PERKEM BANGAN PERBANKAN SYARIAH (BANK UM UM DAN BPR)

3.1.3 PERKEM BANGAN PERBANKAN SYARIAH (BANK UM UM DAN BPR)

Pada triw ulan II 2014, kinerja perbankan syariah masih pada tren melambat, tercermin dari perlambatan pertumbuhan aset, DPK dan pembiayaan pada triw ulan laporan dibanding triw ulan sebelumnya.

Tabel 3.3

Indikator Perbankan Syariah di Provinsi Kepulauan Riau

Perkembangan Indikator Utama Perbankan Syariah (Rp miliar)

dalam Rp miliar

Pert umbuhan (yoy)

Tw . I 2014 Tw . II 2014 Tot al Aset

7,95% 4,19% Tot al Pembiayaan

15,36% 12,96% Tot al Dana

1,12% -7,35% NPF

114,15% 113,21% 110,87% 132,07% 130,24% 138,03% - - Sumber: Bank Indonesia

3.1.3.1 ASET Pada akhir triw ulan laporan, aset tercatat sebesar Rp 2,69 triliun atau tumbuh 4,19%

(yoy), jauh lebih rendah bila dibanding pertumbuhan t riw ulan sebelumnya sebesar 7,95% (yoy). Sebesar 94,86% atau senilai Rp 2,56 triliun dari total aset tersebut dimiliki oleh bank umum syariah dan 5,14% atau senilai Rp 138,61 miliar dimiliki oleh BPR Syariah. Sementara (yoy), jauh lebih rendah bila dibanding pertumbuhan t riw ulan sebelumnya sebesar 7,95% (yoy). Sebesar 94,86% atau senilai Rp 2,56 triliun dari total aset tersebut dimiliki oleh bank umum syariah dan 5,14% atau senilai Rp 138,61 miliar dimiliki oleh BPR Syariah. Sementara

3.1.3.2 DANA PIHAK KETIGA (DPK)

Tren perlambatan DPK Syariah masih berlanjut pada triw ulan laporan. Total DPK sebesar Rp 1,75 triliun, atau tumbuh negatif 7,35% (yoy), jauh lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triw ulan sebelumnya sebesar 1,12% (yoy).

Dari tiga sumber penghimpunan dana, baik giro, tabungan dan deposito, seluruhnya tercatat tumbuh negatif. Tabungan dengan porsi terbesar dari total DPK (45,09% ), tumbuh negatif 2,66% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triw ulan sebelumnya sebesar 13,43% (yoy). Adapun giro, dengan porsi 32,36% dari total DPK, tumbuh negatif 5,07% (yoy), atau mulai meningkat dibanding triw ulan sebelumnya yang tumbuh negatif 5,16% (yoy). Sementara deposito, dengan porsi 22,56% dari total DPK, tumbuh negatif 18,06% (yoy), menurun semakin dalam dibanding triw ulan sebelumnya yang juga tumbuh negatif 12,28% (yoy). Berdasarkan kabupaten/kota, sebanyak 60,18% DPK Syariah terdapat di Kota Batam dan sisanya sebanyak 39,82% terdapat di Kota Tanjungpinang.

3.1.3.3 PEM BIAYAAN

Searah dengan aset dan DPK, pembiayaan oleh perbankan syariah juga melambat di triw ulan II 2014. Total pembiayaan senilai Rp2,41 triliun atau tumbuh 12,96% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triw ulan I 2014 sebesar 15,36% (yoy).

Berdasarkan penggunaan, porsi terbesar pembiayaan syariah berupa pembiayaan konsumsi mencapai 78,48% dari total pembiayaan, diikuti oleh pembiayaan modal kerja (13,65% ) dan porsi terkecil berupa pembiayaan investasi (7,87)% . Pembiayaan investasi dan modal kerja mengalami perlambatan, masing-masing dengan angka pertumbuhan sebesar negatif 56,27% (yoy) dan negatif 44,95% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triw ulan sebelumnya masing-masing sebesar negatif 3,32% (yoy) dan 2,77% (yoy). Sebaliknya, pembiayaan konsumsi tumbuh menguat, dari 30,57% (yoy) pada triw ulan sebelumnya menjadi 71,62% (yoy) pada triw ulan laporan.

Secara sektoral, pembiayaan pada perbankan syariah sebagian besar diserap oleh sektor bukan lapangan usaha (konsumsi) sebesar 78,48% , diikuti oleh sektor perantara keuangan (6,63% ), dan sektor perdagangan besar dan eceran (4,62% ). Sementara Secara sektoral, pembiayaan pada perbankan syariah sebagian besar diserap oleh sektor bukan lapangan usaha (konsumsi) sebesar 78,48% , diikuti oleh sektor perantara keuangan (6,63% ), dan sektor perdagangan besar dan eceran (4,62% ). Sementara

Searah dengan perlambatan pembiayaan syariah, penyaluran kredit UM KM juga mengalami perlambatan, yaitu dari 18,14% (yoy) pada triw ulan sebelumnya menjadi 0,79% (yoy) pada triw ulan laporan. Adapun porsi pembiayaan UM KM syariah terhadap total pembiayaan turun dari 20,58% pada triw ulan sebelumnya menjadi 17,88% pada triw ulan laporan.

3.1.3.4 FINANCE TO DEPOSIT RATIO (FDR) DAN NON PERFORM ING FINANCING (NPF)

Angka FDR syariah tercatat meningkat pada triw ulan laporan, yaitu sebesar 138,03% , lebih tinggi dibanding FDR pada triw ulan sebelumnya sebesar 130,24% . Hal ini menunjukkan peran intermediasi perbankan syariah di Provinsi Kepulauan Riau masih terjaga cukup baik.Sementara itu, jumlah kredit bermasalah juga meningkat, tercemin dari peningkatan NPF dari 3,04% pada triw ulan sebelumnya menjadi 3,98% pada triw ulan laporan. M eski pun demikian, angka NPF tersebut masih terjaga di baw ah batas maksimal 5% .

Aset (LHS) Pembiayaan (LHS)

DPK (LHS)

growth - Aset (RHS) growth - Pembiayaan (RHS)

growth - DPK (RHS)

FDR (LHS)

NPF (RHS)

(Rp miliar)

2013 2014 Sumber: Bank Indonesia

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 3.32 Grafik 3.33 Perkembangan Aset, DPK dan Pembiayaan Syariah

FDR dan NPF Perbankan Syariah