Penilaian Landasan Perlindungan Sosial budaya

Daftar Isi

Daftar Isi iii Daftar Tabel dan Gambar

iv Kata Pengantar

v Ucapan Terimakasih

vi Ringkasan Eksekutif

vii Daftar Singkatan

2.1 Konteks nasional

2.2 Konteks global dan regional

3 Penilaian Landasan Perlindungan Sosial di Indonesia Berdasarkan Dialog Nasional: tujuan, proses, dan metodologi

4 Presentasi matriks penilaian: struktur perlindungan sosial, program yang ada, kekurangan dari sisi kebijakan dan implementasi, rekomendasi

4.1 Struktur matriks penilaian

4.2 Program-program yang ada saat ini

4.3 Kekurangan dari sisi Kebijakan dan Implementasi

4.4 Rekomendasi

5 Metodologi Costing (perkiraan pembiayaan), penjabaran opsi (“skenario”) kebijakan untuk melengkapi LPS, dan penghitungan biayanya

5.1 Metodologi costing menggunakan RAP Protocol 49

5.2 Jaminan Kesehatan

5.4 Penduduk usia kerja

5.5 Lanjut usia dan penyandang disabilitas

5.6 Paket gabungan untuk menutupi kekurangan LPS

73 Lampiran 1: Matriks Penilaian LPS

6 Indikasi Awal untuk Ruang Fiskal

75 iii Lampiran 2: Kerangka Hukum dan Hak Azasi di Indonesia

76 Lampiran 3: UU dan Peraturan

77 Daftar Pustaka

Daftar Tabel dan Gambar

4 Tabel 2:

Tabel 1:

Program-Program Jaminan Sosial

5 Tabel 3:

Bantuan Sosial dan Subsidi

6 Gambar 1: Struktur Model RAP

Kerangka Hukum

14 Gambar 2: Proses Kegiatan Dialog Nasional Penilaian atas Perlindungan Sosial di Indonesia

15 Tabel 4:

17 Tabel 5:

Matriks Penilaian

21 Tabel 6:

Rangkuman program-program jaminan kesehatan

23 Tabel 7.

Manfaat program PKH

24 Table 8:

Jumlah sasaran PKSA dibanding estimasi jumlah anak yang membutuhkan

26 Tabel 9:

Rangkuman program jaminan sosial untuk anak-anak

31 Tabel 10: Rangkuman program untuk lansia dan orang dengan disabilitas

Rangkuman program-program untuk kelompok usia kerja

Tabel 11: Proyeksi biaya skenario jaminan kesehatan

es

on d Gambar 3: Proyeksi biaya skenario kesehatan dalam persentasi PDB

In l ia

Tabel 12: Proyeksi biaya skenario pengobatan HIV

os S

Gambar 4: Proyeksi biaya skenario HIV dalam persentasi PDB

an

n g Table 13: Manfaat dalam skenario 1

d u lin

Tabel 14: Manfaat dalam skenario 2

er P an

Tabel 15: Proyeksi biaya skenario untuk anak-anak

d as an

Gambar 5: Proyeksi biaya skenario untuk anak-anak dalam persentasi PDB

L u ju

Tabel 16: Proyeksi biaya skenario untuk kelompok usia kerja

Gambar 6: Proyeksi biaya skenario kelompok usia kerja dalam persentasi PDB

:: ia es

Men

Tabel 17: Proyeksi biaya skenario untuk lansia dan orang dengan disabilitas berat

69 on d Gambar 7: Proyeksi biaya skenario untuk orang dengan disabilitas berat dan lansia

In i d

Tabel 18: Kombinasi skenario rendah dan kombinasi skenario tinggi untuk melengkapi LPS di Indonesia

Tabel 19: Proyeksi biaya untuk skenario kombinasi rendah dan tinggi untuk melengkapi

ia log

Landasan Perllindungan Sosial di Indonesia (dalam persentasi PDB)

n D ka

Gambar 8: Proyeksi biaya skenario kombinasi rendah dan tinggi (dalam persentasi PDN)

ar d as

Tabel 20. Ruang fi skal: skenario rendah dan skenario tinggi bila diasumsikan dibiayai

l B er

sepenuhnya oleh anggaran pemerintah

ia os

Gambar 9. Ruang fi skal: skenario rendah dan skenario tinggi bila diasumsikan dibiayai

73 u n d Tabel 21. Kerangka kerja hukum dan Hak Azasi Manusia di Indonesia

an g sepenuhnya oleh anggaran pemerintah (% PDB)

iv

Kata Pengantar

Landasan Perlindungan Sosial (LPS) atau Social Protection Floor (SPF) merupakan sejumlah jaminan sosial dasar yang perlu disediakan untuk seluruh masyarakat. Sejalan dengan amanat amandemen UUD 1945, UU No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan UU No. 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Indonesia saat ini tengah mengembangkan kebijakan-kebijakan perlindungan sosial yang lebih komprehensif untuk menjangkau seluruh penduduk. Komitmen Indonesia terhadap perlindungan sosial juga terefl esikan dalam Pakta Lapangan Kerja (Indonesian Jobs Pact) 2011-2014 yang ditandatangani secara tripartit pada tanggal 13 April 2011.

Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) bekerjasama dengan Bappenas (Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional) telah melaksanakan kegiatan penilaian terhadap perlindungan sosial di Indonesia, untuk mempelajari seberapa jauh Landasan Perlindungan Sosial (LPS) sudah terlaksana bagi warga Indonesia. Kegiatan penilaian ini dilakukan dengan berkonsultasi dengan kementerian-kementerian terkait, Kelompok Kerja Kantor PBB Indonesia untuk Perlindungan Sosial, perwakilan pekerja dan pengusaha serta lembaga-lembaga terkait lainnya. Konsultasi dilakukan di tingkat nasional dan di tiga provinsi; Provinsi Maluku, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur. Perlindungan sosial di Indonesia yang terdiri dari berbagai program skema kontribusi maupun non-kontribusi telah berkembang sangat pesat. Namun demikian masih ditemukan sejumlah kekurangan dari segi kebijakan maupun implementasi. Penilaian ini mengidentifi kasi kekurangan-kekurangan tersebut serta memformulasi rekomendasi kebijakan spesifi k untuk mencapai Landasan Perlindungan Sosial di Indonesia. Selain itu, juga disusun perkiraan dan proyeksi biaya untuk beberapa rekomendasi yang diajukan, disajikan dalam persentasi PDB dan persentasi anggaran belanja pemerintah. Proyeksi biaya tersebut memberi gambaran awal sebagai bahan diskusi mengenai mengenai pembiayaan perlindungan sosial tambahan yang masih diperlukan.

Kami berharap hasil dari penilaian serta rekomendasi kebijakan yang disajikan dalam laporan ini dapat menjadi acuan yang berguna dalam mengambil langkah-langkah kedepan untuk mencapai Landasan Perlindungan Sosial di Indonesia, dan rekomendasi yang diusulkan dapat direalisasikan. Kami yakin bahwa pendekatan partisipatif yang digunakan dalam proses penilaian ini juga telah meningkatkan pemahaman bersama antara pihak-pihak yang terlibat baik dari pemerintah, pekerja, pengusaha, LSM dan lembaga PBB mengenai konsep Landasan Perlindungan Sosial, relevansinya bagi Indonesia serta pentingnya pendekatan perlindungan sosial yang menyeluruh dan terkoordinasi.

Ceppie K. Sumadilaga,

Peter Van Rooij

Deputi Bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan,

Direktur ILO Indonesia

dan UKM Bappenas

Ucapan Terimakasih

Penulis mengucapkan terimakasih atas dukungan semua pihak yang terlibat dalam proses Dialog Nasional Penilaian atas Perlindungan Sosial di Indonesia: Kementerian dan lembaga pemerintah yang terkait kebijakan

perlindungan sosial (Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial,

ia

es d on

Kementerian Pendidikan, Bappenas, TNP2K, BPS serta lembaga terkait lainnya), PT Jamsostek, perwakilan pekerja

l In

dan pengusaha, lembaga swadaya masyarakat dan akademisi yang terlibat, serta rekan-rekan lembaga PBB yang

ia os

terlibat dalam inisiatif Landasan Perlindungan Sosial.

S n g an u

Secara khusus penulis berterimakasih kepada:

d lin

er P

• Dr. Lukita Dinarsyah Tuwo, Wakil Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Bappenas,

an d as

• Dr. Ceppie K. Sumadilaga, MA, Deputi Bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan, dan UKM Bappenas,

an L ju u

• Dr. Vivi Yulaswati, MSc., Direktur Perlindungan dan Kesejahteraan Masyarakat Bappenas,

:: Men

Dra. Rahma Iryanti MA, Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja, Bappenas,

ia es on

Dharendra Wardhana, SE, MSc, di Direktorat Kesejahteraan dan Perlindungan Sosial Bappenas

d In i

d • Prof. Suahasil Nazara, PhD, Koordinator Pokja Kebijakan, TNP2K,

al on si

• Isnavodiar Jatmiko, di Biro Renbang, PT. Jamsostek,

Na log

• Nancy Fee, Koordinator UNAIDS Indonesia,

ia

n D • Mitchell Wiener, Spesialis Senior Jaminan Sosial , Bank Dunia.

ka ar

as d • Nurholis Majid, FHI 360,

B er ia l

• Kepala Bappeda Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Maluku dan Jawa Timur.

os S

an g Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Peter Van Rooij, Direktur ILO Indonesia atas dukungan yang terus

d menerus diberikan selama pelaksanaan kegiatan, serta Hiroshi Yamabana, aktuaris di Departemen Jaminan Sosial

lin er

ILO di Jenewa atas kontribusi eknis yang diberikan.

P an

as d Namun demikian penulis bertanggungjawab sepenuhnya atas keseluruhan isi serta pendapat yang dikemukakan

an n L

dalam laporan ini.

ia ila P en

vi

Ringkasan Eksekutif

Indonesia sedang berupaya memperluas cakupan perlindungan sosial bagi seluruh penduduk. Sejak diamendemen pada 2002, Undang-undang Dasar 1945 mengakui hak seluruh penduduk untuk mendapatkan jaminan sosial dan pengembangan jaminan sosial menjadi tanggung jawab negara. Meskipun berbagai program perlindungan sosial yang ada saat ini masih terpisah-pisah dan tidak terintegrasi, banyak kemajuan yang telah dicapai yang mengarah kepada sistem perlindungan sosial yang komprehensif.

Salah satu pencapaian yang sangat penting adalah pelaksanaan UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional secara bertahap. Undang-undang ini mengamanatkan perluasan cakupan kepesertaan jaminan sosial terhadap seluruh penduduk berupa jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, dan jaminan kematian. Pendekatan yang dipakai bersifat progresif, mencakup skema bantuan pemerintah bagi penduduk miskin, skema iuran bagi pekerja di luar hubungan kerja dan iuran (persentasi upah) bagi pekerja formal. Jaminan kesehatan universal, di bawah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) diharapkan mulai beroperasi pada tahun 2014 dan jaminan sosial pekerja, di bawah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS Ketenagakerjaan) diharapkan mulai beroperasi pada tahun 2015. Selain jaminan sosial, program-program bantuan sosial juga terus dikembangkan untuk dapat mencakup seluruh warga yang paling miskin dan rentan, serta meningkatkan koordinasi antarprogram.

Landasan perlindungan Sosial (LPS) atau Social Protection Floor (SPF) merupakan pendekatan yang menggambarkan Perlindungan Sosial yang integratif untuk menjamin penghidupan dan akses semua anggota masyarakat terhadap fasilitas/jasa pelayanan sosial dasar, khususnya bagi kelompok yang rentan, dan melindungi serta memberdayakan setiap orang pada berbagai jenjang umur atau siklus kehidupan. Konsep Landasan Perlindungan Sosial dituangkan kedalam Rekomendasi ILO mengenai Landasan Perlindungan Sosial (Rekomendasi 202) tahun 2012 yang disetujui oleh seluruh anggota yang terdiri dari perwakilan pemerintah, pekerja dan pengusaha dari 185 negara dalam Konferensi Perburuhan Internasional pada tanggal 14 Juni 2012. Rekomendasi 202 merupakan acuan bagi negara anggota dalam upaya membuat dan melaksanakan landasan perlindungan sosial nasional sebagai salah satu bagian utama dalam sistem jaminan sosial yang komprehensif. Rekomendasi ini juga memberi arahan dalam membuat strategi perluasan cakupan dan peningkatan manfaat jaminan sosial bagi seluruh warga secara progresif. Langkah- langkah yang diambil disesuaikan dengan situasi di masing-masing negara serta kapasitas fi skal dan ekonomi, serta sejalan dengan standar-standar jaminan sosial ILO. Dengan menegaskan kembali bahwa jaminan sosial merupakan hak seluruh warga dan sekaligus syarat bagi perkembangan sosial dan ekonomi, Rekomendasi 202 menyatakan bahwa negara anggota perlu menentukan dan melaksanakan landasan perlindungan sosial nasional mereka.

LPS terdiri dari sejumlah skema jaminan sosial yang didefi nisikan oleh masing-masing negara, yang bertujuan untuk mencapai situasi di mana: (i) seluruh penduduk memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan dasar, termasuk

vii persalinan; (ii) semua anak memiliki jaminan penghidupan khususnya untuk memenuhi kebutuhan gizi, pendidikan dan kesehatan; (iii) seluruh penduduk usia kerja memiliki jaminan penghidupan melalui dukungan fasilitasi maupun skema jaminan ketenagakerjaan dan (iv) seluruh penduduk lanjut usia dan penyandang disabilitas mendapatkan jaminan penghidupan dalam bentuk bantuan dan fasilitasi.

Komponen-komponen Landasan Perlindungan Sosial tersebut sifatnya fl eksibel dan dapat diselaraskan dengan perkembangan sistem perlindungan sosial nasional. Empat jaminan tersebut di atas hanya menetapkan standar

minimum terkait akses, cakupan dan tingkat jaminan pendapatan, dan layanan kesehatan dalam sistem perlindungan sosial nasional. Meskipun belum semua negara dapat segera melaksanakan seluruh komponen dan mencakup semua penduduk, LPS memberikan kerangka perencanaan pelaksanaan secara progresif untuk memastikan visi yang menyeluruh dari sistem perlindungan sosial melalui sinergi berbagai komponen yang berbeda.

Kerangka LPS juga dirancang untuk mengidentifi kasi kekurangan dari segi kebijakan dan implementasi, serta rekomendasi bagi pengembangan kebijakan perlindungan sosial, termasuk pembiayaan (costing) bagi pengembangan Landasan Perlindungan Sosial dengan menggunakan metode Rapid Assessment Protocol (RAP) yang dikembangkan ILO. Hasil dari perkiraan biaya tersebut merupakan informasi yang sangat bermanfaat dalam penyusunan prioritas program-program perlindungan sosial maupun realokasi anggaran pemerintah dan ruang fi skal yang diperlukan selama 10 tahun mendatang.

Proses dan Hasil Penilaian

ia

Selama April 2011 sampai dengan November 2012, ILO bekerja sama dengan Kementerian/Lembaga terkait dan

es

on d Sub Kelompok Kerja Kantor PBB Indonesia untuk Landasan Perlindungan Sosial menyelenggarakan Penilaian

ia l In

atas Landasan Perlindungan Sosial berbasis Dialog Nasional (ABND) di Indonesia. Penilaian ini mencakup

os S

program-program yang terkait akses terhadap pelayanan kesehatan, jaminan tunjangan bagi anak-anak, jaminan

an g n

pendapatan bagi penduduk usia kerja, dan jaminan pendapatan bagi penduduk lanjut usia (lansia) dan penyandang u d disabilitas.

lin er P

an

Pelaksanaan Dialog Nasional ini meliputi tahap-tahap berikut ini:

d as an L

ju u

Tahap 1 – Pembuatan Matriks Penilaian

Men ia ::

Matriks penilaian disusun menggunakan kerangka kerja Landasan Perlindungan Sosial dan bertujuan untuk

es

on d menilai perkembangan program perlindungan dan jaminan sosial, serta mengidentifi kasi celah kebijakan

In i

d maupun implementasi. Dari proses tersebut juga diidentifi kasi rekomendasi nyata untuk perbaikan rancangan al dan implementasi program-program perlindungan sosial, untuk menutup celah dalam mewujudkan Landasan

on si

Perlindungan Sosial (LPS) bagi seluruh masyarakat.

Na ia log

n D ka

Tahap 2 – Protokol RAP

ar as d

ia l B er

Perangkat pembiayaan (costing) ILO atau Rapid Assessment Protocol (RAP) digunakan untuk membuat perkiraan kasar mengenai biaya yang diperlukan untuk membuat program baru atau memperluas program yang sudah ada

os S

untuk membangun Landasan Perlindungan Sosial yang komprehensif di Indonesia. Biaya tersebut dipresentasikan

an g n

dalam jumlah rupiah maupun dalam persentasi PDB (Produk Domestik Bruto), maupun dalan persentasi

d u lin

pengeluaran pemerintah. Hasil dari costing atau perhitungan tersebut dijadikan bahan untuk mendukung diskusi-

er P an

diskusi mengenai prioritas kebijakan perlindungan sosial dan diskusi terkait ruang fi skal dan alokasi anggaran.

d as an ia n L

Tahap 3 – Finalisasi

ila en P

Sejumlah rekomendasi dan hasil perhitungan biaya, termasuk didalamnya identifi kasi langkah-lakang yang mungkin viii

untuk meningkatkan ruang fi skal bagi perlindungan sosial, didiskusikan dengan seluruh pemangku kepentingan dalam lokakarya-lokakarya. Laporan akhir yang memuat prioritas kebijakan perlindungan sosial disusun, untuk dibagikan dengan Pemerintah Indonesia.

Hasil Utama dari Penilaian

Kekurangan dan berbagai persoalan umum yang ditemukan dalam berbagai program antara lain: keterbatasan cakupan program; keterbatasan akses terutama di wilayah Indonesia Timur; keterkaitan yang terbatas antara program ketenagakerjaan dengan program jaminan sosial; hampir tidak ada jaminan sosial untuk pekerja sektor informal; penghindaran jaminan sosial di sektor swasta formal; keterbatasan data dan persoalan penetapan sasaran (targeting); serta permasalahan koordinasi dan tumpang tindih antarprogram, termasuk juga dalam data dan informasi.

Rekomendasi utama mencakup antara lain: •

merancang dan mengujicoba Layanan Program Perlindungan Sosial Satu Atap (Single Window Service) di tingkat lokal untuk memfasilitasi informasi dan akses warga kepada berbagai program dan meningkatkan koordinasi antarprogram perlindungan sosial;

• memastikan paket manfaat Jaminan Kesehatan memiliki tingkat perlindungan yang memadai; •

memperluas cakupan Program Keluarga Harapan (PKH) sebagai basis jaminan pendidikan dan kesehatan bagi anak keluarga miskin;

• mendukung implementasi BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan; •

melakukan studi kelayakan asuransi pengangguran dan mengaitkannya dengan program-program ketenagakerjaan dan pengembangan keterampilan;

• memperluas jangkauan program untuk lanjut usia telantar dan panyandang disabilitas berat; dan •

pengembangan basis data (database) kelompok sasaran yang lengkap untuk memfasilitasi pelaksanaan berbagai program.

Untuk keempat jaminan yang ada dalam LPS ( jaminan kesehatan, jaminan penghidupan bagi anak-anak, kelompok usia kerja, serta lansia dan orang dengan disabilitas), beberapa rekomendasi yang diajukan diterjemahkan menjadi pilihan-pilihan kebijakan yang disebut “skenario” dan masing-masing skenario tersebut diperkirakan biayanya untuk beberapa tahun kedepan. Berdasarkan pilihan skenario yang dibuat, diperkirakan tambahan jaminan sosial untuk melengkapi landasan perlindungan sosial di Indonesia akan membutuhkan biaya antara 0,74 persen dari PDB (pilihan skenario rendah) sampai 2,45 persen PDB (pilihan skenario tinggi) pada tahun 2020.

Perkiraan biaya untuk skenario jaminan kesehatan - Berdasarkan berbagai perhitungan, untuk menutup kekurangan untuk mencapai LPS dalam hal jaminan kesehatan, diperkirakan akan membutuhkan biaya sebesar 0,17 persen dari Produk Domestik Bruto (skenario rendah), dan 0,98 persen (skenario tinggi) pada tahun 2020. Jumlah iuran jaminan kesehatan yang digunakan dalam skenario didasarkan pada perkiraan paket manfaat yang saat ini tengah dirancang.

“Skenario rendah” meliputi perluasan asuransi kesehatan yang iurannya ditanggung pemerintah untuk orang miskin, hampir miskin dan rentan miskin (40 persen terbawah) dengan standar manfaat tingkat 3 (moderat), termasuk pemeriksaan HIV bagi penduduk yang berisiko tinggi, cek kesehatan rutin bagi orang dengan HIV/ AIDS (ODHA), pengobatan ARV bagi ODHA yang memenuhi syarat, dan penyediaan paket universal untuk mengurangi penularan ibu kepada anak khususnya untuk HIV dan sipilis.

“Skenario Tinggi” meliputi penyediaan asuransi kesehatan bagi seluruh penduduk di sektor ekonomi informal, menyediakan pemeriksaan HIV bagi penduduk usia aktif (usia 15-49 tahun), cek kesehatan rutin bagi semua penderita HIV, dan pengobatan ARV bagi ODHA yang memenuhi syarat, dan paket universal untuk menurunkan penularan dari ibu ke anak khususnya untuk HIV dan Spilis.

ix

Perkiraan biaya untuk skenario jaminan tunjangan bagi anak-anak - Untuk menutup kekurangan LPS bagi anak-anak diperkirakan memerlukan biaya 0,03 persen dari PDB (skenario rendah), dan 0,18 persen (skenario tinggi) pada 2020.

• “Skenario rendah” meliputi perluasan program PKH bagi semua penduduk miskin (bukan hanya untuk penduduk yang sangat miskin).

• “Skenario tinggi” termasuk pemberian tunjangan anak bagi semua anak secara universal. Perkiraan biaya jaminan pendapatan bagi penduduk usia kerja - Untuk menutup kekurangan LPS bagi

penduduk usia kerja melalui program pekerjaan umum yang dikaitkan dengan pelatihan kejuruan diperkirakan akan menghabiskan biaya 0,47 persen dari PDB pada tahun 2020.

• Studi kelayakan yang lebih terperinci mengenai skema Asuransi Pengangguran dan Layanan Satu Atap perlu dilakukan; dan peta jalan untuk implementasi BPJS Ketenagakerjaan perlu disusun dengan melibatkan seluruh pihak terkait.

Perkiraan biaya skenario jaminan pendapatan bagi penduduk usia tua dan penyandang disabilitas - Untuk menutup kekurangan jaminan sosial bagi lansia maupun jaminan sosial bagi penyandang disabilitas diperkirakan mencapai 0,08 persen dari PDB (“skenario rendah”), dan 0,82 persen dari PDB (“skenario tinggi) pada 2020.

• “Skenario rendah” meliputi perluasan skema jaminan sosial bagi penyandang disabilitas berat dan jaminan

ia

sosial bagi lansia rentan.

es d on

• “Skenario tinggi” mencakup perluasan skema pensiun nonkontribusi bagi semua penyandang disabilitas dan

In l ia

skema pensiun universal bagi penduduk berusia di atas 55 tahun (usia pensiun di sektor formal).

os S

an g Rekomendasi kebijakan di atas diharapkan dapat dieksplorasi lebih lanjut oleh berbagai pihak yang terkait untuk

memperkuat pengembangan perlindungan sosial yang tengah berjalan.

lin er P

an as d

an L ju u

:: Men ia es

on d In

d i al on si

Na log ia

n D ka ar as d

B er l ia

os S

an g u n d lin

er P an as d

an L

ia n ila P en

Daftar Singkatan

ABND Assessment based national dialogue AIDS

Acquired immunodefi ciency syndrome APBN

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ART

Anti-Retroviral Treatment ARV Anti-Retroviral BAPPENAS

Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional BLK

Balai Latihan Kerja BLT

Bantuan Langsung Tunai BOS

Bantuan Operasional Sekolah BPS

Badan Pusat Statistik BPJS

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BULOG

Badan Urusan Logistik CCT

Conditional Cash Transfer CD4

Cluster of Differentiation 4 DJSN

Dewan Jaminan Sosial Nasional DPLK

Dana Pensiun Lembaga Keuangan DPPK

Dana Pensiun Pencari Kerja EAST

Education and Skills Training for Youth Employment FAO

Food and Agriculture Organization of the United Nations G20 Kelompok 20 GDP

Gross Domestic Product Gini coeffi cient Ukuran ketidaksetaraan dari distribusi, nilai 0 mencerminkan total keseteraan dan nilai 1 merupakan batas maksimum ketidaksetaraan HIV

Human immunodefi ciency virus IDR

Indonesian Rupiah (1 US $ = approx. IDR 8,500) ILO

International Labour Organization IMF

International Monetary Fund INA- CBG

Indonesia-Case Based Group INA-DRG

Indonesia-Diagnosis Related Group JHT

Jaminan Hari Tua JK Jaminan Kematian JKA

Jaminan Kesehatan Aceh JKK

Jaminan Kecelakaan Kerja JPS

Jaring Pengaman Sosial KUR

Kredit Usaha Rakyat Kemenakertrans Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kemendagri

Kementerian Dalam Negeri xi Kemenkes Kementerian Kesehatan

Kemensos Kementerian Sosial KPA

Komisi Penanggulangan AIDS

LHK

Luar Hubungan Kerja

LPS

Landasan Perlindungan Sosial

Menko Kesra Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat MTCT

Mother To Child Transmission

NGO

Non Governmental Organization

NTT

Nusa Tenggara Timur

ODHA

Orang dengan HIV/AIDS

OHCHR Offi ce of the High Commissioner for Human Rights P2KP

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan PBB Persatuan Bangsa-Bangsa PKH

Program Keluarga Harapan

PKSA

Program Kesejahteraan Sosial Anak

PMTAS Program Makanan Tambahan Anak Sekolah PNPM

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

ia es

Polri

Kepolisian Republik Indonesia

d on

PPA-PKH Pengurangan Pekerja Anak untuk Mendukung Program Keluarga

Program Pengembangan Kecamatan

u d PPP

Purchasing Power Parity

lin er

PT Perseroan Terbatas

P an

RAP Rapid Assessment Protocol (Protokol Penilaian Cepat)

d as an

Raskin

Beras untuk Orang Miskin

L ju u

RPJM Rencana Pembangunan Jangka Menengah SD

:: Men

Sekolah Dasar

ia es

SJSN

Sistem Jaminan Sosial Nasional

d on In

SMERU

Lembaga Penelitian Independen

al SMP

Sekolah Menegah Pertama

on si

SPF Social Protection Floor (Landasan Perlindungan Sosial)

Na

SSM

Subsidi untuk Siswa Miskin

ia log

n D SWS

Single Window Service (Layanan Satu Atap)

ka ar

TNI

Tentara Nasional Indonesia

as d er

TNP2K Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

B ia l

TKPK Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan

os S

TVET Technical and Vocational Education and Training

an g n u

UN United Nations (Persatuan Bangsa-Bangsa)

d lin er

UNAIDS Joint United Nations Program on HIV/AIDS,

P an

UNDESA United Nations Department of Economic and Social Affairs

d as an

UNDP United Nations Development Programme

n L ia

UNESCO United Nations Educational, Scientifi c and Cultural Organization

ila P en

UNFPA

United Nations Population Fund

UN-HABITAT United Nations Human Settlements Programme xii

UNHCR

UN Refugee Agency

UNICEF

United Nations Children’s Fund

UNODC United Nations Offi ce on Drugs and Crime UNRWA

United Nations Relief and Works Agency

USD

United States Dollars

VCT Voluntary counseling and testing WFP

United Nations World Food Programme WHO

World Health Organization WMO

World Meteorological Organization

xiii xiii

Penilaian Landasan Perlindungan Sosial Berdasarkan Dialog Nasional di Indonesia: : Menuju Landasan Perlindungan Sosial Indonesia

Pengantar

Sejak diamandemen pada tahun 2002, UUD 1945 mengakui hak seluruh penduduk untuk mendapatkan jaminan sosial, dan negara bertanggung jawab dalam penyediaan jaminan sosial bagi warga negara.

Perlindungan sosial tidak hanya sebatas pemenuhan hak, tetapi juga sebagai syarat terlaksananya pembangunan ekonomi dan pertumbuhan yang setara dan berkelanjutan. Perlindungan sosial memiliki peran penting dalam pengembangan tenaga kerja yang produktif, terdidik, terampil, dan sehat. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2010-2014) telah memprioritaskan dan mendorong pengembangan program-program yang dapat meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan bagi semua penduduk, akses terhadap pendidikan dan nutrisi bagi keluarga dengan anak, peluang kerja dan pendapatan berkelanjutan bagi penduduk usia kerja (produktif), dan jaminan pendapatan minimum bagi penduduk rentan, seperti penyandang disabilitas dan lansia telantar (Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang RPJMN 2010-2014).

Saat ini, lebih dari setengah penduduk di Indonesia memiliki akses terhadap asuransi kesehatan, baik dengan skema kontribusi maupun nonkontribusi. Salah satunya adalah Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat), yaitu skema asuransi kesehatan nonkontribusi yang telah menjangkau 32 persen penduduk miskin dan hampir miskin. Selain itu juga terdapat Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Bantuan Siswa Miskin (BSM) untuk menjamin semua anak, termasuk dari keluarga miskin, mendapatkan pendidikan dasar. Untuk memfasilitasi akses pendidikan dan kesehatan anak dan ibu dari keluarga sangat miskin, juga diberikan bantuan tunai bersyarat melalui Program Keluarga Harapan (PKH).

Berbagai program peningkatan kesejahteraan penyandang disabilitas, anak-anak, dan lanjut usia telantar juga diberikan dalam skala terbatas. Lebih lanjut, dikembangkan pula Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri baik di perdesaan maupun perkotaan untuk mendukung masyarakat dalam merancang prioritas pembangunan di wilayah mereka sendiri, termasuk melalui kegiatan pengembangan infrastruktur skala kecil, kegiatan ekonomi produktif dan layanan sosial bagi penduduk. Peluang kewirausahaan juga dikembangkan melalui program-program kredit usaha mikro.

Program-program penanggulangan kemiskinan yang ada saat ini dikelompokkan dalam tiga kelompok (kluster). Kelompok 1 meliputi bantuan sosial baik dalam bentuk tunai atau non tunai. Kelompok 2 mencakup program- program pemberdayaan masyarakat. Kelompok 3 meliputi program-program yang berupaya mendorong penciptaan dan pengembangan usaha kecil dan menengah, misalnya melalui program keuangan mikro (Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM) 2010-2014).

Pemerintah Indonesia juga memprioritaskan pengembangan lebih lanjut sistem jaminan sosial yang diamanatkan oleh UU Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU No. 40/2004). Undang-undang ini memberikan mandat perluasan cakupan kepesertaan jaminan sosial terhadap seluruh penduduk dalam hal jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan

1 kerja, jaminan hari tua, dan jaminan kematian. Pendekatan yang dipakai bersifat progresif, mencakup skema

bantuan iuran pemerintah bagi penduduk miskin, skema iuran ( jumlah nominal) bagi pekerja di luar hubungan kerja dan skema iuran (persentasi upah) bagi pekerja formal. Sebagai tindak lanjutnya, UU No. 24 Tahun 2011 mengamanatkan pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan mulai tahun 2014 dan BPJS Ketenagakerjaan mulai tahun 2015. Saat laporan ini ditulis, persiapan pembentukan BPJS tengah berjalan, mencakup bantuan iuran pemerintah bagi penduduk miskin, skema iuran ( jumlah nominal) bagi pekerja di luar hubungan kerja dan skema iuran (persentasi upah) bagi pekerja formal. Sebagai tindak lanjutnya, UU No. 24 Tahun 2011 mengamanatkan pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan mulai tahun 2014 dan BPJS Ketenagakerjaan mulai tahun 2015. Saat laporan ini ditulis, persiapan pembentukan BPJS tengah berjalan, mencakup

Kerangka Social Protection Floor (SPF) atau Landasan Perlindungan Sosial (LPS) yang dipromosikan oleh PBB dan negara-negara G20 merupakan perangkat untuk menggambarkan program-program perlindungan sosial dan pengentasan kemiskinan, serta untuk mengidentifi kasi opsi-opsi prioritas masa depan, dan mencari cara untuk meningkatkan sinergi kebijakan lintas program, meningkatkan efi siensi dan mengurangi fragmentasi melalui mekanisme penargetan yang lebih baik dan koordinasi antarprogram untuk mengurangi kerentanan orang miskin dan peningkatan kesejahteraan seluruh penduduk.

Konsep SPF atau LPS dirumuskan dalam bentuk rekomendasi ILO (Rekomendasi no.202) dan disetujui oleh seluruh peserta Konferensi Perburuhan Internasional ke-101 pada 14 Juni 2012. Peserta konferensi ini adalah perwakilan pemerintah, pekerja dan pengusaha dari seluruh anggota ILO. Dalam G-20, juga telah disepakati bahwa SPF akan

ia

diimplementasikan sesuai kondisi masing-masing negara. Untuk itu, beberapa negara tengah menyiapkan penilaian

es

on d kebutuhan terhadap SPF yang sesuai dengan perkembangan kondisi dan kebutuhan masing-masing negara.

In l ia

os S an g

n d u lin

er P an

as d an L u ju

:: Men ia es

on d In i

d al si on

Na log ia

n D ka ar d as er

ia l B os

S an g n d u lin

er P an as d

an n L ia

ila P en

Konteks

2.1. Konteks nasional

2.1.1. Peningkatan prioritas perlindungan sosial

Sebelum tahun 1997, Indonesia merupakan salah satu negara Asia yang memiliki kinerja ekonomi tinggi dengan rata-rata tingkat pertumbuhan (PDB) sebesar 7,4 persen per tahun (Bank Dunia, 1993). Perlindungan sosial saat itu belum menjadi bagian dari prioritas pemerintah dan belanja sosial pemerintah terkonsentrasi pada layanan sosial (Sumarto & Suryahadi, 2002). Krisis keuangan Asia pada tahun 1997 telah membuka mata semua pihak tentang kerentanan ekonomi Indonesia, serta pentingnya perlindungan sosial bagi seluruh penduduk. Meningkatnya tingkat pengangguran dan menurunnya upah riil yang dramatis telah menyebabkan 25 persen penduduk tidak miskin jatuh ke dalam jurang kemiskinan (Bank Dunia 2006). Sebagai respon terhadap krisis ini, Pemerintah meluncurkan program Jaring Pengaman Sosial nasional (JPS) pada tahun 1998. Program ini memberikan subsidi makanan pokok, pendidikan dasar, dan layanan kesehatan dasar, serta peluang kerja melalui kegiatan padat karya dan kredit usaha.

Setelah pulih dari krisis 1997, pertumbuhan ekonomi kembali menguat dan tingkat kemiskinan terus menurun. Tingkat kemiskinan nasional 1 turun dari 24,23 persen pada tahun 1998 menjadi 11,96 persen pada 2012 (BPS, 2012). Rata-rata konsumsi per kapita selama periode 1996-2010 tumbuh 1,4 persen. Sayangnya, pertumbuhan ini tidak selalu pro-rakyat miskin. Pada saat 10 persen orang terkaya menikmati pertumbuhan lebih dari 1,7 persen konsumsi rata-rata per kapita, 10 persen orang termiskin hanya mendapatkan 0,6 persen pertumbuhan (Bank Dunia, 2011a). Ketimpangan, sebagaimana ditunjukkan (secara nasional) oleh Indeks Gini, telah meningkat dari 0,32 di tahun 1996, menjadi 0,34 pada tahun 2007 dan berlanjut menjadi 0,41 pada tahun 2011.

Saat ini, meskipun kemiskinan ekstrim (extreme poverty) – yang ditandai dengan pengeluaran rata-rata per hari US$ 1 (purchasing power parity, PPP) atau kurang — relatif rendah, hampir separuh populasi mendekati kemiskinan (43,3 persen berada dalam batasan PPP sebesar US$ 2 per hari) (Bank Dunia, 2001a). Analisis atas data pendapatan dan konsumsi menunjukkan, besarnya pergerakan keluar-masuk dari kemiskinan, mencapai lebih dari 38 persen rumah tangga miskin pada tahun 2004, dan pada 2003 mereka belum masuk dalam kategori miskin (Bank Dunia, 2006); “Tiap tahun, banyak rumah tangga memiliki risiko tinggi untuk jatuh miskin, meskipun sebelumnya mereka tidak berada dalam kategori miskin”.

Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia mengalami kemajuan pesat terkait perluasan cakupan kepesertaan jaminan sosial bagi seluruh populasi, melalui amandemen UUD 1945 mengenai perluasan jaminan sosial bagi

1 Tingkat kemiskinan nasional dihitung berdasarkan proporsi orang yang berada di bawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan oleh BPS didefi nisikan sebagai “nilai per kapita pengeluaran per bulan untuk menyediakan makanan dan kebutuhan-kebutuhan nonpangan dasar.” Mengingat besar dan beragamnya negeri ini, garis kemiskinan ditetapkan dengan tingkat yang berbeda untuk provinsi dan daerah perkotaan maupun pedesaan di setiap provinsi. Rata-rata garis kemiskinan nasional pada 2011 adalah Rp 211.000.

seluruh penduduk dan dengan diundangkannya UU No. 40/2004 mengenai Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Hal ini memperlihatkan komitmen pemerintah terhadap perlindungan sosial bagi semua. Perkembangan terakhir menuju penerapan UU Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah disahkannya UU No. 24/2011 yang memberikan mandat perubahan kepada empat penyedia jasa jaminan sosial milik negara (PT Askes, PT Jamsostek, PT Taspen, dan PT Asabri) menjadi dua penyedia, yakni penyedia jasa asuransi kesehatan mulai tahun 2014, dan penyedia jasa jaminan sosial tenaga kerja mulai pertengahan tahun 2015.

2.1.2. Tinjauan skema kebijakan yang ada

Sistem perlindungan sosial pada prinsipnya terdiri atas jaminan sosial, bantuan sosial (yang merupakan bagian dari program anti kemiskinan yang lebih luas), dan subsidi pemerintah 2 . Skema dan program yang ada cenderung terfragmentasi dan tersebar di beberapa kementerian yang berbeda seperti Kementerian Kesehatan, Pendidikan, Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Sosial, Dalam Negeri, Pekerjaan Umum, dan sebagainya.

2.1.2.1. Skema Jaminan Sosial

ia es

Penyelenggaraan jaminan sosial yang ada saat ini dikelola oleh empat BUMN yang berbadan hukum PT (Perseroan

d on

Terbatas) In 3 yaitu:

ia l os

1. PT Jamsostek mengelola dana asuransi sosial bagi pekerja sektor swasta. Jamsostek memiliki empat skema:

an g n

jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan pemeliharaan kesehatan dan jaminan hari tua.

d u lin

2. PT Taspen mengelola program tabungan hari tua dan dana pensiun bagi pegawai negeri.

er P

3. PT Askes menyediakan asuransi kesehatan bagi pegawai negeri sipil (PNS), pensiunan PNS serta pensiunan

an

as d TNI/Polri.

an L u ju

Tabel 1: Program-Program Jaminan Sosial

:: Men

Kelompok Sasaran

Jenis Manfaat

Institusi

Pengawas Kementerian

ia es on d

TNI dan Polri

Dana Pensiun, Tabungan

PT Asabri

Kementerian Pertahanan,

In

hari tua, Kematian,

Kementerian BUMN

al si on

Kecelakaan Kerja,

n D Perawatan Kesehatan

Rumah Sakit TNI

ka ar

PT Askes (bagi

Pegawai Negeri

Dana Pensiun, Tabungan

PT Taspen

Kementerian Keuangan

S g an

hari Tua, Kematian,

Asuransi Kesehatan

PT Askes

Kementerian Kesehatan,

as d

Kementerian BUMN,

an

ia n L ila P en

Kementerian Keuangan

Kementerian Tenaga Swasta

Karyawan Sektor

Tabungan Hari Tua,

PT Jamsostek

Kematian, Kecelakaan

Kerja & Transmigrasi,

4 Kerja

Kementerian BUMN

Perawatan Kesehatan

PT Jamsostek (opsional)

2 Dalam beberapa literatur misalnya Grosh et al (2008), subsidi pemerintah tidak dimasukkan sebagai bagian dari sistem perlindungan sosial. Terdapat kontroversi pada subsidi komoditas terutama yang sebagian besar dinikmati oleh kelompok nonmiskin (misalnya subsidi BBM dan subsidi listrik).

4. PT Asabri menyediakan program tabungan hari tua dan program pensiun serta asuransi kematian dan kecelakaan kerja bagi anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI), anggota Kepolisian Republik Indonesia (Polri) dan pegawai negeri di lingkungan Kementerian Pertahanan. Angkatan bersenjata juga memiliki beberapa fasilitas kesehatan tersendiri.

Sementara itu, mayoritas pekerja sektor informal belum tercakup dalam sistem jaminan sosial. Secara terbatas, Program Asuransi Kesejahteraan Sosial (Askesos) dari Kementerian Sosial bekerja sama dengan PT Jamsostek saat ini menyediakan skema asuransi kecelakaan kerja dan asuransi kematian kepada beberapa kelompok pekerja informal seperti pedagang keliling dan pengusaha mikro. Selain itu, juga terdapat inisiatif berupa program percontohan berskala kecil dari PT Jamsostek untuk pekerja di luar hubungan kerja (Jamsostek LHK) yang menyediakan asuransi kesehatan, kecelakaan kerja, jaminan hari tua, dan kematian.

2.1.2.2. Bantuan Sosial dan subsidi

Bantuan sosial disediakan melalui berbagai program yang menyediakan akses terhadap pendidikan, perawatan kesehatan, pangan, infrastruktur sosial dan peluang kerja. Berbagai program ini diimplementasikan oleh berbagai kementerian terkait.

Subsidi pemerintah, baik yang sifatnya universal maupun yang ditargetkan, terdiri dari subsidi energi (bahan bakar dan listrik) yang bersifat universal dan subsidi nonenergi (raskin, pupuk, bibit, kredit, kedelai, minyak goreng dsb) yang ditargetkan untuk kategori penduduk tertentu.

Tabel 2: Bantuan Sosial dan Subsidi Kelompok Sasaran

Jenis manfaat

Program

Pengawas Kementerian

Rumah tangga

Kementerian Kesehatan miskin

Perawatan Kesehatan Gratis

Jamkesmas

Beras bersubsidi

Raskin

Kemenko Kesra

Bantuan Langsung Tunai

PKH, PKSA

Kemensos

bersyarat Bantuan tunai

JSPACA

Kemensos

Rp 300.000 per bulan bagi penyandang disabilitas berat

Bantuan tunai

JSLU

Kemensos

Rp 300.000 per bulan bagi lansia rentan telantar

Beasiswa yang mencakup biaya

Beasiswa untuk

Kementerian Pendidikan

buku, seragam dsb

siswa miskin

Masyarakat miskin

Dana Langsung (Block grant)

PNPM

Kemenko Kesra (PNPM

kepada masyarakat untuk

pedesaan di bawah

pembangunan infrastruktur

Kementerian Dalam

sosial dan fi sik di kecamatan

Negeri, PNPM perkotaan

dan desa/kelurahan.

di bawah Kementerian Pekerjaan Umum 4

Kemenko Perekonomian 5 mikro

Usaha kecil dan

Pemberdayaan usaha kecil dan

Kredit Usaha

mikro melalui program kredit

Rakyat (KUR)

mikro

Bersifat Umum/

5 Universal

Persalinan Gratis

Jampersal

Kementerian Kesehatan

Bantuan Langsung Sekolah

BOS

Kementerian Pendidikan

4 Juga didukung beberapa sektor lainya seperti Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan Kementerian Pariwisata)

5 Beserta instansi-instansi pembina, di antaranya Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Kehutanan,

2.1.2.3. Dari subsidi ke program pengentasan kemiskinan

Berawal dari pengalihan alokasi subsidi BBM ke program perlindungan sosial, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014 (dalam Peraturan Pemerintah No. 5/2010) mempertajam fokus pengentasan kemiskinan melalui pengelompokan program-program penanggulangan kemiskinan. Melalui Peraturan Presiden No. 15/2010 koordinasi program-program pengentasan kemiskinan nasional ditingkatkan langsung di bawah kantor Sekretariat Wakil Presiden untuk mempermudah sinergi multi sektor dan agenda penanggulangan kemiskinan yang beragam di bawah kementerian yang berbeda. Dengan transformasi ini, TKPK (Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan yang sebelumnya di bawah Kementerian Koordinator Kesra berubah nama menjadi TNP2K (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan).

Koordinasi program-program pengentasan kemiskinan dikelola dalam tiga kelompok (kluster) sebagai berikut: (i) Kelompok bantuan sosial bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kaum miskin, dengan menyasar unit-

unit rumah tangga. Instrumen kelompok ini antara lain asuransi kesehatan bagi orang miskin (Jamkesmas), subsidi beras untuk orang miskin (Raskin), Bantuan Langsung Tunai Bersyarat (Program Keluarga Harapan/ PKH), beasiswa bagi kaum miskin, dan bantuan sosial bagi penyandang disabilitas, lansia dan anak telantar.

ia es

(ii) Kelompok pemberdayaan masyarakat dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas dan pendapatan kaum

d on In

miskin, dan untuk melibatkan masyarakat miskin dalam proses-proses pembangunan. Program Nasional

l ia os

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) adalah instrumen utama dari Kelompok ini.

S an

(iii) Kelompok pemberdayaan usaha kecil dan mikro bertujuan untuk mendukung pengembangan usaha kecil

d dan mikro. Instrumen utama kluster ini adalah program kredit usaha rakyat (KUR).

2.1.3 Kerangka Hukum

u ju

Dasar hukum dari berbagai program perlindungan sosial yang ada saat ini adalah sebagai berikut:

:: Men ia es

Tabel 3: Kerangka Hukum

on

d In i

d Nama skema atau program

Kerangka Hukum

al on

dan manfaat utama

si Na

JAMSOSTEK (kecelakaan • UU No. 3/1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja

log ia

kerja, kematian, jaminan hari • Peraturan Pemerintah No. 14/1993 tentang Program Jaminan

n D ka

tua untuk sektor formal)

Sosial Tenaga Kerja

ar d as er

JAMSOSTEK (pemeliharaan ia l B kesehatan bagi sektor formal)

os S

g an

ASKES (kesehatan bagi PNS, • Peraturan Pemerintah No. 69/1991 mengenai Pemeliharaan

d pensiunan PNS, pensiunan Kesehatan Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun, Veteran,

lin

ABRI dan veteran)

Perintis Kemerdekaan beserta Keluarganya

er P

• Peraturan Pemerintah No. 28/2003 tentang Subsidi dan Iuran

an as

Pemerintah dalam Penyelenggaraan Asuransi Kesehatan bagi

d an

Pegawai Negeri Sipil dan Penerima Pensiun

n L ia ila

JAMKESMAS

• UU No. 11/2009 tentang Kesejahteraan Sosial

P en

• UU No. 36/2009 tentang Kesehatan • Keputusan Menteri Kesehatan No. 686/2010 tentang Pedoman

Pelaksanaan Program Jamkesmas

JAMPERSAL

• UU No. 11/2009 tentang Kesejahteraan Sosial • UU No. 36/2009 tentang Kesehatan • Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

2562/MENKES/PER/XII/2011 tentang Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan

Nama skema atau program

Kerangka Hukum

dan manfaat utama

TASPEN • UU No. 11/1969 tentang Pensiun Pegawai dan Pensiun Janda/

Duda Pegawai • Peraturan Pemerintah No 25/1981 tentang Asuransi Sosial bagi

PNS

ASABRI • Peraturan Pemerintah No. 67/1991 tentang Asuransi Sosial untuk

ABRI

JAMSOSTEK untuk pekerja

• UU No. 3/1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja

informal

• UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan • Peraturan Kemenakertrans No. 24/2006 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja bagi Tenaga Kerja yang Melakukan Pekerjaan di Luar Hubungan Kerja

ASKESOS (Asuransi

• UU No. 11/2009 tentang Kesejahteraan Sosial

kesejahteraan sosial bagi • Keputusan Menteri Sosial No. 51/2003 tentang Program Jaminan pekerja informal)

Sosial bagi Masyarakat Rentan dan Tidak Mampu melalui Pola Asuransi Kesejahteraan Sosial dan Bantuan Kesejahteraan Sosial Permanen

BOS (Bantuan Operasional • UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Sekolah untuk kelas I-IX)

• Peraturan Pemerintah No. 47/2008 tentang Wajib Belajar • Peraturan Pemerintah No. 48/2008 tentang Pembiayaan

Pendidikan • Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.37/2010 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana BOS Tahun Anggaran 2011

Beasiswa untuk siswa miskin • UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (sekolah dasar – universitas)

• Peraturan Pemerintah No. 47/2008 tentang Wajib Belajar • Peraturan Pemerintah No. 48/2008 tentang Pembiayaan

Pendidikan

PKH (Program Keluarga

• UU No. 11/2009 tentang Kesejahteraan Sosial

Harapan) • Instruksi Presiden No. 3/2010 tentang Program Pembangunan

yang berkeadilan sosial

RASKIN (subsidi beras untuk

• UU No. 11/2009 tentang Kesejahteraan Sosial

kaum miskin) • Keputusan Menko Kesra No. 35/2008 tentang Tim Koordinasi

Raskin

PNPM (Program Nasional

• UU No. 11/2009 tentang Kesejahteraan Sosial

Pemberdayaan Masyarakat) • Instruksi Presiden No. 3/2010 Program Pembangunan yang

berkeadilan • Keputusan Kemenko Kesra No. 25/2007 tentang Pedoman PNPM

Mandiri

KUR (kredit mikro, skema

• UU No. 11/2009 tentang Kesejahteraan Sosial

jaminan dengan subsidi • Instruksi Presiden No. 3/2010 tentang Program Pembangunan Pemerintah)

yang Berkeadilan • Instruksi Presiden No. 6/2007 tentang Percepatan Pengembangan

Sektor Riil dan Pemberdayaan UKM • Peraturan Menteri Keuangan No. 135/2008 tentang fasilitasi

jaminan untuk KUR

Bantuan bagi Penyandang • UU No. 19/2011 tentang Ratifi kasi Konvensi PBB atas Hak disabilitas

Penyandang Disabilitas • UU No. 11/2009 tentang Kesejahteraan Sosial • UU No. 4/1997 tentang Penyandang Cacat

Nama skema atau program

Kerangka Hukum

dan manfaat utama

• Peraturan Pemerintah No. 43/1998 tentang Upaya Peningkatan

Kesejahteraan Penyandang Cacat • Peraturan Dirjen Perbendahaaran Negara, Kementerian Keuangan No. 20/2006 tentang Pencairan Tunai bagi Penyandang disabilitas Parah dan Orang Tua Telantar

• Instruksi Presiden No. 3/2010 tentang Program Pembangunan

Berkeadilan

Bantuan untuk Lanjut Usia

• UU No. 11/2009 tentang Kesejahteraan Sosial

yang rentan

• UU No. 13/1998 tentang Lanjut Usia • Peraturan Pemerintah No. 43/2004 tentang Upaya Peningkatan

Kesejahteraan Lansia • Peraturan Dirjen Perbendahaaran Negara, Kementerian Keuangan No. 20/2006 tentang Pencairan Tunai bagi Penyandang Cacat Parah dan Orang Tua Terlantar

• Instruksi Presiden No. 3/2010 tentang Program Pembangunan

Program Kesejahteraan Sosial

• UU No. 11/2009 tentang Kesejahteraan Sosial

ia

os S

Anak (PKSA)

• UU No. 4/1979 tentang Kesejahteraan Anak

an n g

• UU No. 23/2002 tentang Perlindungan Anak

• Keputusan Menteri Sosial No. 15/2005 tentang Pedoman Umum

lin

untuk Pelaksanaan PKSA

er P

• Instruksi Presiden No. 3/2010 tentang Program Pembangunan

an d as

yang Berkeadilan

an L ju u

Catatan: Tabel kerangka hukum di atas berdasarkan program-program yang berjalan saat laporan ini ditulis, belum

:: Men

ia es

mencakup UU SJSN beserta peraturan pendukungnya (antara lain Rancangan Peraturan Presiden tentang Jaminan on d Kesehatan dan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang PBI Jaminan Kesehatan).

In i d

al Lihat Lampiran 2 untuk Konvensi Internasional yang diratifi kasi oleh Indonesia, yang relevan dengan prinsip-prinsip

on si

Landasan Perlindungan Sosial. Lampiran tersebut juga berisi kerangka hukum nasional berdasarkan konvensi-

Na

konvensi tersebut

ia log n D ka

ar

2.1.3.1. Jaminan Sosial Tenaga Kerja

d as l B er ia

Undang-undang Jaminan Sosial yang berlaku saat ini adalah UU No.3/1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga

os

Kerja S 6 . Undang-undang ini menyatakan bahwa setiap karyawan memiliki hak atas jaminan sosial tenaga kerja

an

n g dan bahwa setiap perusahaan wajib menyediakan jaminan sosial kepada karyawannya yang melakukan pekerjaan

d u lin

dalam hubungan kerja. Sedangkan program jaminan sosial untuk pekerja yang bekerja di luar hubungan kerja

er P

akan diatur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah. Iuran jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, dan

an d as

jaminan kematian ditanggung oleh pengusaha dan iuran jaminan hari tua ditanggung bersama oleh pengusaha

an ia n L

dan karyawan. Undang-undang ini mencakup skema-skema jaminan sosial berikut ini: jaminan kesehatan, jaminan

kecelakaan kerja, jaminan hari tua dan jaminan kematian bagi pekerja dan tanggungan mereka.

ila

P en

2.1.3.2. Jaminan sosial untuk tenaga kerja sektor swasta formal

8 Peraturan Pemerintah No. 14/1993 tentang program Jaminan Sosial Tenaga Kerja merupakan penjabaran dari UU

No. 3/1992, khususnya untuk pekerja dalam hubungan kerja. Peraturan ini menyatakan bahwa partisipasi dalam Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, dan Jaminan Kematian dalam Program Jamsostek adalah wajib, dan

6 UU No. 3 Tahun 1992 akan disesuaikan dengan substansi UU SJSN dan UU BPJS.

pengusaha dapat memilih untuk memberi skema asuransi kesehatan di luar Jamsostek (asuransi swasta ataupun layanan kesehatan sendiri) sepanjang skema tersebut menyediakan manfaat yang lebih baik.

2.1.3.3. Jaminan sosial Pegawai Negeri Sipil dan anggota TNI, Polri, dan PNS Kementerian Pertahanan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 69/1991, PNS aktif, pensiunan PNS, pensiunan TNI dan Polri, veteran dan tanggungan mereka berhak atas asuransi kesehatan yang dikelola oleh PT Askes. Iuran Askes ditanggung bersama antara pekerja dan pemerintah (dinyatakan dalam peraturan Pemerintah No. 28/2003). Anggota TNI, Polri, dan PNS Kementerian Pertahanan yang masih aktif mendapat perawatan kesehatan tersendiri, melalui pelayanan kesehatan dan rumah sakit khusus.

Pegawai negeri sipil dan anggota TNI/Polri saat ini merupakan satu-satunya kelompok yang menerima skema pensiun bulanan, yang dibayarkan kepada pensiunan maupun ahli waris bagi pensiunan yang sudah meninggal. Selain itu, mereka juga berhak mendapatkan tabungan hari tua yang diterima sekaligus saat mencapai usia pensiun. Dana pensiun dan tabungan hari tua untuk PNS dikelola oleh PT Taspen (berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 25/1981). Dana pensiun dan tabungan hari tua maupun asuransi sosial anggota TNI dan Polri dikelola oleh PT Asabri (berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 67/1991).

2.1.3.4. Jaminan sosial bagi pekerja di sektor informal