BANK UM UM

3.1.1 BANK UM UM

Pada triw ulan II 2014, bank umum mencatatkan penguatan pertumbuhan pada aset dan dana pihak ketiga (DPK), namun kredit masih pada tren melambat. Total aset tercatat sebesar Rp 45,53 triliun atau tumbuh 20,26% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan triw ulan sebelumnya sebesar 19,34% (yoy), sementara total DPK tercatat sebesar Rp 39,80 triliun atau tumbuh 23,26% (yoy) lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triw ulan sebelumnya sebesar 20,70% (yoy), sedangkan total kredit sebesar Rp 28,84 triliun tumbuh melambat 16,96% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triw ulan sebelumnya sebesar 19,20% (yoy).

Tabel 3.1

Indikator Utama Bank Umum di Provinsi Kepulauan Riau

Perkembangan Indikator Utama Bank Umum (Rp miliar)

dalam Rp miliar

Pertumbuhan (yoy) Tw . I

Tw . I 2014 Tw . II 2014 Total Aset

19,34% 20,26% Total Dana

20,70% 23,26% Total Kredit

Sumber: Bank Indonesia

3.1.1.1 ASET

Aset bank umum pada triw ulan II 2014 tumbuh menguat dibanding triw ulan sebelumnya. Total aset sebesar Rp45,53 triliun, tumbuh 20,26% (yoy), atau lebih tinggi dibanding pertumbuhan triw ulan sebelumnya sebesar 19,34% (yoy) dan juga sedikit lebih tinggi dibanding pertumbuhan triw ulan II 2013 sebesar 19,07% (yoy).

Berdasarkan kelompok bank, pertumbuhan aset bank umum ditopang oleh penguatan aset pada bank pemerintah serta bank asing dan campuran, yaitu masing-masing sebesar 20,25% (yoy) dan 5,21% (yoy) pada triw ulan laporan, lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triw ulan sebelumnya masing-masing sebesar 16,62% (yoy) dan 4,66% (yoy). Sebaliknya, bank sw asta mencatatkan perlambatan pertumbuhan aset, yaitu sebesar 20,89% (yoy) pada triw ulan laporan, lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triw ulan sebelumnya sebesar 22,34% (yoy). Adapun porsi terbesar aset dimiliki oleh bank sw asta nasional (51,90% ), bank pemerintah (46,24% ) dan porsi terkecil pada bank asing dan campuran (1,85% ).

Rp miliar)

Bank Asing & Campuran 50,000

Aset (LHS)

growth - Aset (RHS)

(%, yoy)

%, yoy)

Bank Pemerintah

Bank Swasta

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 3.1 Grafik 3.2 Perkembangan Aset Bank Umum

Perkembangan Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank

Sementara itu, dilihat dari sebaran aset perbankan di w ilayah Provinsi Kepulauan Riau, bank umum di Kota Batam masih mendominasi porsi aset dengan pangsa/share sebesar 77,85% , diikuti oleh Kota Tanjungpinang dengan porsi aset sebesar 18,85% , dan sisa 3,29% di w ilayah Dati II lainnya. Aset di Kota Batam, Tanjungpinang dan Dati II lainnya tercatat tumbuh menguat yaitu masing-masing sebesar 25,41% (yoy), 3,10% (yoy) dan 18,18% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triw ulan sebelumnya masing-masing sebesar 23,77% (yoy), 1,90% (yoy) dan 17,27% (yoy).

3.1.1.2 DANA PIHAK KETIGA (DPK)

DPK bank umum tumbuh menguat dibanding triw ulan sebelumnya. Total DPK sebesar Rp 39,80 triliun, atau tumbuh 23,25% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan triw ulan sebelumnya sebesar 20,70% (yoy).

DPK (LHS)

growth-DPK (RHS)

Giro (LHS)

Tabungan (LHS)

Deposito (LHS)

(Rp miliar)

growth - Tabungan (RHS) growth - Deposito (RHS) 45,000

(%, yoy)

growth - Giro (RHS)

35.00 (Rp miliar)

2013 2014 Sumber: Bank Indonesia

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 3.3

Grafik 3.4

Perkembangan DPK Bank Umum Perkembangan DPK (berdasarkan komposisi)

Berdasarkan komposisi DPK, tabungan masih memiliki porsi terbesar yaitu mencapai 40,00% dari total DPK atau senilai Rp 15,92 triliun, adapun porsi giro dan deposito masing- masing sebesar 36,23% atau senilai Rp 14,42 triliun dan 23,76% atau senilai Rp 9,46 triliun.

Pertumbuhan DPK bank umum ditopang oleh pertumbuhan pada giro dan deposito, sementara tabungan tumbuh melambat. Giro dan deposito masing-masing tumbuh menguat dari sebesar 11,64% (yoy) dan 35,07% (yoy) pada triw ulan sebelumnya menjadi 16,60% (yoy) dan 46,43% (yoy) pada triw ulan laporan. Sedangkan tabungan tumbuh melambat dari 21,93% (yoy) pada triw ulan sebelumnya menjadi 18,25% (yoy) pada triw ulan laporan. Penguatan pertumbuhan pada giro dan deposito tersebut searah dengan peningkatan rata- rata suku bunga tertimbang giro dan deposito yaitu masing-masing sebesar 1,41% dan 5,57% atau lebih tinggi dibanding triw ulan sebelumnya masing-masing sebesar 1,31% dan 5,24% . Sementara suku bunga tabungan menurun pada triw ulan laporan, yaitu sebesar 1,51% atau lebih rendah dibanding triw ulan sebelumnya sebesar 1,62% .

Bank Pemerintah

Bank Swasta

Bank Asing & Campuran

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 3.5 Perkembangan DPK Berdasarkan Jenis Bank

Sementara itu, berdasarkan kelompok bank, porsi terbesar DPK diserap oleh bank sw asta nasional (55,33% ), kemudian bank pemerintah (42,79% ), dan porsi terkecil diserap oleh bank asing dan campuran (1,88% ). Peningkatan pertumbuhan DPK terutama terjadi pada bank pemerintah dan bank sw asta nasional masing-masing dari 19,03% (yoy) dan 22,44% (yoy) pada triw ulan sebelumnya menjadi 24,43% (yoy) dan 22,98% (yoy) pada triw ulan laporan. Sementara itu, DPK pada bank asing dan campuran tumbuh melambat dari 8,37% (yoy) pada triw ulan sebelumnya menjadi 7,06% (yoy) pada triw ulan laporan.

Ditinjau dari sebaran kelompok nilai DPK, secara umum kelompok dengan nilai DPK tinggi menguasai porsi DPK bank umum. Kelompok nilai lebih besar dari Rp1 miliar (>1 miliar) menguasai 49,62% total DPK, namun dengan jumlah rekening sebanyak 4.339 rekening atau hanya 0,23% dari total rekening. Sebaliknya, DPK bernilai kecil yaitu pada kelompok nilai lebih kecil dari Rp 10 jut a (<10 juta), hanya menguasai 4,57% dari total nilai DPK, namun jumlah rekening terbanyak yaitu 1.575.505 rekening atau mencapai 84,73% dari total jumlah rekening.

Pangsa/Share terhadap total nilai DPK Pangsa/Share Jumlah Rekening

>15M - 20M 1.5%

>15M - 20M

>10M -15M 3.1%

>10M -15M

>5M - 10M 6.5%

>500JT - 1 M

>500JT - 1 M

>100JT - 500JT

>100JT - 500JT

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 3.6

Grafik 3.7

Tiering DPK Bank Umum (Nominal) Tiering DPK Bank Umum (Jumlah Rekening)

Berdasarkan kabupaten/kota, porsi terbesar DPK terdapat di Kota Batam yaitu mencapai 77,48% dari total DPK, diikuti oleh Kota Tanjungpinang (19,40% ), dan di Dati II lainnya (3,12% ). Adapun pertumbuhan DPK Kota Batam sebesar 30,57% (yoy) pada triw ulan laporan atau meningkat dibanding triw ulan sebelumnya sebesar 28,33% (yoy). Searah dengan Kota Batam, DPK di Kota Tanjungpinang dan Dati II lainnya juga meningkat masing- masing tercatat sebesar 2,69% (yoy) dan 7,50% (yoy), lebih tinggi dibanding triw ulan sebelumnya, masing-masing sebesar negatif 0,34% (yoy) dan 3,80% (yoy).

Dati II

(%, yoy)

BATAM

TANJUNGPINANG DATI II LAINNYA

Lainnya,

3.12% Tanjungpin 35.00% ang, 30.00%

Sumber: Bank Indonesia -15.00%

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 3.8

Grafik 3.9

Pangsa DPK Bank Umum Berdasarkan Wilayah Perkembangan DPK Bank Umum Berdasarkan Wilayah

3.1.1.3 KREDIT

Berbeda dengan aset dan DPK, tren perlambatan kredit bank umum masih berlanjut pada triw ulan laporan. Total kredit senilai Rp 28,84 triliun atau tumbuh 16,96% (yoy) pada triw ulan laporan, lebih rendah dibanding pertumbuhan triw ulan sebelumnya sebesar 19,20% (yoy). Berdasarkan penggunaan, porsi terbesar kredit digunakan untuk kredit modal kerja (36,79% ), kredit konsumsi (36,54% ) dan kredit investasi (26,67% ). Di sisi lain, suku bunga rata-rata tertimbang kredit tercatat stabil dibanding triw ulan sebelumnya sebesar 10,04% .

Total Kredit (LHS)

growth - Total Kredit (RHS)

MODAL KERJA (LHS)

INVESTASI (LHS)

KONSUMSI (LHS)

(Rp miliar)

(%, yoy)

growth - MK (RHS)

growth - INVESTASI (RHS) growth - KONSUMSI (RHS)

40.00 (Rp miliar)

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 3.10

Grafik 3.11

Perkembangan Kredit Bank Umum Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

Perlambatan pertumbuhan kredit bank umum dipengaruhi oleh perlambatan yang cukup dalam pada kredit investasi. Kredit investasi tercatat tumbuh melambat dari 33,11% (yoy) pada triw ulan sebelumnya menjadi 17,96% (yoy) pada triw ulan laporan. Perlambatan pertumbuhan kredit investasi dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan kredit pada sektor utama penyerap kredit investasi yaitu sektor transportasi, pergudangan, dan komunikasi yang tumbuh melambat dari 56,52% (yoy) pada triw ulan sebelumnya menjadi 41,34% pada triw ulan laporan. Adapun suku bunga rata-rata tertimbang kredit investasi tercatat Perlambatan pertumbuhan kredit bank umum dipengaruhi oleh perlambatan yang cukup dalam pada kredit investasi. Kredit investasi tercatat tumbuh melambat dari 33,11% (yoy) pada triw ulan sebelumnya menjadi 17,96% (yoy) pada triw ulan laporan. Perlambatan pertumbuhan kredit investasi dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan kredit pada sektor utama penyerap kredit investasi yaitu sektor transportasi, pergudangan, dan komunikasi yang tumbuh melambat dari 56,52% (yoy) pada triw ulan sebelumnya menjadi 41,34% pada triw ulan laporan. Adapun suku bunga rata-rata tertimbang kredit investasi tercatat

Sementara itu, kredit modal kerja tumbuh menguat, dengan angka pertumbuhan 14,48% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan triw ulan sebelumnya sebesar 13,55% (yoy). Pertumbuhan kredit modal kerja terutama ditopang oleh penguatan pertumbuhan kredit pada sektor perdagangan besar dan eceran dengan pangsa terbesar pada kredit modal kerja (31,58% ), tumbuh menguat dari 20,99% pada triw ulan sebelumnya menjadi 24,44% pada triw ulan laporan. Pertumbuhan kredit modal kerja antara lain dipengaruhi oleh penurunan suku bunga rata-rata tertimbang, yaitu tercatat sebesar 8,86% , lebih rendah dibanding triw ulan sebelumnya sebesar 8,98% .

Kredit konsumsi juga t umbuh menguat, dengan angka pertumbuhan 18,81% (yoy) lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triw ulan sebelumnya sebesar 15,45% (yoy). Penguatan pada kredit konsumsi terutama terjadi pada kredit pemilikan rumah (KPR), khususnya untuk tipe kecil (<21 m²), serta kredit multiguna. Sebaliknya, tren perlambatan kredit kendaraan bermotor (KKB) masih berlanjut pada triw ulan laporan. Sementara itu, suku bunga kredit konsumsi meningkat dari 9,34% pada triw ulan sebelumnya menjadi 9,50% pada triw ulan laporan.

Berdasarkan kelompok bank, porsi terbesar kredit disalurkan oleh bank pemerintah (53,83% ), kemudian bank sw asta nasional (44,71% ), dan porsi terkecil oleh bank asing dan campuran (1,46% ). Kredit dari bank pemerintah, bank sw asta nasional serta bank asing dan campuran tumbuh melambat masing masing dengan angka pertumbuhan dari 19,54% (yoy), 18,18% (yoy), dan 41,35% (yoy) pada triw ulan sebelumnya menjadi 19,51% (yoy), 13,57% (yoy), dan 33,71% (yoy) pada triw ulan laporan.

Bank Pemerintah Bank Swasta

Bank Asing & Campuran

IV I II 10.00

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 3.12

Grafik 3.13

Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Kelompok Bank Pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB)

Berdasarkan golongan debitur, sebanyak 99,76% porsi kredit tersalurkan ke sektor sw asta yaitu sebesar 50,20% kepada bukan lembaga keuangan, 48,19% kepada perseorangan, 1,04% kepada lembaga keuangan non bank dan 0,33% kepada sektor sw asta lainnya. Sementara itu, porsi penyerapan kredit berdasarkan sektor ekonomi masih menunjukkan pola yang sama dengan triw ulan sebelumnya, yaitu secara berturut -turut sektor bukan lapangan usaha (konsumsi) sebesar 36,54% dari total kredit, diikuti oleh sektor industri pengolahan (18,69% ), sektor perdagangan besar dan eceran (15,87% ) serta sektor transportasi, gudang dan komunikasi (10,33% ).

Bukan Lapangan Usaha

Trans, Gudang Dan Komunikasi Industri Pengolahan Industri Pengolahan Real Estate, Sewaan Dan Jasa PT Konstruksi

Perdagangan Besar Dan Eceran Bukan Lapangan Usaha

Perdagangan Besar Dan Eceran

(%, yoy)

Trans, Gudang Dan Komunikasi

Real Estate, Sewaan Dan Jasa PT 3.81%

Akomodasi Dan Makan Minum 2.64% Pertambangan Dan Penggalian

Listrik, Gas Dan Air 1.69% Jasa Msy, SosBud, Hiburan

Perantara Keuangan 0.82% Keg Yang Belum Jelas Batasannya

Pertanian, Buru Dan Hutan 0.32% Jasa Pendidikan

IV I II III IV I II Perikanan

I II III

2013 2014 Jasa Kesehatan Dan Keg Sosial

0.17% Jasa Perorangan RT

Adm Pem, Pertahanan Dan Jam Sos 0.00% Badan Internasional

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 3.14 Grafik 3.15 Porsi Kredit Bank Umum Secara Sektoral

Pertumbuhan Kredit Bank Umum Secara Sektoral

Berdasarkan kabupaten dan kota, porsi terbesar kredit bank umum disalurkan di Kota Batam yang dipengaruhi oleh kegiatan perekonomian yang sangat dominan di kota tersebut. Kota Batam menyerap 80,29% dari total kredit, dengan angka pertumbuhan kredit sebesar 17,74% (yoy), lebih rendah dibanding triw ulan sebelumnya sebesar 19,23% (yoy).

Sementara itu, porsi kredit di Kota Tanjungpinang sebesar 16,69% dari total kredit. Searah dengan Kota Batam, pertumbuhan kredit di Tanjungpinang juga melambat dari 18,88% (yoy) pada triw ulan sebelumnya menjadi 12,64% (yoy) pada triw ulan laporan.

Daerah tingkat II (Dati II) lainnya hanya menyerap 3,02% dari total kredit, namun mengalami penguatan pertumbuhan. Kredit pada Dati II lainnya tumbuh 21,20% (yoy) atau meningkat dibanding pertumbuhan triw ulan sebelumnya sebesar 20,19% (yoy).

DATI II LAINNYA

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 3.16 Perkembangan Pertumbuhan Kredit Bank Umum Berdasarkan Wilayah

Ditinjau dari sebaran kelompok nilai plafond, penyaluran kredit produktif (modal kerja dan investasi) didominasi oleh kelompok bernilai besar. Porsi terbesar kredit produktif pada kelompok nilai >Rp 20 miliar sebesar 38,26% dari total kredit dengan jumlah rekening sebanyak 129 rekening (0,31% dari total rekening), diikuti oleh kelompok nilai >Rp 2 miliar

5 miliar dengan porsi 13,27% dari t otal kredit dan jumlah rekening sebanyak 936 rekening (2,24% ).

Porsi/Share Nominal Porsi/Share Rekening

>50 JT - 100 JT 1.4%

>15M - 20M 4.3%

>15M - 20M

>10M - 15M 7.3%

>10M - 15M

>5M - 10M 12.8%

>5M - 10M

>2 M - 5M 13.3%

>2 M - 5M

>1 M - 2 M 7.7%

>1 M - 2 M

>500JT - 1 M 5.5%

>500JT - 1 M

>100JT - 500JT 6.0%

>100JT - 500JT

>10 JT - 50 JT 1.9%

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 3.17 Grafik 3.18 Tiering Kredit Produktif Bank Umum (Nominal)

Tiering Kredit Produktif Bank Umum (Jumlah Rekening)

Penyaluran kredit oleh bank umum pada usaha mikro, kecil dan menengah (UM KM ) mengalami perlambatan dibanding triw ulan I 2014. Nilai kredit UM KM oleh bank umum mencapai Rp 7,60 triliun, tumbuh 9,60% (yoy) lebih rendah dibanding pertumbuhan tahunan Penyaluran kredit oleh bank umum pada usaha mikro, kecil dan menengah (UM KM ) mengalami perlambatan dibanding triw ulan I 2014. Nilai kredit UM KM oleh bank umum mencapai Rp 7,60 triliun, tumbuh 9,60% (yoy) lebih rendah dibanding pertumbuhan tahunan

Berbeda dengan penyaluran kredit UM KM , kredit usaha rakyat (KUR) pada triw ulan laporan tumbuh menguat. Penyaluran KUR sebesar Rp 408,66 miliar atau tumbuh 36,84% (yoy) pada triw ulan laporan, lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triw ulan sebelumnya sebesar 5,32% (yoy).

UMKM - LHS

Nominal KUR (LHS)

Pertumbuhan KUR (RHS)

(Rp miliar)

Bukan UMKM - LHS Pertumbuhan (yoy,%) - RHS

(yoy,%)

( Rp miliar)

2013 2014 Sumber: Bank Indonesia

Sumber: Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Grafik 3.19

Grafik 3.20

Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Perkembangan KUR Bank Umum

3.1.1.4 LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR)

Peningkatan pertumbuhan DPK yang lebih besar dibandingkan pertumbuhan kredit menyebabkan LDR bank umum turun menjadi sebesar 72,48% , lebih rendah dibanding LDR triw ulan sebelumnya yang sebesar 75,46% . Angka LDR tersebut masih lebih rendah dibandingkan standar LDR sebesar 85% - 100% . Hal ini menunjukkan kegiatan intermediasi oleh bank umum di Provinsi Kepulauan Riau belum berlangsung secara optimal.

3.1.1.5 RISIKO KREDIT

Jumlah kredit bermasalah bank umum meningkat namun masih terkendali dan pada batas aman. Angka Non Performing Loan (NPL) pada triw ulan laporan sebesar 1,74% atau meningkat dibanding NPL pada triw ulan sebelumnya sebesar 1,70% .

LDR (LHS)

NPL (RHS)

Grafik Perkembangan LDR dan NPL Bank Umum

Berdasarkan penggunaan, NPL tertinggi pada kredit konsumsi sebesar 1,99% , selanjutnya kredit investasi sebesar 1,86% dan kredit modal kerja sebesar 1,40% .

Secara sektoral, sektor pertanian, perburuan dan kehutanan masih menjadi sektor dengan NPL tertinggi yaitu sebesar 50,16% , jauh lebih tinggi dibanding NPL pada sektor- sektor lainnya. Sementara itu, sektor perantara keuangan mencatatkan NPL terbesar kedua sebesar 6,89% , diikuti oleh sektor penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum dengan NPL sebesar 3,67% . Adapun sektor-sektor utama ekonomi di Kepulauan Riau, yaitu sektor industri pengolahan, sektor perdagangan besar dan eceran, serta sektor bangunan mencatatkan NPL yang rendah dan pada batas aman yaitu masing-masing sebesar 0,48% ; 1,83% ; dan 2,27% .