Konteks global dan regional
2.2. Konteks global dan regional
Pada bulan April 2009, Komite Tingkat Tinggi untuk Program-Program PBB mengadopsi Landasan Perlindungan Sosial sebagai satu inisiatif bersama untuk menghadapi krisis fi nansial dan percepatan pemulihannya. Inisiatif
ini memberikan dukungan kepada negara-negara anggota untuk merencanakan dan melaksanakan skema perlindungan sosial secara berkesinambungan. Kemudian dibentuklah sebuah koalisi global yang terdiri dari lembaga-lembaga PBB (FAO, OHCHR, UNAIDS, UNDESA, UNDP, UNESCO, UNFPA, UN-HABITAT, UNHCR, UNICEF, UNODC, UN Regional Commissions, UNRWA, WFP, WMO), IMF dan Bank Dunia, serta para mitra pembangunan dan LSM-LSM terkemuka.
Dalam Konferensi Perburuhan Internasional (ILC) ke-101 tahun 2012, negara-negara anggota sepakat untuk mengadopsi Rekomendasi mengenai Landasan Perlindungan Sosial (Rekomendasi No. 202), yang menegaskan kembali jaminan sosial sebagai hak asasi dan sekaligus kebutuhan bagi terlaksananya pembangunan sosial dan ekonomi yang berkelanjutan. Rekomendasi 202 memberi arahan dalam membuat strategi perluasan cakupan dan peningkatan manfaat jaminan sosial bagi seluruh warga secara progresif. Rekomendasi ini didukung oleh hampir seluruh negara anggota (453 suara setuju dan satu suara abstain) setelah melalui diskusi antara konstituen (perwakilan pemerintah, pekerja dan pengusaha). Konferensi Perburuhan Internasional ke-101 juga mengadopsi
Resolusi mengenai upaya untuk merealisasikan Landasan Perlindungan Sosial di seluruh dunia 7 , yang menghimbau pemerintah, pekerja dan pengusaha untuk bekerja sama melaksanakan Rekomendasi No. 202 sesegera mungkin sesuai dengan kemampuan nasional masing-masing.
Landasan Perlindungan Sosial menggunakan pendekatan yang menyeluruh terhadap perlindungan sosial. Landasan Perlindungan Sosial mensyaratkan adanya akses terhadap barang dan jasa minimum bagi semua kelompok usia, dengan perhatian khusus pada kelompok yang terpinggirkan dan rentan (seperti masyarakat adat dan penyandang disabilitas). Negara kemudian dapat memilih upaya untuk meningkatkan perlindungan sosial kepada penduduknya, melalui tingkat layanan sosial yang lebih baik dan cakupan yang lebih komprehensif (manfaat yang lebih besar melalui skema campuran kontribusi dan nonkontribusi.)
Landasan Perlindungan Sosial mengedepankan jaminan pendapatan melalui serangkaian jaminan dasar yang bertujuan untuk mencapai:
• seluruh penduduk memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan dasar; •
semua anak memiliki jaminan penghidupan, minimal yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan gizi, pendidikan dan kesehatan;
seluruh penduduk usia kerja memiliki jaminan pendapatan minimum, secara tunai atau dalam bentuk barang
11 atau program-program ketenagakerjaan dan
7 Dokumen terdapat dalam “Resolution concerning efforts to make social protection fl oors a national reality worldwide”, dalam Provisional Record No.14, International Labour Conference, sesi 101 (Jenewa, 2012).
• Seluruh penduduk lanjut usia dan penyandang disabilitas juga mendapatkan jaminan pendapatan paling tidak pada tingkat minimum.
Komponen-komponen Landasan Perlindungan Sosial tersebut bersifat fl eksibel dan dapat diselaraskan dengan perkembangan sistem perlindungan sosial nasional. Empat jaminan tersebut hanya menetapkan standar minimum terkait akses, cakupan, dan tingkat jaminan pendapatan dan kesehatan dalam sistem perlindungan sosial nasional. Meskipun belum semua negara dapat segera melaksanakan seluruh komponen dan mencakup semua penduduk, LPS memberikan kerangka perencanaan pelaksanaan secara progresif untuk memastikan visi yang menyeluruh dari sistem perlindungan sosial melalui sinergi di antara berbagai komponen yang berbeda.
LPS juga mendukung pemberdayaan perempuan. Di seluruh dunia perempuan lebih banyak berada dalam posisi miskin dan rentan dibanding laki-laki. Mereka menghadapi banyak hambatan sosial maupun legal yang membatasi akses mereka ke pasar kerja, aset produktif, pekerjaan dengan upah yang labih tinggi, atau upah yang sama dengan pekerja laki-laki. Perempuan cenderung lebih banyak berada pada pekerjaan diluar hubungan kerja dan tidak tetap serta pekerjaan beresiko tinggi tanpa memiliki jaminan sosial. LPS bertujuan untuk meningkatkan cakupan perlindungan sosial dasar kepada kelompok yang belum tercakup, dan hal ini dapat berdampak langsung pada keseimbangan gender. Meskipun kawasan Asia Pasifi k telah mencapai kemajuan ekonomi yang cukup pesat dalam
ia
dua dekade terakhir dan telah mengangkat jutaan orang dari kemiskinan, tetapi tidak semua orang menikmati
es
on d pencapaian tersebut. Jutaan orang masih miskin, tidak mendapatkan hak-hak dasarnya, dan rentan terhadap risiko
In ia l
yang meningkat karena krisis ekonomi global dan perubahan iklim. Hal ini mengancam terjadinya kemunduran
os S
dalam kerangka pembangunan manusia dari dekade sebelumnya. Dalam konteks ini, tidak mengherankan jika
g an u n
perlindungan sosial, yang merujuk pada serangkaian instrumen kebijakan untuk memastikan bahwa semua orang
d lin
memiliki hak atas jaminan pendapatan dan akses terhadap layanan sosial dasar, masih menjadi prioritas agenda
er P
kebijakan kawasan tersebut. Pada sesi ke-67 di bulan Mei 2011, negara anggota Komisi Ekonomi Sosial PBB untuk
an
as d Asia Pasifi k telah mengesahkan sebuah resolusi untuk “memperkuat sistem perlindungan sosial di Asia dan Pasifi k”.
an L
Landasan Perlindungan Sosial juga merupakan prioritas dalam agenda G20. Pertemuan KTT Kepala Negara G20
u ju
pada bulan September 2011 merekomendasikan untuk “Memperkuat perlindungan sosial dengan melaksanakan
ia :: Men
landasan perlindungan sosial yang disesuaikan untuk setiap negara”.
es
on d Dalam Pertemuan Regional Asia Pasifi k ke-15 di Kyoto, Jepang, pada 4-7 Desember 2011, pemerintah, pekerja, dan
i In d pengusaha di Asia Pasifi k mengakui bahwa “Membangun LPS yang efektif, yang selaras dengan situasi nasional”, al merupakan prioritas kebijakan nasional utama dalam Dekade Pekerjaan yang Layak di Asia Pasifi k.
Penilaian Landasan Perlindungan Sosial di Indonesia Berdasarkan
Dialog Nasional: Tujuan, proses,
dan metodologi