerjaan Work Stress: Stres pekerjaan adalah stres yang
dipicu oleh pekerjaan seseorang. Persaingan jabatan, tekanan pekerjaan, deadline, terlalu banyak kerjaan, usaha gagal, persaingan bisnis adalah
beberapa hal umum yang dapat memicu munculnya stres akibat karir pekerjaan.
5. Stres Mahasiswa Student Stress: Dipicu oleh dunia perkuliahan.
Dalam dunia perkuliahan sendiri dikenal tiga kelompok stressor, yaitu stressor dari area sosial dan personal, stressor dari gaya hidup dan
budaya, serta stressor yang datang dari faktor akademis it u sendiri Rice, 1999.
2.1.3. Pengolongan Stres
Menurut Rice 1992 stres digolongkan dalam dua golongan. Penggolangan ini berdasarkan atas persepsi individu terhadap stres yang dialaminya:
1. Distress Stres Negatif Distress merupakan stres yang bersifat merusak atau tidak menyenangkan.
Stres dirasakan sebagai suatu keadaan dimana individu mengalami rasa cemas, ketakutan, kegelisahan atau khawatir sehingga individu mengalami ke adaan
psikologis yang
negatif, menyakitkan
dan timbul
keinginan untuk
menghindarinya. 2. Eustress Stres Postif
Eustresss pula bersifat menyenangkan dan merupakan pengalaman yang memuaskan. Iya dapat meningkatkan kesiangan mental, kewaspadaan, kognisi,
dan perfomansi individu tersebut.
2.1.4. Penyebab Stres
Penyebab stress stressor adalah segala situasi atau pemicu yang menyebabkan individu merasa tertekan atau terancam. Stressor yang sama akan dinilai berbeda
oleh setiap individu. Penilaian individu terhadap stressor akan mempengaruhi kemampuan individu un tuk melakukan tindakan pencegahan terhadap stressor
yang membuat stres Safaria Saputra, 2009. Losyk 2005 menyatakan bahwa stres pada individu dapat terjadi karena tuntutan -tuntutan yang individu diletakkan
dalam diri sendiri. Potter Perry 2005 me ngklasifikasikan stressor menjadi dua, yaitu
stressor internal dan stressor eksternal. Stressor internal adalah penyebab stres yang berasal dari dalam diri individu, dan stressor eksternal adalah penyebab stres
yang berasal dari luar diri individu. Penyeba b stres yang terjadi pada mahasiswa selama menjalani perkuliahan adalah tuntutan akademik, penilaian sosial,
manajemen waktu serta persepsi individu terhadap waktu penyelesaian tugas, kondisi ujian, kondisi perbedaan bahasa yang digunakan dan biaya perkuli ahan
Kausar, 2010; Lubis dan Nurlaila, 2010; Robotham, 2008.
1.1.5. Kerentanan Mendapat Stres
Stres hadir melalui berbagai cara dan mengganggu manusia dari segala umur dalam kehidupan. Tidak ada standar eksternal yang bisa diaplikasikan untuk
memprediksikan tahap stres dalam individu. Seseorang tidak semestinya mempunyai pekerjaan untuk menghadapi stres, hanya sebagai orang tua kepada
anak sudah bisa merasakan stres. Derajat stres dalam hidup amat bergantung kepada faktor individu seperti
kesehatan fisikal, kualitas hubungan interpersonal, jumlah komitmen dan tanggungjawab yang ditanggung, derajat ketergantungannya orang pada kita,
ekspektansi kita, jumlah sokongan yang diterima dari yang lain dan jumlah perubahan atau kejadian traumatik yang telah berlangsung dalam hidup kita.
Orang yang kekurangan tidur secara fisik tidak mempunyai kapasitas dalam mengatasi stres dan tekanan setiap hari dan bisa melaporkan stres yang
lebih tinggi. Kadang-kala stresor spesifik terasosiasi dengan kelompok umur atau
tahap hidup,anak, remaja, orang tua yang bekerja, dan senior adalah kelompok yang sering mendapat stres karena transisi hidup.
Mahasiswa mempunyai stresor yang spesifik karena turut mengalami keadaan seperti ujian tengah semester dan akhir semester, kertas kerja, pene litian
dan laporan yang menyumbang kepada t erjadinya stres Kaplan, 2010.
2.1.6. Tingkatan Stres
Setiap individu mempunyai persepsi dan respon yang berbeda -beda terhadap stres. Persepsi seseorang didasarkan pada keyakinan dan norma, pengalaman, dan pola
hidup, factor lingkungan, struktur dan fungsi keluarga, tahap perkembangan keluarga, pengalaman masa lalu dengan stres serta mekanisme koping.
Berdasarkan studi literatur, ditemukan tingkatan stres menjadi tiga bagian, antara lain :
2.1.6.1. Stres Normal
Stres normal yang dihadapi secara teratur dan merupakan bagian alamiah dari kehidupan. Seperti dalam situasi: kelelahan setelah mengerjakan tugas, takut
tidak lulus ujian, merasakan detak jantung lebih keras setelah a ktivitas. Stres normal alamiah dan menj adi penting, karena setiap orang pasti mengalami stres.
2.1.6.2. Stres Ringan
Stres ringan adalah stres yang dihadapi secara teratur, biasanya dirasakan setiap individu, misalnya lupa, banyak tidur, kemacetan dan kritikan. Suzanne
Brenda 2008 mengatakan pada fase ini seseorang mengalami peningkatan kesadaran dan lapang persepsinya. Stres biasanya berakhir dalam beberapa menit
atau jam dan tidak menimbulkan penyakit kecu ali jika dihadapi terus menerus.
2.1.6.3. Stres Sedang
Stres sedang adalah stres yang terjadi lebih lama, dari beberapa jam sampai hari. Fase ini ditandai dengan kewaspadaan, fokus pada indra penglihatan
dan pendengaran, peningkatan ketegangan dalam batas toleransi, dan mampu mengatasi situasi yang dapat mempengaruhi dirinya Suz anne Brenda, 2008.
Contoh stres sedang yang sering dihadapi mahasiswa yaitu perselisihan antar teman, tugas yang berlebihan, mengharapkan liburan, permasalahan keluarga.
2.1.6.4. Stres Berat
Stres berat adalah stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai tahun. Semakin sering dan lama situasi stres, semakin tinggi risiko kesehatan yang
ditimbulkan Potter Perry, 2005. Hal tersebut terjadi karena pada tahap ini individu tidak mampu menggunakan koping yang adaptif, tidak mampu
melakukan kontrol aktivitas fisik dalam jangka waktu yang lama, dan sulit fokus pada satu hal terutama dalam memecahkan masalah Suzanne Brenda, 2008.
2.1.6.5. Stres Sangat Berat
Stres sangat berat adalah situasi kronis yang dapat terjadi dalam beberapa bulan dan dalam waktu yang tidak dapat ditentukan. Seseorang yang mengalami
stres sangat berat tidak memiliki motivasi untuk hidup dan cenderung pasrah. Seseorang dalam tingkatan stres ini biasanya teridenti fikasi mengalami depresi
berat.
2.1.7. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Stres
Tingkat stres
tergantung pada
sejumlah faktor.
Faktor -faktor yang
mempengaruhinya yaitu:
a. Kemampuan menerka
Kemampuan menerka timbulnya kejadian stres, walaupun yang bersangkutan tidak dapat mengontrolnya, biasanya akan mengurangi
kerasnya stres.
b. Kontrol atas jangka waktu
Kemampuan seseorang mengendalikan jangka waktu kejadian yang penuh stres akan mengurangi kerasnya stres.
c. Evaluasi kognitif
Kejadian stres yang sama mungkin dihayati secara berbeda oleh dua individu yang berbeda, tergantung pada situasi apa yang berarti pada
seseorang.
d. Perasaan mampu
Kepercayaan seseorang atas kemampuannya menanggulangi stres merupakan faktor utama dalam menentukan kerasnya stres.
e. Dukungan masyarakat
Dukungan emosional dan adanya perhatia n orang lain dapat membuat seseorang sanggup bertahan dalam menghadapi stres.
Menurut Rasmun 2004, setiap individu akan mendapat efek stres yang berbeda-beda. Hal ini bergantung pada beberapa faktor, yaitu:
a. Kemampuan individu mempersepsikan stressor
Jika stresor dipersepsikan akan berakibat buruk bagi individu tersebut, maka tingkat stres yang dirasakan akan semakin berat. Sebaliknya, jika
stresor dipersepsikan tidak mengancam dan individu tersebut mampu mengatasinya, maka tingkat stres yang dirasakan akan lebih ringan.
b. Intensitas terhadap stimulus
Jika intensitas serangan stres terhadap individu tinggi, maka kemungkinan kekuatan fisik dan mental individu tersebut mungkin
tidak akan mampu mengadaptasinya.
c. Jumlah stresor yang harus dihadapi dalam waktu yang sama
Jika pada waktu yang bersamaan bertumpuk sejumlah stresor yang harus dihadapi, stresor yang kecil dapat menjadi pemicu yang
mengakibatkan reaksi yang berlebihan.
d. Lamanya pemaparan stressor
Memanjangnya lama pemaparan stresor dapat menyebabkan menurunnya kemampuan individu dalam mengatasi stres.
e. Pengalaman masa lalu
Pengalaman masa lalu dapat mempengaruhi kemampuan individu dalam menghadapi stresor yang sama.
f. Tingkat perkembangan
Pada tingkat perkembangan tertentu terdapat jumlah dan intensitas stresor yang berbeda sehingga risiko terjadinya stres pada tingkat
perkembangan akan berbeda.