Langkah-langkah dalam melakukan JSM
D. Langkah-langkah dalam melakukan JSM
1. Pakem JSM
Dalam melaksanakan JSM, khusunya bagi para penari tidak ada ritual-ritual khusus yang dilakukan. Adapaun yang dimaksud dengan ritual-ritual tertentu adalah sebagaiamana mestinya dalam praktek- praktek sufisme lainnya, seperti puasa selama beberapa hari, atau menerapkan pantangan-pantangan tertentu. Dalam JSM tidak ada ritual-ritual khusus. Namuan setidaknya ada 8 pakem atau beberapa rangkaian acara yang mengiri JSM sebelum dipentaskan. Diantaranya adalah sebgaiberikut: Pembukaan Ayat Suci Al-Qur’an, Macapat Qur’ani, Taushiah Budaya, Mujahadah Dzikrul Ghofilin, Sholawat
1056 Ibid.
Subtema: Islamic Jurisprudence in Resolving Contemporary Problems | 409
Simthud Durar, JOGED SHOLAWAT MATARAM, KIDUNG SARIRA AYU (Sunan Kalijaga), Lagu BANGKITLAH BANGSAKU.
Delapan pakem tersebutlah yang mengiringi selama setiap pelaksanaan JSM. Yang menarik untuk decermati adalah sebelum JSM dimulai, ada sebuah doa yang dipanjatkan oleh pimpinan JSM. Lantunan doa tersebut wajib dibawakan sebelum JSM dimulai, tepatnya Sholawat Simthud Durar. Doa tersebut disebut dengan istilah “Munajat Jogeg Sholawat Mataram” yang dibacakan oleh Wibbie Maharddika sendiri. Adapun bunyi redaksi teks munjat JSM adalah seabgai berikut:
Munajat Joged Shalawat Mataram
Duh Gusti Kawula dereng panggih kasunyatan jati. Pramila kanthi ambegsa, kawula mamasah mingis ing budi. Kanthi ambegsa, punapa kawula klentu ingkang lelana brata kerana PADUKA! Ing sipat lembah manah kawula sami halelampah, lan kerana punika bumi kawirama.
Ya Allah Kebenaran belum kami temukan. Maka dengan menari kami iramakan budi. Dengan menari, salahkah aku yang berkelana demi KAU! Di lembah-MU kami berkeliling, dan karenanya bumi kami iramakan. 1057
Syair doa tersebut di atas tentunya memiliki makna yang dalam. Wibbie menfsirnakannya sebagai berikut: “Ya Allah, kami ini makhluk yang terbatas. Kebenaran belum kami temukan, yaitu kebenaran sejati belum kami capai. Hanya Allah sendiri yang memahami diri Allah dengan sebenarnya. Kita tidak bisa mengklaim diri kita paling benar. Maka dengan menari kami iramakan budi, maksudnya adalah dengan menari kita hanya mampu sebatas memperbaiki budi pekerti. Hal inilah yang ditegaskan hadis, “innama bu’itstu liutammima makarimal akhlak”. 1058 Dengan menari, salahkan aku yang berkelana demi Kau ? Menurut Wibbie ini merupakan pertanyaan fiqh. Di lembahmu, kami berkeliling. Dan karenanya, bumi, kami iramakan. Menurut Wibbie, yaitu masuk ke lembah-lembah kehidupan. Berkeliling masuk ke dalam dunia-dunia kegelapan. Dunia ini gelap, tapi dengan mengiramakan agar sesuai dengan cahaya akhirat. Di lembahmu kami berkeliling, yang dimaksud yaitu berkeliling dunia. Dan karenanya bumi kami iramakan, agar cantik semua. Tidak perang, tidak konflik. Memayu Hayuning Bawono. 1059
2. Tujuan JSM
Tujuan dibalik berdirinya JSM tidak jauh berbeda dengan visi-misinya Joged Mataram. Joged Mataram sebagai tarian klasik adalah manifestasi budaya khas keraton Yogyakarta. Visi misi keraton adalah Manunggaling Kawulo lan Gusti. Menyatunya hamba agar bisa berserah total kepada Tuhannya. Semarak, Semeleh, berserah sebagai muslim dan muslimah. “Nah itu Keraton, jadi kita ikuti visi misi
1057 Munjajat JSM ini awal mulanya merupakan sebuah sms dari Gus Robert puteranya Gus Miek, seorang Kyai muda pertapa. Menurut Wibbie isinya adalah doa puitis seorang yang menari. Begitu Wibbie mendapat sms tersebut langsung dapat dihafal. Isi sms tersebutlah yang kemudian menjadi Munajat JSM.
1058 Adapun redaksi lengkap hadis ini adalah: نَع ،عاقعقلا نع نلاْجَع نبا نَع ،زيزعلا دبَع انثَّدَح :لاَق ،روصنم نب ديِعَس انثَّدَح :لاَق ،يذاولكلا قزر نب دم َُم انثَّدَحو .قلاخلأا مراكم متملأ تثعب انمإ :لاق مَّلَسَو هيَلَع ُهَّللا ىَّلَص ِّبَّنلا نَع ،ةريَرُه ِبَأ نَع ،لحاص بأ Hadis ini terdapat dalam Musnad al-bazzar, juz 15, No. 9498, hlm. 315.
1059 Ibid.
410 | Paper AICIS XIV - Balikpapan 2014
Keraton. Kita nderek keraton”. 1060
Tidak ada visi misi tersendiri yang membedakan antara JSM dengan Joged Mataram (JM). JSM Mengikuti visi misi yang jauh-jauh hari telah dibangung oleh para leluhur keraton. Keraton Mataram menurut Wibbie adalah Kerajaan Islam, yang arsitek spiritualnya dulu adalah para Wali. 1061 Yang membedakan dari JSM adalah bentuk manifestasi atau ekspresinya. Berbedaan menifestasi tersebut tidak lain adalah untuk memenuhi kebutuhan zaman sekarang. Joged Mataram selama ini diiringi oleh Gamelan yang gendhingnya sangat indah, namun juga sangat sulit dicerna karena simbolik. Nah, itu semua menurut Wibbie sebenarnya isinya dalah dzikir kepada Allah. Para wali juga menggunakan gamelan untuk dzikir.
Supaya lebih menarik, digunakanlah shalawat. Sholawat tersebut tidak lain hanya ditujukan kepada kepada Nabi Muhammad saw. untuk mendekatkan diri kepada Allah dan Rasulullah. Kalau zaman dulu orang-orang masih gampang untuk memahami makna-makna symbol dari JM. Berbeda dengan orang- orang zaman sekarang. Karena orang zaman dulu sangat peka terhadap simbol. Sedangkan manusia modern merasakan kesulitan menangkap symbol dan makna dari JM. Dari sinilah kemudian Wibbie “memodifikasi” JM menjadi JSM. Ruh dan intinya tetap sama, yaitu nalai-nilai Islam. Hanya saja berbeda dalam mengekspresikannya saja. Inti dari JM dan JSM adalah dalam rangka taqarrub.
Jika seorang penari gamelan menari namun dia tidak mengerti tujuan dari tariannya maka hanya sia-sia saja. Seorang penari harus memahami kalau tariannya adalah merupakan salah satu bentukuntuk dzikir kepada Allah. Maka dari itu, Wibbie memodifikasi JM dengan menambahkan shalawat (S) di tengah-tengahnya hal tersebut agar tariannya bisa bermakna (khusyu’). JSM merupakan syiar budaya religious. Tarian budaya dengan bernafaskan Islam. Perpaduan antara Tarian dengan Shalawat tujuannya dalah hayuning Bawana (menciptakan keindahan dunia), indah terpuji. Itu semuanya adalah pesan dari Nabi Muhammad saw., “jadi memang akarnya adalah Allah dan Rasulullah”. 1062
Melalui JSM inilah, Wibbie ingin menyampaikan sebuah pesan perdamaian untuk semua umat manusia. Karena menurut Wibbie, Islam adalah agama yang rahmatan lil ‘alamin. Agama yang seharusnya mampu menjadi rahmat dan inspirasi perdamaian dunia. Semua manusia menurut Wibbie adalah menuju kepada Tuhan. Tidak perlu saling menyalahkan sau sama lain, karena kebenaran menurut Wibbie hanya mutlak milik Tuhan.
Jika dicermati, fenomena JSM yang di gagas oleh Wibbie ini merupakan dakwah degan menggunakan pendektan budaya. Dakwah dengan pendekatan budaya inilah yang dulu pernah dilakukan oleh para wali Sembilan (wali songo), salah satunya adalah Sunan Kalijga dengan Wayang. Dakwah dengan menggunakan pendekatan budaya ruapanya menjadi pendekatan yang sangat efektif dalam menyebarkan ajaran-ajaran Islam. Terbukti, Wali Songo berhasil menyebarkan Islam di Tanah Jawa dengan menyatukan natara agama dan budaya. Hal inilah yang kemudian dilupakan oleh para pendakwah di era modern. Maka tidak heran jika yang timbul justru sebaliknya. Banyak orang yang malah takut dengan Islam. Karena Islam terkesan keras tanpa toleran. Islam di zaman sekarang menurut Wibbie hilangnya citra dan kewibawaannya. Hal tersebut kerena ulah Islam sendiri. Sudah saatnya umat Islam instropeksi diri. Sudah saatnya umat Islam berbenah diri. 1063
Menurut Wibbie, agama dan budaya itu menyatu. Dari sinilah Wibbie dengan JSM ingin menyebarkan syiar agama dengan pendekatan budaya. Dalam JSM wajahnya adalah budaya, namun
1060 Ibid. 1061 Perintis berdirinya kerajaan Mataram Islam adalah Kyai Gede Pemanahan yang meninggal pada 1575. Putra Pamanahan,
Panembahan Senapati Ingalaga (1584-1601), digambarkan di dalam kronik-kronik Jawa sebagai pemprakarsa peluasan Kerajaan Mataram. Lihat, M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2008), hlm. 79.
1062Ibid. 1063 Wawancara dengan Wibbie Maharddika di Graha Gladi: Bale Seni Condroradono, Kadipaten, Kraton, Yogyakarta pada
3 November 2013 sekitar pukul 23.00.
Subtema: Islamic Jurisprudence in Resolving Contemporary Problems | 411 Subtema: Islamic Jurisprudence in Resolving Contemporary Problems | 411