Signifikansi Demokrasi
B. Signifikansi Demokrasi
Demokrasi sekarang ini menjadi sistem yang kita anut. Sebagai sistem yang mendasari tata kehidupan sosial politik, sikap konstruktif yang penting dikembangkan adalah bagaimana demokrasi bisa memberikan manfaat secara nyata terhadap kemajuan masyarakat Indonesia. Perdebatan tidak substansial sebaiknya dihindari. Justru yang lebih penting adalah menjadikan demokrasi semakin berkualitas demi kemajuan bangsa Indonesia secara keseluruhan.
Proses demokratisasi di Indonesia, sebagaimana dijelaskan Madjid, merupakan kelanjutan dari gelombang politik berdimensi global, yaitu kecenderungan ke arah sistem politik yang lebih terbuka. Bagi Indonesia, proses demokratisasi juga merupakan akibat logis dari pemerataan relatif kecerdasan umum lewat sistem pendidikan yang tersedia untuk sebagian warga negara, dan keterpenuhan nisbi
143Irwan Masduqi, Berislam Secara Toleran, Teologi Kerukunan Umat Beragama (Bandung: Mizan, 2011), h. 83. 144Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Islam: Dari Fundamentalisme, Modernisme, Hingga Post-Modernisme (Jakarta:
Paramadina, 1996), h. 107-108. 145Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Islam, h. 109-110.
Subtema: Islamic Jurisprudence in Resolving Contemporary Problems | 77 Subtema: Islamic Jurisprudence in Resolving Contemporary Problems | 77
Tujuan demokrasi adalah pemberdayaan masyarakat untuk menata diri mereka sendiri yang terkait dengan hak dan kewajiban dalam kehidupan sosial dan politik. Rakyat dalam perspektif demokrasi mempunyai kekuasaan “mutlak” untuk menentukan nasib mereka sendiri berdasarkan peraturan- peraturan yang telah disepakati bersama. Hal ini selaras dengan pengertian demokrasi yang berasal dari kata demos yang mempunyai arti rakyat, dan kratos atau kratein yang artinya kekuasaan, pemerintahan. 147 Demokrasi umumnya dipahami sebagai kekuasaan dari, oleh, dan untuk rakyat. Dalam konsep demokrasi rakyatlah yang memegang kendali keputusan atau kekuasaan atau pihak yang memiliki otoritas, baik melalui demokrasi representatif (perwakilan) maupun demokrasi langsung.
Ditinjau dari sisi sejarah, mulai muncul sejak abad ke-5 SM. Pada saat awal kemunculannya, demokrasi merupakan respons terhadap pengalaman buruk monarkhi dan kediktatoran di negara-negara kota Yunani Kuno. Seiring dengan perkembangan zaman, ide-ide demokrasi modern berkembang selaras dengan ide-ide dan lembaga-lembaga dari tradisi pencerahan (renaissance) yang dimulai pada abad ke-16 M. Ide-ide tersebut antara lain ide sekularisasi yang diprakarsai oleh Niccolo Machiavelli (1469-1527), ide negara kontrak yang diprakarsai oleh Thomas Hobbes (1588-1678), gagasan tentang konstitusi negara dan liberalisme, serta pemisahan kekuasaan legislatif, eksekutif, dan lembaga federal oleh John Locke (1632-1704), kemudian ide pemisahan kekuasaan menjadi lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif, serta ide-ide tentang kedaulatan rakyat dan kontrak sosial oleh Jean Jacques Rousseau (1712-1778). Ide-ide tersebut merupakan respon terhadap monarkhi absolut akhir abad pertengahan dalam sejarah Eropa yang menggantikan kekuasaan gereja (theokrasi). 148
Tujuan demokrasi adalah untuk menjamin hak individu ataupun kelompok untuk mengaktualisasikan diri tanpa unsur represif dan intimidatif. Sebuah demokrasi disebut sehat jika memenuhi beberapa ciri: pertama, akuntabilitas pemerintah. Pemerintah harus bertanggung jawab kepada setiap rakyat atau kelompok tertentu. Kedua, adanya partisipasi (politik) dari masyarakat, artinya melibatkan seluruh komponen masyarakat untuk terlibat aktif dalam menentukan sebuah keputusan. Ketiga, terjaminnya hak-hak individu yang disertai kebebasan untuk menentukan pilihan masing-masing. 149
Demokrasi sesungguhnya menjadi sistem yang sudah tepat dipilih oleh bangsa Indonesia. Sebagai sistem, demokrasi memiliki kelebihan dan kekurangan. Berbagai kritik, komentar, dan bahkan gugatan terhadap demokrasi merupakan sesuatu yang wajar dan dapat dijadikan sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas demokrasi. Ditinjau secara komparatif dari berbagai sistem yang ada, demokrasi merupakan sistem terbaik di antara sistem-sistem yang ada. Demokrasi memiliki beberapa kelebihan, yaitu: pertama, kekuasaan tertinggi dalam urusan politik dimiliki oleh rakyat. 150 Rakyat merupakan pemilik kedaulatan yang sesungguhnya. Eksistensi dan kiprahnya menjadi penentu jalannya sistem pemerintahan.
Kedua, janji persamaan kesempatan dalam berbagai bidang kehidupan tiap individu yang dijamin oleh hukum. Setiap individu yang memiliki syarat dan ketentuan memiliki kesempatan yang sama untuk memasuki bidang-bidang tertentu. Sistem demokrasi memungkinkan rakyat bersatu dalam berbagai bentuk perbedaan. Hal ini dimungkinkan karena rakyat mempunyai dasar dan tujuan yang sama yang diatur melalui pola kekuasaan yang distributif dan partisipatif. Kompetisi politik yang terbuka menjadi mekanisme kontrol yang efektif.
146Nurcholish Madjid, Cita-cita Politik Islam Era Reformasi (Jakarta: Paramadina, 1999), h. 142. 147Lorens Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta: Gramedia, 2000), h. 154.; Masykuri Abdullah, Demokrasi di Persimpangan
Makna, terj. Wahib Wahab (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1999), h. 71. 148Ibid., h. 71-72. 149Louis J. Cantori, “Semua Demokrasi Tidak Liberal”, dalam Mansoor al Jamri dan Abdlwahab el-Affendi (ed.),
Islamisme, Pluralisme dan Civil Society, terj. Machnun Husein (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2007), h. 117. 150James H. Smylie, “Theocracy,” dalam The Encyclopedia Americana, Volume 26 (Danburg Connecticut Glorier Incorporated, 1985), h. 684.
78 | Paper AICIS XIV - Balikpapan 2014
Ketiga, legitimasi yang berpangkal prosedural dan diatur dalam konstitusi. Artinya, kekuasaan dipilih berdasarkan pada pilihan rakyat yang diatur secara konstitusional. Rakyat dalam prinsip demokrasi bukan kumpulan massa anonim melainkan kekuatan sosial yang terhimpun dalam berbagai organ. Demokrasi karenanya bukan semata-mata prinsip politik melainkan juga dasar ideologi yang kerapkali dijadikan alat perjuangan berbagai gerakan rakyat. 151
Demokrasi di Indonesia memiliki karakteristik khas yang berbeda dengan model demokrasi di negara-negara lain. Demokrasi menurut UUD 1945 adalah demokrasi Pancasila. Tiap sila, termasuk sila Ketuhanan Yang Maha Esa, menjadi dasar bagi demokrasi di Indonesia. Dalam perwujudan demokrasi, rakyat dan penguasa terikat oleh nilai-nilai Pancasila. Oleh karena negara tidak memisahkan urusan urusan agama dan negara, maka demokrasi pun tidak lepas dari agama. Selain itu, umat beragama tidak akan lepas dari agama dalam pelaksanaan demokrasi. Ini merupakan konsekuensi imani dari kepercayaan dan ketakwaan kepada Tuhan. 152
Apresiasi terhadap demokrasi melahirkan berbagai gagasan. Dalam kerangka ini, kita tidak bisa mengabaikan jasa besar Prof. Dr. Kuntowijoyo. Telaah Kuntowijoyo merupakan artikulasi lebih lanjut tentang demokrasi yang berbasis nilai-nilai Islam. Beberapa hasil pemikiran Kuntowijoyo adalah: pertama, ta’aruf atau saling mengenal. Menurut Kunto, ta’aruf berasal dari kata ’arafa yang berarti mengerti. Dalam suatu masyarakat demokratis semua orang harus mengerti kepentingan— baik horisontal maupun vertikal—orang lain, sehingga hak-hak orang lain tidak dilanggar. Ta’aruf hanya berjalan kalau ada equality, persamaan. Tidak ada warga negara yang dinomorduakan. Ta’aruf mempunyai asumsi liberty, kemerdekaan. Ta’aruf juga berarti adanya komunikasi dialogis. Tidak ada dominasi satu kelompok atas kelompok yang lain. Semua hal diselenggarakan berdasar kepentingan pihak-pihak yang terkait, tidak monologis oleh kelompok mayoritas yang dominan. Ada pengakuan bahwa kelompok yang lain juga mempunyai kepentingan yang sama dan mungkin bertabrakan dengan kepentingan sendiri. Ta’aruf mempunyai asumsi negara hukum. Hukum positif yang diketahui bersama mencegah pandangan tentang relativitas nilai-nilai. Kelompok-kelompok sosial dengan latar belakang sejarah, kepentingan, dan tujuan berbeda menyebabkan perbedaan pandangan. Sumber relativitas nilai itu dihilangkan oleh pandangan yang sama yang dicerminkan dalam hukum positif yang secara objektif mengikat seluruh warga. 153
Kedua, syûrâ atau musyawarah. Musyawarah diwajibkan dalam Islam, karena itu bagi umat Islam komitmennya pada demokrasi tidak diragukan lagi. Musyawarah harus dilakukan dengan catatan tidak boleh melanggar hak Tuhan dan Rasul-Nya. Di Indonesia tradisi musyawarah masih sangat muda karena baru dimulai tahun 1918 sehingga wajar jika perjalanannya masih tertatih-tatih. 154
Ketiga, ta’âwun atau kerja sama. Ada dua kepentingan yang diharuskan untuk bekerja sama, yaitu kepentingan manusia dan ”kepentingan” Tuhan. Islam menghendaki demokrasi yang tidak hanya ”merdeka dari”, tetapi juga perlu diperluas menjadi kerja sama antar warga, ”merdeka untuk”, yaitu Demokrasi Sosial dan Demokrasi Ekonomi. Ta’âwun nasional hanya dapat berjalan jika kita dapat menghilangkan dualisme ekonomi, monopoli, oligopoli, nepotisme, dan ersatz capitalism, serta mempunyai pemerintahan yang bersih (tanpa korupsi dan kolusi). Syarat pertama ke arah itu adalah adanya syûrâ yang aktif melakukan kontrol terhadap kekuasaan. Ta’âwun yang bermula dari kaidah normatif, perlu dasar legal-rasional melalui proses demokratis. 155
Keempat, mashlahah atau menguntungkan masyarakat. Mashlahah sama akarnya dengan kata
151Eko Prasetyo, Demokrasi Tidak Untuk Rakyat! (Yogyakarta: Resist Book, 2005), h. 15. 152Ahmad Sukardja, “Keberlakuan Hukum Agama dalam Tata Hukum Indonesia,” dalam Cik Hasan Bisri (ed.), Hukum
Islam dalam Tatanan Masyarakat Indonesia (Jakarta: Logos, 1998), h. 22. 153Kuntowijoyo, Identitas Politik Umat Islam (Bandung: Mizan, 1997), h. 91-94. 154Ibid., h. 95-98. 155Ibid., h. 98-100.
Subtema: Islamic Jurisprudence in Resolving Contemporary Problems | 79 Subtema: Islamic Jurisprudence in Resolving Contemporary Problems | 79
Kelima, ’adl atau adil. Islam mengharuskan keadilan secara mutlak. Sehubungan dengan demokrasi, Kuntowijoyo mengemukakan dua macam keadilan, yaitu distributive justice dan productive justice. Beda antara distributive justice dan productive justice adalah pada pelaku, bentuk, dan penerima. Distributive justice pelakunya adalah negara, bentuknya bermacam-macam jaminan, dan penerimannya adalah semua warga negara dengan kategori tertentu. Productive justice pelakunya adalah perusahaan, bentuknya pembagian pemilikan kekayaan perusahaan, dan penerimanya karyawan di perusahaan yang bersangkutan. 157
Keenam, taghyîr atau perubahan. Manusia adalah subjek sejarah. Peranan manusia yang berkesadaran sangat menentukan dalam perubahan. Tujuan masyarakat Indonesia adalah masyarakat Pancasila. Dalam hal ini demokrasi Pancasila. Perubahan yang dimaksud adalah dari demokrasi kapitalisme ke demokrasi Pancasila. Sejarah sudah mengajarkan bahwa perubahan tidak bisa terjadi dalam satu malam. Perubahan yang drastis biaya sosialnya tinggi, dan kebanyakan korbannya justru wong cilik yang semestinya diuntungkan oleh perubahan itu. 158
Formulasi kaidah yang dirumuskan Kuntowijoyo tersebut merupakan kerangka penting dalam membangun demokrasi Pancasila. Di tengah pengalaman Indonesia berdemokrasi pada masa reformasi yang ditandai oleh berbagai hal yang seolah-olah mencerminkan breakdown of democracy, maka sumbangan pemikiran Kuntowijoyo menemukan titik signifikansinya. Apalagi terdapat kalangan masyarakat yang menganggap, yang berkembang bukanlah demokrasi, tetapi ”demo-crazy”, alias demokrasi kebablasan yang sering berujung dengan konflik, kekerasan, dan anarki.
Implementasi demokrasi tidak bisa secara instan. Meminjam penjelasan Nurcholish Madjid, demokrasi bukanlah sesuatu yang statis. Demokrasi bersifat dinamis. Ia menyatu pada masyarakat dalam bentuk proses-proses progresif mengikuti suatu garis kontinum. 159 Untuk itu, kita harus belajar demokrasi dengan sebaik-baiknya. Tanpa proses belajar yang sungguh-sungguh dan terus-menerus, bisa jadi praktik demokrasi di Indonesia akan mengalami kegagalan untuk kesekian kalinya. 160
Jika mencermati kehidupan demokrasi di Indonesia, sesungguhnya sudah banyak kemajuan yang dicapai. Tetapi harus disadari bahwa masih banyak agenda yang harus diperjuangkan. Demokrasi di Indonesia seperti berlari di atas landasan yang goyah. Secara teknik mengalami kemajuan pesat, namun secata etik mengalami kemunduran yang cukup signifikan.