Untuk mendukung perancangan mekanisme yang efektif, database, dan pemetaan mengenai ekonomi formal
42 Untuk mendukung perancangan mekanisme yang efektif, database, dan pemetaan mengenai ekonomi formal
perlu dibuat.
10 Pada 2009, ada 898.886 pencairan untuk program jaminan hari tua dan Jamsostek melakukan pembayaran total sebesar Rp 5.789,84 miliar dana jaminan (laporan tahunan Jamsostek 2009).
Penyusunan Peta Jalan (roadmap) BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan
Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) beserta lembaga terkait lainnya (Kemenkes, Bappenas, Kemenakertrans dan lain-lain) tengah menyusun peta jalan untuk BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Upaya bersama dan koordinasi yang erat antarlembaga sangat diperlukan agar peta jalan yang dihasilkan menjadi dokumen yang komprehensif.
4.4.1.3. Perbaikan database dan mekanisme penargetan
Database yang andal serta mekanisme penargetan yang jelas merupakan syarat bagi kesusksesan program perlindungan sosial. Sebagaimana kita ketahui, masih banyak program yang belum memiliki komponen tersebut dan hal ini perlu menjadi perhatian. Program-program yang menyasar kelompok khusus seperti PKSA, JSLU atau JSPACA akan sangat terbantu apabila kedua komponen tersebut diperbaiki. Perlu juga diperhatikan juga bahwa database memiliki informasi mengenai jenis kelamin, sehingga sensitifi tas jender dalam program dapat dimonitor. Sebagai contoh, dalam konsultasi Penilaian ini sempat diutarakan kekhawatiran adanya bias jender dalam program beasiswa miskin, di mana siswa laki-laki lebih banyak menerima manfaat ketimbang siswa perempuan. Isu-isu semacam ini perlu dipertimbangkan ketika membuat database.
Upaya untuk memperbaiki database telah berjalan, salah satunya dengan dibuatnya basis data terpadu untuk program perlindungan sosial yang berisi informasi mengenai 40 persen pendidik dengan kondisi sosial eonomi terendah (dataset PPLS 2011, dikelola oleh TNP2K). Database yang baru itu dimaksudkan untuk dijadikan dasar penargetan oleh semua program perlindungan sosial. Pengadopsian database tersebut tengah dalam proses, sehingga kegunaannya serta dampaknya terhadap efektifi tas program baru akan terlihat beberapa tahun ke depan. Masih ada beberapa pertanyaan mengenai apakah informasi yang terkandung dalam database tersebut cukup terperinci untuk digunakan oleh semua program, khususnya program yang membutuhkan informasi khusus mengenai sasarannya (misalnya PKSA, JSLU). Selain itu, perlu diingat bahwa penggunaan database harus disertai dengan mekanisme penargetan yang andal.
Hal lain yang perlu diingat mengenai database adalah metode dan frekuensi pembaruan (updating) data. Indonesia merupakan negara besar dengan kondisi sosial-ekonimu yang sangat dinamis, sehingga mekanisme pembaruan data harus responsif.
4.4.1.4. Merancang dan mengujicoba Layanan Satu Atap program-program perlindungan sosial, yang
bertujuan untuk: Mempermudah akses warga terhadap sistem perlindungan sosial
Keterbatasan akses merupakan persoalan yang cukup besar, khususnya untuk orang-orang di sektor informal. Kapasitas PT Askes dan PT Jamsostek, dua BUMN yang akan ditransformasi menjadi BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, saat ini hanya mengakomodasi sektor formal. Layanan mereka juga belum menjangkau masyarakat di daerah terpencil. Banyak program perlindungan sosial menghadapi masalah serupa, di mana jangkauan program terhambat terbatasnya akses. Perlu adanya mekanisme untuk memudahkan pendaftaran, pemungutan iuran, dan pembayaran klaim yang bertempat di tingkat lokal dan terjangkau oleh seluruh warga.
Sistem “Layanan Satu Atap” untuk program perlindungan sosial dapat memfasilitasi kebutuhan tersebut. Sebuah sistem yang ditempatkan di struktur yang sudah ada (misalnya di kecamatan), berfungsi untuk memberi informasi tentang program yang ada kepada masyarakat, melakukan penilaian kerentanan dan keterampilan yang dimiliki calon penerima manfaat, memfasilitasi pendaftaran ke program perlindungan sosial maupun program ketenagakerjaan yang sesuai dengan kondisi mereka, meyimpan dan meperbarui database di wilayah tersebut, dan menggunakan
43 data untuk monitoring dan evaluasi program. Mekanisme ini perlu dirancang dan diujicoba di beberapa daerah
sebelum menemukan bentuk yang sesuai.
Memfasilitasi koordinasi untuk menghindari tumpang tindih antar program
Layanan satu atap tersebut menyimpan database mengenai berbagai program dan penerima manfaat di wilayahnya. Hal ini akan memudahkan pelaksana program melakukan penargetan, implementasi serta monitoring yang lebih koheren satu sama lain. Informasi mengenai penerima manfaat dari masing-masing program dapat diuji silang dan diverifi kasi di tingkat lokal, untuk menghindari tumpang tindih.
Mengaitkan perlindungan sosial dengan program-program ketenagakerjaan
Integrasi pelayanan program-program perlindungan sosial dengan program-program ketenagakerjaan di bawah pelayanan satu atap dapat memberi peluang bagi penerima manfaat untuk meningkat secara progresif dari sekedar penerima bantuan sosial dasar, menjadi peserta pelatihan dan penempatan kerja, dan kemudian mendapat (atau menciptakan) pekerjaan yang layak sehingga mereka dapat menjadi peserta jaminan sosial dan membayar iuran.
*Catatan: Rekomendasi mengenai studi kelayakan Pelayanan Satu Atap menjadi salah satu kegiatan yang akan dilaksanakan dibawah proyek ILO-Korea yang berjudul “Promoting income security and return to employment for workers in vulnerable employment and the formal sector in ASEAN ”.
ia es on
4.4.2. Rekomendasi untuk Jaminan Kesehatan
d ia l In os
S an
4.4.2.1. Membuat dan mengaplikasikan paket manfaat yang spesifi k dan jelas
g d u n lin
Belajar dari pengalaman Jamkesmas, asuransi kesehatan dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional perlu memiliki
er P
paket manfaat yang menyebutkan secara spesifi k layanan apa saja yang ditanggung, disertakan daftar (checklist)
an
as d layanan apa saja yang tersedia di masing-masing penyedia layanan di tiap level (puskesmas, klinik, rumah sakil
an L
dan seterusnya) dan memastikan ada petugas kesehatan yang dapat memberi layanan tersebut. Para penerima
ju u
manfaat harus mengetahui mengenai apa saja yang terdapat dalam paket manfaat, dan perlu ada mekanisme
:: Men
kontrol atau pengaduan (hotline).
ia es
on d Paket manfaat untuk asuransi kesehatan di bawah SJSN tengah dirancang oleh beberapa lembaga (DJSN, TNP2K,
In i
d Kemensos)
al on si
Na
4.4.2.2. Memasukkan pengobatan dan pencegahan beberapa penyakit yang saat ini tidak ditanggung,
ia log
dan memastikan paket manfaat yang diterapkan BPJS Kesehatan memiliki tingkat perlindungan n D yang setara atau lebih baik dari program-program yang sudah ada.
ka ar d as er
Beberapa penyakit seperti antiretroviral untuk HIV dan hemodialisis saat ini tidak ditanggung oleh kebanyakan
B l ia
asuransi, terkecuali Jamsostek JPK (yang baru-baru ini menambahkan operasi jantung, hemodialisis, pengobatan
os S
kanker, dan HIV dalam paket asuransi mereka). Penting untuk ditekankan bahwa berdasarkan UU SJSN, sistem
an g u n
yang baru nanti tidak boleh memiliki perlindungan yang lebih rendah dibandingkan dengan yang sudah diterima.
d lin
Dengan demikian, paket manfaatnya harus mencakup pengobatan penyakit-penyakit yang ada dalam paket
Pengobatan antiretroviral untuk ODHA
ia n L ila
Tidak tercakupnya HIV dalam banyak asuransi yang ada mendapat perhatian khusus dari para pemangku
en P
kepentingan, salah satunya karena penanggulangan HIV merupakan bagian dari indikator Tujuan Pembangunan Milenium. Mereka juga menekankan bahwa peanggulangan infeksi tersebut bukan hanya meningkatkan kualitas
44 hidup pengidapnya, tetapi juga membantu mengurangi penyebaran virus tersebut. Pencegahan dan pengobatan harus berjalan bersama dan menjadi bagian dari strategi jaminan kesehatan nasional. Biaya untuk pengobatan dan
pencegahan virus tersebut dilihat sebagai investasi untuk mencegah pengeluaran yang lebih besar dimasa depan apabila virus tersebut tidak ditangani dengan baik.
Pencegahan penularan virus serius dari ibu ke bayi, seperti HIV dan Sipilis
Seiring pentingnya investasi dalam pencegahan virus, para pemangku kepentingan (khususnya lembaga yang berhubungan dengan HIV seperti UNAIDS, KPA, WHO, UNICEF dan lain-lain) mengutarakan perlunya meningkatkan kesehatan ibu dan anak dengan menyediakan pemeriksaan dan pengobatan virus yang dapat ditularkan dari ibu kepada bayinya, seperti HIV dan Sipilis, untuk semua wanita hamil. Pencegahan penularan dari ibu ke anak (mother to child transmission —PMTCT) untuk virus HIV sangatlah penting untuk mengurangi prevalensi HIV pada anak- anak. Sipilis, yang pemeriksaan dan pengobatannya sebenarnya sangat murah, terbukti dapat ‘mengakibatkan dampak yang sangat buruk terhadap kehamilan seperti kematian bayi dalam kandungan, keguguran, maupun infeksi serius pada bayi dan berat badan bayi rendah’ (WHO, 2005).