REALISASI APBD DI WILAYAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

4.1. REALISASI APBD DI WILAYAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

4.1.1 REALISASI PENERIM AAN

Komposisi pendapatan pemerintah daerah (Pemda) di w ilayah Provinsi Kepulauan Riau yang mencakup Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dan 7 kabupaten/kota lainnya 2

berdasarkan APBD tahun 2014, pos pendapatan terbesar berasal dari dana perimbangan (72% ) dan pendapatan asli daerah (19% ) sedangkan sisanya berasal dari pos lain-lain pendapatan yang sah (3% ), transfer pemerintah provinsi (3% ) dan transfer pemerintah pusat lainnya (3% ). Anggaran pendapatan terbesar di w ilayah Provinsi Kepulauan Riau yaitu Provinsi Kepulauan Riau sebesar Rp 2.970 miliar atau 27% kemudian Kota Batam sebesar Rp 1.840 miliar atau 17% .

1 Data APBD merupakan gabungan mencakup 7 Kab/kota (Kota Batam, Kota Tanjungpinang, Kab Lingga, Kab Bintan, Kab Kep Anambas, Kab Natuna dan Kab. Karimun) dan Provinsi Kepulauan Riau

2 (Kota Batam, Kota Tanjungpinang, Kab Lingga, Kab Bintan, Kab Kep Anambas, Kab Natuna dan Kab. Karimun)

Pendapatan Asli Daerah

Dana Perimbangan

UN Y

IL R T

Transfer pemerintah pusat

lainnya

Transfer Pemerintah Provinsi

Transfer yang sah Lain-lain

Lain-lain pendapatan daerah

Pendapatan Asli

pemerintah pusat

Pemerintah pendapatan

lainnya

Provinsi

daerah yang sah

Grafik 4.1 Komposisi Pendapatan Pemda Grafik 4.2 Realisasi Pendapatan Pemda

Realisasi pendapatan Pemda di w ilayah Provinsi Kepulauan Riau triw ulan II-2014 mencapai Rp 4.160 miliar atau 38,4% dari pendapatan yang dianggarkan sebesar Rp10.832 miliar. Berdasarkan persentase antara realisasi dan anggaran, realisasi pendapatan Pemda terbesar berasal dari hasil kekayaan yang dipisahkan sebesar Rp 25 miliar atau 101,5% dari total anggaran sebesar Rp 24 miliar diikuti realisasi lain-lain PAD yang sah sebesar Rp 221 miliar atau 100,09% dari target sebesar Rp 220 miliar sedangkan realisasi pendapatan asli daerah sebesar Rp 782 miliar atau 38,59% dari target Rp 2.026 miliar.

Tabel 4.1 Anggaran Pendapatan Pemerintah Daerah di Wilayah Provinsi Kepulauan Riau 3

Sumber pendapatan terbesar berdasarkan realisasi triw ulan II 2014 berasal dari dana perimbangan sebesar Rp 2.941 miliar atau 37,49% dari anggaran yang ditetapkan sebesar Rp 7.845 miliar dan diikuti oleh realisasi pendapatan asli daerah sebesar Rp 782 miliar. Pos

3 Data APBD merupakan gabungan mencakup 7 Kab/kota (Kota Batam, Kota Tanjungpinang, Kab Lingga, Kab Bintan, Kab Kep Anambas, Kab Natuna dan Kab Karimun) dan Provinsi Kepulauan Riau 3 Data APBD merupakan gabungan mencakup 7 Kab/kota (Kota Batam, Kota Tanjungpinang, Kab Lingga, Kab Bintan, Kab Kep Anambas, Kab Natuna dan Kab Karimun) dan Provinsi Kepulauan Riau

Perkembangan realisasi pendapatan asli daerah triw ulan II 2014 sebesar Rp 782 miliar atau 38,59% dari target yang ditetapkan sebesar Rp 2.026 miliar. Pos penerimaan pendapatan asli daerah terbesar berasal dari pajak daerah sebesar Rp 478,9 miliar, lain-lain PAD yang sah sebesar Rp 221 miliar, retribusi daerah sebesar Rp 56,9 miliar dan hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan Rp 25 miliar.

Pendapatan asli daerah meningkat cukup signifikan pada triw ulan II-2014 yaitu sebesar Rp 782 miliar dari triw ulan sebelumnya yang hanya Rp 225 miliar atau meningkat sebesar 248% . Sumbangsih terbesar untuk realisasi pendapatan asli daerah bila dibandingkan total realisasi pendapatan terjadi di Kabupaten Karimun mencapai 49,07% , di atas pencapaian rata-rata seluruh kabupaten/kota sebesar 15,95% sedangkan pencapaian terkecil pada Kabupaten Natuna dengan realisasi 1,96% .

Saat ini persentase rata-rata sumbangsih dana perimbangan terhadap total pendapatan Pemda di w ilayah Kepulauan Riau adalah sebesar 75% , dimana sumbangsih terbesar adalah Kabupaten Anambas dengan persentase mencapai 94% . Hal ini menunjukkan bahw a Pemda saat ini masih bergantung pada pendapatan dari pemerintah pusat (dana perimbangan). Dalam rangka mendorong perekonomian daerah, selain mengandalkan pendapatan dari dana perimbangan, Pemda dapat lebih mengoptimalkan pendapatan asli daerah.

Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan pendapatan dari komoditi produk dan jasa unggulan dari masing-masing daerah. Sebagai contoh seperti di Kabupaten Lingga terdapat komoditas sagu yang masih bisa diberdayakan secara optimal mengingat potensi sumber daya alam berupa lahan raw a-raw a untuk pengembangan komoditi sagu cukup luas yaitu sekitar 5.570 Ha. Selain itu juga usaha perikanan tangkap yang berorientasi ekspor masih bisa dioptimalkan dengan sarana teknologi untuk penangkapan ikan. Pengembangan komoditi unggulan dapat menjadi penyokong pendapatan asli daerah.

4.1.2 REALISASI BELANJA

Komposisi belanja Pemda di w ilayah Provinsi Kepulauan Riau yang mencakup Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dan 7 kabupaten/kota lainnya 4 berdasarkan APBD tahun

4 (Kota Batam, Kota Tanjungpinang, Kab Lingga, Kab Bintan, Kab Kep Anambas, Kab Natuna, Kab Karimun dan Provinsi Kepulauan Riau)

2014, pos belanja terbesar berasal dari belanja operasi 71% sedangkan sisanya berasal dari belanja modal 27% , transfer pemerintah daerah 2,09% dan belanja tidak terduga 0,12% . Anggaran belanja terbesar di w ilayah Provinsi Kepulauan Riau yaitu Provinsi Kepulauan Riau sebesar Rp 3.245 miliar kemudian Kota Batam sebesar Rp1.975 miliar.

Belanja Operasi

Belanja M odal

Belanja Tidak Terduga

Transfer Pemerintah

Belanja Operasi

Belanja Modal

Belanja Tidak Transfer Pemerintah Terduga

Daerah

Grafik 4.3 Komposisi Anggaran Belanja Grafik 4.4 Realisasi Belanja Pemda Realisasi belanja pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota di w ilayah

Provinsi Kepulauan Riau triw ulan II-2014 mencapai Rp 3.200 miliar atau 26,31% dari anggaran sebesar Rp12,162 miliar dengan nilai belanja terbesar pada kelompok belanja operasi. Untuk pos pengeluaran belanja operasi, belanja terbesar dialokasikan untuk belanja pegaw ai sebesar Rp 1.365 milar (42,66% ) dan belanja barang dan jasa Rp 1.051 miliar (32,87% ) dari total anggaran yang telah ditetapkan.

Sementara belanja modal sebesar Rp 374 miliar (11,72% ) dengan realisasi anggaran terbesar untuk belanja modal jalan, irigasi dan jaringan sebesar Rp 147 miliar atau 4,6% diikuti belanja modal peralatan dan mesin sebesar Rp 82 miliar atau 2,57% , dan belanja modal gedung dan bangunan sebesar Rp 64 miliar atau 2% dari total anggaran yang telah ditetapkan. Pos belanja tidak terduga dan transfer untuk t riw ulan II-2014, realisasi anggaran hanya mencapai Rp 151 miliar atau 4,72% dengan belanja tidak terduga sebesar 0,06% dan transfer pemerintah daerah sebesar 4,66% .

Realisasi belanja modal Pemda terbesar untuk triw ulan II-2014 adalah Provinsi Kepulauan Riau dengan 16,4% diikuti oleh Kabupaten Bintan dengan 15,91% dan Kota Batam dengan 12,24% . Sementara realisasi belanja modal terkecil adalah Kabupaten Lingga dengan 0,45% dengan rata-rata presentase sebesar 9,94% untuk kabupaten/kota di w ilayah Kepulauan Riau. Hal ini menunjukkan bahw a pengeluaran Pemda yang disalurkan untuk kegiatan ekonomi yang produktif baru terealisasi sebesar 10% dari total belanja, sementara belanja modal merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Tabel 4.2 Anggaran Belanja Pemerintah Daerah di Wilayah Provinsi Kepulauan Riau 5

JENIS ANGGARAN

ANGGARAN

REALISASI S.D TW II 2014

RP % Belanja Operasi

1.365.306.928.739 42,66% Belanja Barang dan Jasa

Belanja Pegawai

95.875.757.507 3,00% Bantuan Sosial

25.404.996.463 0,79% Bantuan Keuangan

Belanja Modal

Belanja Modal Tanah

56.134.084.067 1,75% Belanja Modal Peralatan dan Mesin

82.279.148.540 2,57% Belanja Modal Gedung dan Bangunan

63.921.173.880 2,00% Belanja Modal Jalan, Iringasi dan Jaringan

147.191.020.429 4,60% Belanja Modal Aset Tetap Lainnya

5.675.667.000 0,18% Belanja Modal Konstruksi dalam Pengerjaan

12.582.398.332 0,39% Belanja Modal Aset Lainnya

Belanja Tidak Terduga

1.893.748.400 0,06% Transfer Pemerintah Daerah

149.202.346.162 4,66% TOTAL BELANJA

3.200.251.614.077 26,31% SURPLUS/(DEFISIT)

965.182.588.685 Pembiayaan Netto

476.277.390.591 - Penerimaan Pembiayaan Daerah

476.277.390.591 - Pengeluaran Pembiayaan Daerah

Sumber : Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan Republik Indonesia (diolah)