KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (1)

Provinsi Kepulauan Riau

Triwulan II 2014

Kantor Perwakilan Bank Indonesia

KAJIAN EKONOM I DAN KEUANGAN REGIONAL

Provinsi Kepulauan Riau

Kantor Perw akilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau

Triw ulan II 2014

Visi Bank Indonesia

dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

M isi Bank Indonesia

moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka

Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia

-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak dan berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan

Visi Kantor Perw akilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau

peran dalam menjalankan tugas-

M isi Kantor Perw akilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau

peningkatan pelaksanaan tugas bidang ekonomi moneter, sistem pembayaran, dan pengawasan bank serta memberikan saran kepada pemerintah daerah dan lembaga

KATA PEN GAN TAR

Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang M aha Esa atas rahmat -Nya, Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Triw ulan II 2014 dapat diselesaikan. Selain itu dalam laporan ini juga dikemukakan hal-hal lain yang terkait dengan tugas Bank Indonesia antara lain perkembangan/pertumbuhan perekonomian di Provinsi Kepulauan Riau secara umum serta prospeknya. Bank Indonesia menyadari bahw a peran perekonomian regional menjadi semakin penting dalam konteks pertumbuhan ekonomi nasional. Implementasi otonomi daerah serta potensi ekonomi regional yang besar telah terbukti ikut berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu Kantor Perw akilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau secara rutin melakukan asesmen perekonomian Provinsi Kepulauan Riau. Asesmen perekonomian mencakup perkembangan ekonomi makro regional, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran. Asesmen perekonomian Provinsi Kepulauan Riau dilakukan setiap triw ulan dan laporan dimaksud dikenal dengan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Kepulauan Riau. Penyusunan KEKR dimaksud sebagai upaya memenuhi kebutuhan stakeholder eksternal serta bagi Kantor Pusat Bank Indonesia.

Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kepulauan Riau yang telah bersedia bekerjasama dalam menyusun perhitungan PDRB Provinsi Kepulauan Riau secara triw ulan, ucapan terima kasih juga kami ucapkan kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang diperlukan dalam penyusunan kajian ini. Harapan kami hubungan yang baik ini dapat ditingkatkan lagi di masa yang akan datang, kami menyadari isi dari kajian yang kami susun ini masih m empunyai banyak kekurangan, kami mengharapkan masukan dari berbagai pihak untuk lebih meningkatkan kualitas kajian sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar.

Semoga Tuhan Yang M aha Pemurah senantiasa melimpahkan ridho-Nya dan memberikan kemudahan-kemudahan kepada kita semua dalam meningkatkan kinerja kita semua.

Batam, Agustus 2014 KEPALA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

ttd

Gusti Raizal Eka Putra Deputi Direktur

Halaman ini sengaja dikosongkan

Tabel 5.6 Nilai Tukar Petani Per Subsektor Nasional dan Kepri Triw ulan II-2014 .... 77 Tabel 5.7

Rata-rata Indeks Konsumsi Rumah Tangga Petani di Kepri .................... 77 Tabel 5.8

Garis Kemiskinan, Jumlah Persentase Penduduk M iskin di Provinsi Kepulauan Riau ................................................................................... 78 Tabel 5.9

Peran Komoditi Terhadap Garis Kemiskinan di Provinsi Kepulauan Riau . 79 Tabel 6.1 Proyeksi Inflasi Tahunan Provinsi Kepulauan Riau ................................. 84

Grafik 4.9 Pola Pergerakan Simpanan Pemda di Perbankan Kepulauan Riau ........... 71 Grafik 5.1

Jumlah Tenaga Kerja dan PDRB Bangunan............................................ 74 Grafik 5.2

Jumlah Tenaga Kerja dan PDRB Pertambangan ..................................... 74 Grafik 5.3

Indeks Tendensi Konsumen .................................................................. 76 Grafik 5.4

NTP M enurut Subsektor ....................................................................... 77 Grafik 5.5

Nilai Tukar Petani (NTP) ........................................................................ 77 Grafik 6.1

Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau .............................. 81 Grafik 6.2

Perkiraan Kegiatan Usaha Sektor PHR (Berdasarkan SKDU) .................... 82 Grafik 6.3

Hasil Survei Konsumen ......................................................................... 82 Grafik 6.4

Perkembangan Pendaftaran PM A Kepulauan Riau ................................ 83 Grafik 6.5

Perkembangan Pendaftaran PM DN Kepulauan Riau .............................. 83 Grafik 6.6

Perkembangan Produksi Gas Alam Australia ......................................... 83 Grafik 6.7 Perkiraan Kegiatan Usaha Sektor Industri Pengolahan (Berdasarkan SKDU) 83 Grafik 6.8

Indeks Perubahan Harga ...................................................................... 84

RINGKASAN EKSEKUTIF

Kajian Ekonomi Regional Triw ulan II 2014

Tren penguatan Pada triw ulan II 2014 perekonomian Kepulauan Riau pertumbuhan

tumbuh 6,33% (yoy), lebih tinggi dibanding pert umbuhan ekonomi Kepulauan

pada triw ulan sebelumnya sebesar 5,21% (yoy), juga lebih Riau masih berlanjut

tinggi dibanding pertumbuhan periode yang sama tahun pada triw ulan II

sebelumnya sebesar 5,99% (yoy). Angka pertumbuhan pada 2014, dibanding

lebih tinggi dibanding triw ulan sebelumnya pertumbuhan nasional sebesar 5,12% (yoy).

triw ulan II 2014 tersebut

Konsumsi rumah Dari sisi permintaan, penguatan pertumbuhan ekonomi tangga dan

ditopang oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan konsumsi

investasi, serta perbaikan kinerja ekspor. Penguatan pemerintah menjadi

konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh penyelenggaraan penopang

M TQ nasional bersama sejumlah kegiatan tingkat nasional penguatan

dan internasional lainnya yang mendorong peningkatan pertumbuhan

jumlah w isataw an domestik maupun mancanegara, yang ekonomi

kemudian

Sementara itu, peningkatan realisasi anggaran pemerintah serta kondisi sosial politik yang tetap kondusif paska pemilihan umum menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan investasi setelah tertahan pada triw ulan sebelumnya. Adapun perbaikan

mendorong

konsumsi.

terutama ditopang oleh peningkatan ekspor pada komoditas produk dari besi dan baja dengan negara tujuan ekspor Australia, dipengaruhi oleh berbagai proyek eksplorasi minyak dan gas di negara tersebut.

kinerja ekspor

Secara sektoral, Secara sektoral, penguatan pertumbuhan ekonomi terutama pertumbuhan

ditopang oleh penguatan pertumbuhan pada sektor ekonomi ditopang

perdagangan, hotel dan restoran (PHR) serta sektor industri oleh penguatan

rumah tangga pertumbuhan pada

berdampak pula pada penguatan sektor PHR. Demikian juga sektor PHR serta

perbaikan kinerja ekspor khususnya pada komoditas produk sektor industri

dari besi dan baja menjadi penopang pertumbuhan sektor pengolahan.

industri pengolahan.

Laju inflasi triw ulan Sementara itu, tren penurunan inflasi terus berlanjut pada

II 2014, tercatat triw ulan II 2014. Inflasi tercatat sebesar 6,03% (yoy) lebih rendah

menurun dibanding inflasi triw ulan triw ulan sebelumnya dibanding triw ulan

sebesar 7,75% (yoy). Penurunan inflasi dipengaruhi oleh sebelumnya

dampak kenaikan bahan bakar minyak (BBM ) yang semakin mereda di 2014, serta faktor kecukupan pasokan sejumlah bahan makanan khususnya bumbu-bumbuan.

Secara umum, Secara umum, kinerja perbankan melambat di triw ulan kinerja perbankan

laporan, tercermin dari perlambatan kredit, sementara aset melambat tercermin

dan DPK tumbuh menguat. Pada bank umum, kredit sebesar dari perlambatan

Rp28,84 triliun atau tumbuh melambat dari 19,20% (yoy) pertumbuhan kredit,

pada triw ulan sebelumnya menjadi 16,96% pada triw ulan pada triw ulan sebelumnya menjadi 16,96% pada triw ulan

(yoy), meningkat dibanding (DPK) tumbuh

atau tumbuh 20,26%

pertumbuhan triw ulan sebelumnya sebesar 19,34% (yoy); menguat.

DPK sebesar Rp39,80 triliun tumbuh 23,26% (yoy) meningkat dibanding pertumbuhan triw ulan sebelumnya sebesar 33,29% (yoy).

Berbeda dengan bank umum, kinerja BPR meningkat baik pada aset, DPK maupun kredit. Aset senilai Rp4,19 triliun atau tumbuh 17,80% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan triw ulan sebelumnya sebesar 14,12% (yoy). DPK sebesar Rp3,32 triliun atau tumbuh 18,04% (yoy) lebih tinggi dibanding pertumbuhan triw ulan sebelumnya sebesar 13,85% (yoy). Kredit senilai Rp3,24 triliun tumbuh 16,39% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan triw ulan sebelumnya sebesar 15,49% (yoy).

Sesuai siklus tahunan, Sesuai siklus tahunan, aktivitas sistem pembayaran mulai aktivitas sistem

meningkat pada triw ulan kedua dibanding triw ulan pertama pembayaran baik tunai

seiring dengan peningkatan aktivitas perekonomian. Selain maupun non tunai

itu, perhelatan M TQ Nasional dengan sejumlah rangkaian mulai meningkat pada

acara lainnya turut mendorong peningkatan aktivitas sistem pada triw ulan kedua.

pembayaran Kepulauan Riau. Pada triw ulan laporan inflow tercatat sebesar Rp0,37 triliun, outflow sebesar Rp2,54

triliun dan net outflow sebesar Rp2,17 triliun atau tumbuh 64,42% (yoy). Sementara itu nilai transaksi kliring dan Real Time Gross Settlement System (RTGS) juga mencatatkan pertumbuhan masing-masing sebesar 14,36% (yoy) dan 2,67% (yoy).

Angka realisasi Adapun angka realisasi pendapatan dan belanja pemerintah pendapatan dan

tercatat masih sangat rendah pada triw ulan II 2014. belanja pemerintah

Realisasi pendapatan Pemda sebesar 38,4% atau mencapai masih relatif rendah

Rp4,16 triliun dari pendapatan yang dianggarkan sebesar pada triw ulan II

Rp10,83 triliun. Sementara itu realisasi belanja sebesar 2014.

26,31% atau mencapai Rp3,2 triliun dari anggaran sebesar 12,16 triliun.

Jumlah angkatan Jumlah angkatan kerja pada Februari 2014 menurun kerja pada Februari

dibanding periode yang sama tahun lalu, demikian juga 2014 menurun

jumlah pengangguran mengalami penurunan. Jumlah dibanding periode

penduduk yang bekerja pada Februari 2014 sebanyak yang sama tahun

845.088 orang menurun 0,16% (yoy). Sementara itu, jumlah lalu, demikian juga

pengangguran sebanyak 46.947 orang, juga menurun daya beli petani

12,08% dibanding tahun lalu.

menurun tercermin

dari penurunan NTP. Sementara itu, daya beli petani menurun, tercermin dari penurunan NTP yang tercatat sebesar 100,82; lebih rendah

dibanding triw ulan sebelumnya sebesar 101,15.

Trend peningkatan Penguatan pertumbuhan perekonomian Kepulauan Riau pertumbuhan ekonomi

diprakirakan masih akan berlanjut pada triw ulan III 2014, diprakirakan masih

yaitu pada kisaran 6,6% - 6,8% . Pertumbuhan ekonomi yaitu pada kisaran 6,6% - 6,8% . Pertumbuhan ekonomi

ekonomi global khususnya negara-negara maju, yang akan diyakini akan menurun.

mendorong ekspor. Prakiraan penurunan laju inflasi dan ekspektasi positif konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan juga akan menorong konsumsi dan investasi. Sesuai pola tahunan, konsumsi pemerintah juga akan meningkat lebih tinggi pada triw ulan III 2014.

Laju inflasi diyakini akan semakin menurun pada triw ulan III 2014. Penurunan laju inflasi akan ditopang oleh kondisi cuaca yang masih kondusif untuk distribusi pasokan, juga ditopang oleh ekspektasi positif konsumen terhadap inflasi pada tiga bulan mendatang. Namun, terdapat potensi tekanan inflasi paska kenaikan tarif listrik Kota Batam dan pembatasan konsumsi BBM

bersubsidi yang dapat mendorong inflasi pada kelompok komoditas inti.

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

BAB 1 PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL

1.1. KONDISI UM UM

Pada triw ulan II 2014 perekonomian Kepulauan Riau tumbuh 6,33% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triw ulan sebelumnya sebesar 5,21% (yoy), juga lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada periode yang sama tahun lalu sebesar 5,99% (yoy). Angka pertumbuhan pada triw ulan II 2014 tersebut juga lebih tinggi dibanding pertumbuhan nasional sebesar 5,12% (yoy).

Dari sisi permintaan, penguatan pertumbuhan ekonomi pada triw ulan laporan terutama ditopang oleh penguatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan pembentukan modal tetap bruto (investasi). Penguatan konsumsi rumah tangga didorong oleh penyelenggaraan sejumlah kegiatan di Kepulauan Riau pada triw ulan II antara lain M TQ Nasional dan beberapa kegiatan lainnya, juga ditopang oleh perlambatan laju inflasi. Sementara itu, kondisi sosial politik yang tetap kondusif paska pemilihan umum menjadi faktor penopang pertumbuhan investasi.

Dari sisi penaw aran, penguatan pertumbuhan ekonomi terutama ditopang oleh penguatan pertumbuhan pada sektor-sektor utama yaitu sektor industri pengolahan yang dipengaruhi oleh perbaikan kinerja ekspor, serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebagai dampak peningkatan konsumsi masyarakat.

1.2. SISI PERM INTAAN

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Kepri Sisi Permintaan (yoy)

2014 KOMPONEN PENGGUNAAN

Tw.I*

Tw.II*

Tw.III* Tw.IV* 2013* Tw.I** Tw.II**

Konsumsi Rumah Tangga

6.88% 4.99% 7.89% Konsumsi Lembaga Swasta

4.04% 10.04% 18.17% Konsumsi Pemerintah

5.99% 5.07% 5.03% Pembentukan Modal Tetap Bruto

9.99% 11.33% 9.86% 9.94% Ekspor Barang dan Jasa

1.76% -4.32% -2.60% Dikurangi Impor Barang dan Jasa Perusahaan

4.24% -0.32% -0.41%

2.02% -2.43% -1.99%

1.21% -0.32% -4.83% -2.60%

Sumber: BPS Kepulauan Riau * angka sementara

** angka sangat sementara

Net Ekspor, 26.0%

Konsumsi RT, 50.8%

Swasta Nirlaba,

Sumber: BPS, diolah

Kontribusi terhadap PDRB dari Sisi Permintaan

1.2.1 KONSUM SI RUM AH TANGGA

Pada triw ulan II 2014, konsumsi rumah tangga tumbuh menguat signifikan dibanding triw ulan sebelumnya, dipengaruhi oleh kegiatan ekonomi masyarakat yang mulai meningkat pada triw ulan kedua, juga ditopang oleh perhelatan sejumlah kegiatan di Kepulauan Riau, serta laju inflasi yang semakin melambat. Konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh 7,89% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triw ulan sebelumnya sebesar 4,99% (yoy). Penguatan pertumbuhan tersebut terjadi baik pada konsumsi makanan maupun non makanan.

Perhelatan M TQ Nasional, beberapa kegiatan pariw isata serta kampanye pemilihan presiden (pilpres) merupakan beberapa faktor pendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Pada Juni 2014, Kota Batam menjadi tuan rumah penyelenggaraan M TQ Nasional bersamaan dengan penyelenggaraan sejumlah kegiatan lainnya yaitu Pekan Produk Kreatif Indonesia (PPKI), Pameran Peradaban Islam (PPI) dan Pameran Kesenian. Selain itu, terdapat juga kegiatan internasional tahunan di Kabupaten Bintan yaitu Bintan Thriathlon. Perhelatan berbagai kegiatan tersebut mendorong peningkatan jumlah w isataw an domestik maupun mancanegara yang berkunjung ke Kepulauan Riau yang kemudian berdampak pada peningkatan konsumsi rumah tangga. Demikian juga kegiatan kampanye pemilihan presiden yang dimulai pada bulan Juni, turut berkontribusi terhadap pertumbuhan konsumsi.

Peningkatan konsumsi rumah tangga juga ditopang oleh perlambatan laju inflasi yang berlanjut pada triw ulan II 2014 dan didukung pula oleh ekspektasi positif masyarakat terhadap kondisi ekonomi. Inflasi Kepulauan Riau (gabungan inflasi Kota Batam dan Kota Tanjungpinang) pada triw ulan II 2014 tercatat sebesar 6,03% (yoy), melambat dibanding inflasi triw ulan sebelumnya sebesar 7,75% (yoy). Sementara itu, hasil survei konsumen oleh Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau menunjukkan peningkatan indeks keyakinan Peningkatan konsumsi rumah tangga juga ditopang oleh perlambatan laju inflasi yang berlanjut pada triw ulan II 2014 dan didukung pula oleh ekspektasi positif masyarakat terhadap kondisi ekonomi. Inflasi Kepulauan Riau (gabungan inflasi Kota Batam dan Kota Tanjungpinang) pada triw ulan II 2014 tercatat sebesar 6,03% (yoy), melambat dibanding inflasi triw ulan sebelumnya sebesar 7,75% (yoy). Sementara itu, hasil survei konsumen oleh Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau menunjukkan peningkatan indeks keyakinan

Peningkatan konsumsi masyarakat juga tercermin dari peningkatan kredit konsumsi yang disalurkan oleh perbankan (bank umum dan BPR). Kredit konsumsi tumbuh menguat dari 23,57% (yoy) pada triw ulan sebelumnya menjadi 26,81% (yoy) pada triw ulan laporan. Penguatan kredit konsumsi terutama ditopang oleh pertumbuhan signifikan pada kredit pemilikan rumah (KPR), khususnya untuk tipe kecil (sampai dengan tipe 21), serta pertumbuhan pada kredit multiguna. Penguatan pertumbuhan kredit pada rumah tipe kecil antara lain dipengaruhi oleh peraturan loan to value (LTV) Bank Indonesia yang relatif lebih longgar untuk rumah sampai dengan tipe 21 dibanding rumah tipe sedang dan besar.

(yoy) INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN (IKK) 20%

INDEKS KONDISI EKONOMI SAAT INI (IKE) Konsumsi Makanan

Konsumsi Non Makanan

INDEKS EKSPEKTASI KONSUMEN (IEK)

Apr Mei Juni

Sumber: BPS

Grafik 1.2 Grafik 1.3

Perkembangan Konsumsi Makanan dan Non Makanan Perkembangan Hasil Survei Konsumen

Konsumsi

growth- Konsumsi (RHS)

(Rp miliar)

(%, yoy)

(Rp miliar)

IV I II 0.00 2011

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.4 Grafik 1.5 Perkembangan Kredit Konsumsi

Perkembangan KPR, KKB dan Kredit Multiguna

1.2.2 KONSUM SI PEM ERINTAH

Belanja Pemerintah tumbuh sedikit melambat , dari 5,07% (yoy) pada triw ulan sebelumnya menjadi 5,03% (yoy) pada triw ulan laporan.

Selama triw ulan II 2014, total realisasi belanja pemerintah di Kepulauan Riau (gabungan kabupaten/kota dan provinsi) mencapai 26,31% dari total rencana belanja, dengan porsi terbesar untuk belanja operasi sebesar 83,56% , dan porsi belanja modal sebesar 16,44% . Adapun realisasi belanja operasi sebesar 31,05% dari anggaran, dan realisasi belanja modal tercatat masih kecil yaitu sebesar 11,43% dari total anggaran.

Pada belanja operasi, porsi terbesar realisasi berupa belanja pegaw ai (42,66% ), diikuti oleh belanja barang dan jasa (32,87% ), dan bantuan keuangan (3,80% ). Sementara pada belanja modal, porsi realisasi terbesar berupa belanja modal jalan, irigasi dan jaringan (4,60% ), kemudian belanja modal peralatan dan mesin (2,57% ), serta belanja modal gedung dan bangunan (2,00% ). Relatif masih rendahnya penyerapan belanja modal mengingat pada triw ulan laporan sedang dilaksanakan pengadaan beberapa proyek yang pembayarannya akan dilakukan pada triw ulan III atau triw ulan IV 2014.

Untuk memberikan rangsangan terhadap pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, pemerintah perlu mengalokasikan belanja modal yang lebih tinggi khususnya untuk pembiayaan infrastruktur dengan porsi yang lebih besar sehingga dapat memberikan manfaat jangka panjang, serta mendorong pertumbuhan ekonomi, dan investasi.

1.2.3 INVESTASI

Investasi tumbuh menguat, dengan angka pertumbuhan 9,94% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triw ulan sebelumnya sebesar 9,86% (yoy).

Kondisi sosial politik yang tetap kondusif paska pemilihan umum, serta realisasi anggaran pemerintah yang mulai meningkat pada triw ulan kedua merupakan beberapa faktor yang mendorong penguatan pertumbuhan investasi.

Peningkatan investasi antara lain tercermin dari peningkatan impor barang modal, yaitu berupa barang modal dan alat angkut industri. Total impor barang modal senilai USD 385,88 juta, menguat signifikan dari negatif 7,79% (yoy) pada triw ulan sebelumnya menjadi 15,98% (yoy) pada triw ulan laporan. Peningkatan investasi pada triw ulan laporan juga terkonfirmasi melalui hasil liaison pada sejumlah pelaku usaha di Kepulauan Riau, yang secara total menunjukkan peningkatan investasi dibanding triw ulan sebelumnya maupun triw ulan II 2013.

Total Impor Barang Modal (LHS)

Investasi growth - Impor Barang Modal (RHS)

Kapasitas Utilisasi

(Juta USD)

IV I II -30.00

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.6 Grafik 1.7 Perkembangan Impor Barang Modal Kepulauan Riau Hasil Likert Scale Liaison KPw BI Kepulauan Riau

Sementara itu, dari sisi kredit perbankan, kredit investasi tercatat melambat di tengah peningkatan realisasi investasi, mengindikasikan bahw a sumber pembiayan investasi pada triw ulan laporan, sebagian bersumber dari non perbankan. M elalui survei liaison pada pelaku usaha diketahui bahw a sebagian perusahaan mendapatkan pembiayaan investasi maupun modal kerja dari induk perusahaan (parent company). Hasil survei liaison pada sejumlah pelaku usaha di triw ulan laporan menunjukkan bahw a rata-rata porsi pembiayaan investasi yang bersumber dari bank sebanyak 7,36% , sementara dari non bank (terutama dari parent company dan cash flow internal perusahaan) sebesar 78,36% dari total biaya yang dibutuhkan.

Investasi

growth - Investasi (RHS)

(Rp miliar)

Sumber Pembiayaan Investasi

10.00 Non Bank,

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: Survei Liaison KPw BI Kepulauan Riau

Grafik 1.8 Grafik 1.9 Perkembangan Kredit Investasi (Bank Umum dan BPR)

Hasil Likert Scale Liaison KPw BI Kepulauan Riau: Kepulauan Riau Sumber Pembiayaan Investasi

1.2.4 EKSPOR

M eskipun masih mencatatkan pertumbuhan negatif, namun kinerja ekspor tercatat lebih baik dibanding triw ulan sebelumnya. Ekspor tercatat tumbuh negatif 2,60% (yoy), atau lebih baik dibanding pertumbuhan triw ulan sebelumnya dengan angka pertumbuhan sebesar negatif 4,32% (yoy).

(yoy)

growth - Ekspor Non Migas 8%

Ekspor Luar Negeri

Ekspor Antar Daerah

Nilai Ekspor Migas

Nilai Ekspor Non Migas

growth - Ekspor Migas

(Juta USD)

IV I II III IV I II -60.00 2012

2013 2014 Sumber: BPS Sumber: BPS

Sumber: BPS, diolah

Grafik 1.10 Grafik 1.11 Pertumbuhan Ekspor Luar Negeri dan Antar Daerah Perkembangan Ekspor Migas dan Non Migas

Komoditas non migas dengan porsi 65,52% dari total ekspor tumbuh melambat pada triw ulan laporan. Total ekspor non migas senilai 2,6 miliar USD, tumbuh 0,85% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triw ulan sebelumnya sebesar 4,72% (yoy). Berdasarkan komoditas, perlambatan pertumbuhan ekspor terutama terjadi pada komoditas elektronik, mesin-mesin serta produk olahan CPO dan CPKO. M eskipun demikian, laju perlambatan ekspor non migas tertahan oleh peningkatan pertumbuhan ekspor produk dari besi dan baja, dipengaruhi oleh permintaan pipa besi dan baja untuk eksplorasi migas Australia yang tercatat masih tinggi pada triw ulan laporan.

Sementara itu, komoditas migas dengan porsi 34,48% terhadap total ekspor, tercatat tumbuh menguat. Total ekspor migas senilai 1,49 miliar USD, tumbuh dari negatif 30,06% (yoy) pada triw ulan sebelumnya menjadi negatif 12,46% (yoy) pada triw ulan laporan. Pertumbuhan ekspor terutama disumbang oleh komoditas hasil gas, sementara komoditas minyak mentah masih pada tren melambat.

85 - Elect. machinery, sound rec., tvetc

84 - Nuclear react.,boilers,mech. appli.

73 - Articles of iron and steel

Migas,

15 - Animal or vegt. fats and oils

89 - Ships,boats and floating structures

Non Migas, 4.87%

90 - Optical,photographic,medical instr.

38 - Miscellaneous chemical products.

18 - Cocoa and cocoa preparations

87 - Vehicles other than railway

80 - Tin and articles thereof

Sumber: BPS Kepulauan Riau

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.12 Grafik 1.13 Porsi Ekspor Migas dan Non Migas

Porsi Ekspor Komoditas Non Migas

Lemak dan Minyak Nabati dan Hewani Produk dari Besi dan Baja

Hasil gas Reaktor Nuklir, Pemanas, Mesin, dll

Minyak mentah

Mesin Elektronik, Perekam Suara, TV, dll Perahu, Kapal, dan Struktur Terapung Lainnya

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: BPS, diolah

Grafik 1.14 Grafik 1.15 Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Non

Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Migas Migas

1.2.5 IM POR Searah dengan ekspor, kinerja impor juga mulai meningkat dibanding triw ulan

sebelumnya meskipun masih mencatatkan pertumbuhan negatif. Angka pertumbuhan impor sebesar negatif 2,60% (yoy), atau lebih baik dibanding pertumbuhan pada triw ulan sebelumnya sebesar negatif 4,83% (yoy). Berdasarkan jenis komoditas, peningkatan kinerja impor terjadi baik pada komoditas migas maupun non migas. Berdasarkan asal barang, penguatan pertumbuhan impor terjadi baik pada impor luar negeri maupun impor antar daerah.

Nilai Impor Non Migas 14%

(yoy)

Impor Luar Negeri

Impor Antar Daerah

Nilai impor Migas

growth impor migas

growth impor non migas

(Juta USD)

0 -60.00 I II III

IV I II III IV I II 2012

IV I II III

IV I II I II III

2013 2014 Sumber: BPS

Sumber: BPS, diolah

Grafik 1.16 Grafik 1.17 Pertumbuhan Impor Luar Negeri dan Antar Daerah

Porsi Impor Migas dan Non Migas

Migas, 15.47%

Non migas, 84.53%

Sumber: BPS, diolah

Grafik 1.18 Porsi Impor Migas dan Nonmigas

Komoditas non migas, dengan porsi 84,53% terhadap total impor, juga mencatatkan pertumbuhan impor sebesar negatif 10,58% (yoy) atau lebih baik dibanding pertumbuhan pada triw ulan sebelumnya sebesar negatif 20,85% (yoy). Perbaikan kinerja impor terutama tercatat pada kelompok komoditas reaktor nuklir, pemanas, dan mesin; sementara angka pertumbuhan impor pada komoditas utama lainnya relatif stabil dibanding triw ulan sebelumnya.

Komoditas migas, dengan porsi 15,47% terhadap total impor, mencatatkan pertumbuhan impor sebesar negatif 9,19% (yoy) atau lebih baik dibanding pertumbuhan triw ulan sebelumnya sebesar negatif 42,96% (yoy). Nilai terbesar impor migas berupa komoditas hasil minyak (53,42% ) kemudian gas (46,58% ). Sementara itu, impor antar daerah juga menguat signifikan dari negatif 0,57% (yoy) pada triw ulan sebelumnya menjadi 3,71% (yoy) pada triw ulan laporan. Peningkatan impor antar daerah, yang sebagian besar terdiri atas bahan makanan, sandang, bahan baku konstruksi, dan lain-lain, menjadi salah satu indikator kelancaran pasokan barang ke Kepulauan Riau yang menopang perlambatan laju inflasi serta peningkatan pertumbuhan sektor perdagangan besar dan eceran.

85 - Elect. machinery, sound rec., tvetc

84 - Nuclear react.,boilers,mech. appli.

Besi dan Baja

73 - Articles of iron and steel

Produk dari Besi dan Baja Reaktor Nuklir, Pemanas, Mesin, dll

72 - Iron and steel

Mesin Elektronik, Perekam Suara, TV, dll Plastik dan Produk dari Plastik

39 - Plastics and articles thereof

89 - Ships,boats and floating structures

90 - Optical,photographic,medical instr.

76 - Alumunium and articles thereof 1.96%

Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II 32 - Tanning and dyeing extracts

0.00 Tw I

33 - Essential oils and resinoids 1.28%

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.19 Grafik 1.20 Porsi Impor Komoditas Non Migas

Pertumbuhan Impor Komoditas Utama Non Migas

1.3 SISI PENAWARAN

Pada sisi sektoral, penguatan pertumbuhan ekonomi pada triw ulan II 2014 ditopang oleh penguatan pertumbuhan pada sektor-sektor utama, khususnya sektor industri pengolahan, serta sektor perdagangan, hotel dan restoran.

Tabel 1.2.

Pertumbuhan Ekonomi Sektoral

year on year

SEKTOR EKONOMI

Tw.I*

Tw.II*

Tw.III* Tw.IV* 2013* Tw.I** Tw.II**

1.85% 2.04% 5.13% Pertambangan & Penggalian

3.50% 1.36% 1.26% Industri Pengolahan

5.67% 4.63% 5.15% Listrik, Gas & Air Bersih

8.57% 12.60% 13.57% 11.45% 15.21% 13.27% Perdagangan, Hotel & Restoran

7.87% 6.74% 9.80% Pengangkutan & Komunikasi

4.97% 3.16% 5.02% Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan

Sumber: BPS Kepulauan Riau * angka sementara ** angka sangat sementara

Keuangan,

Jasa-jasa, 2.5% Pertanian, 4.3%

Persewaan &

Pertambangan &

Jasa Perusahaan,

Penggalian, 7.2%

4.9% Pengangkutan

dan Komunikasi, 4.4%

Perdagangan, Hotel dan Restoran, 20.7%

Industri Pengolahan,

Listrik, Gas dan Air Bersih, 0.6%

Sumber: BPS, diolah

Grafik 1.21 Kontribusi Sektor Ekonomi terhadap PDRB

1.3.1 SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

Perbaikan kinerja ekspor berdampak pada penguatan pertumbuhan sektor industri pengolahan. Sektor industri pengolahan tumbuh 5,15% (yoy) lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triw ulan sebelumnya sebesar 4,63% (yoy). Penguatan pertumbuhan sektor industri pengolahan terjadi pada hampir seluruh subsektornya, termasuk subsektor utama yaitu subsektor alat angkut, mesin dan peralatannya serta subsektor logam dasar, besi dan baja.

Subsektor alat angkut, mesin dan peralatannya, dengan kontribusi 55,23% terhadap total PDRB industri pengolahan, tercatat tumbuh menguat dari 5,54% (yoy) pada triw ulan sebelumnya menjadi 5,61% (yoy) pada triw ulan laporan. M elalui survei liaison, diketahui bahw a produksi industri elektronik cenderung meningkat pada triw ulan kedua mengikuti pola pesanan dari konsumen. Selain itu, peningkatan produksi pada triw ulan kedua juga dilakukan untuk mengantisipasi penurunan produksi yang biasanya terjadi pada bulan puasa dan masa Lebaran.

Subsektor utama lainnya yaitu subsektor logam dasar besi dan baja, dengan kontribusi 17,25% terhadap total PDRB industri pengolahan tercatat tumbuh menguat dari 5,35% (yoy) pada triw ulan sebelumnya menjadi 6,82% (yoy) pada triw ulan laporan. Penguatan pertumbuhan subsektor logam dasar besi dan baja yang terutama berupa produk pipa besi dan baja dipengaruhi oleh permintaan perusahaan-perusahaan eksplorasi minyak dan gas Australia yang tetap tinggi terhadap produk tersebut, seiring dengan kegiatan eksplorasi minyak dan gas yang tetap tinggi di kaw asan tersebut.

(yoy)

Alat Angk., Mesin & Peralatannya

Semen & Brg. Galian bukan logam

Logam Dasar Besi & Baja

Logam Dasar Besi & Baja

Semen & Brg. Galian bukan logam Alat Angk., Mesin & Peralatannya 3.47%

Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya

Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet

Barang lainnya

Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki

Kertas dan Barang Cetakan -5% 0.60% Makanan, Minuman dan Tembakau

Sumber: Bank Indonesia 2014

Sumber: BPS

Grafik 1.22 Grafik 1.23 Struktur Industri Pengolahan Kepulauan Riau

Pertumbuhan Sub Sektor Industri Pengolahan

Penguatan pertumbuhan sektor industri pengolahan juga terkonfirmasi melalui hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) oleh Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau yang menunjukkan peningkatan realisasi kegiatan usaha pada triw ulan laporan dibanding triw ulan sebelumnya, dengan saldo bersih sebesar 21,05, lebih tinggi dibanding triw ulan sebelumnya sebesar 3,55. Searah dengan hasil SKDU, pertumbuhan produksi baik pada industri mikro kecil maupun industri besar sedang juga tercatat lebih tinggi pada triw ulan laporan, yaitu masing-masing sebesar 7,88% (yoy) dan 4,58% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triw ulan sebelumnya sebesar masing-masing negatif 1,54% (yoy) dan negatif 2,08% (yoy).

Ind.Pengolahan (SKDU)- Realisasi Pertumbuhan Produksi Industri Mikro Kecil (%,yoy)

(saldo bersih)

Ind. Pengolahan (PDRB) - Realisasi (RHS)

(%, yoy)

%, yoy

Pertumbuhan Produksi Industri Besar Sedang (%, yoy)

Tw II Tw III Tw IV Tw I -2.08 Tw II

Sumber: SKDU Bank Indonesia Provinsi Kep. Riau

Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau

Grafik 1.24 Grafik 1.25 Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) pada Sektor

Pertumbuhan Industri Besar Sedang dan Industri Mikro Industri Pengolahan

Kecil

1.3.2 SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN (PHR)

Penguatan konsumsi berdampak pula terhadap penguatan pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), dengan angka pertumbuhan sebesar 9,80% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triw ulan sebelumnya sebesar 6,74% (yoy). Berdasarkan subsektornya, penguatan pertumbuhan terjadi pada seluruh subsektor, yaitu subsektor perdagangan besar dan eceran, subsektor restoran, dan subsektor hotel.

Subsektor perdagangan besar dan eceran tumbuh signifikan 6,25% (yoy) pada triw ulan sebelumnya menjadi 10,02% (yoy) pada triw ulan laporan. Pertumbuhan tersebut didorong oleh penyelenggaraan sejumlah kegiatan di Kepulauan Riau pada triw ulan laporan (M TQ nasional, Pekan Produk Kreatif Indonesia, Pameran Peradaban Islam, Bintan Thriathlon), yang mendorong peningkatan jumlah w isataw an mancanegara maupun w isataw an domestik ke Kepulauan Riau, yang kemudian mendorong peningkatan belanja pada subsektor perdagangan besar dan eceran. Selain itu, kelancaran kegiatan bongkar muat di pelabuhan Batam yang tercermin dari volume bongkar dan muat barang yang lebih tinggi dibanding triw ulan yang sama tahun lalu turut menopang pertumbuhan subsektor perdagangan besar dan eceran. Perlambatan laju inflasi yang berdampak pada peningkatan daya beli masyarakat turut menopang pertumbuhan subsektor perdagangan besar dan eceran.

Pertumbuhan PHR Inflasi

Dalam Negeri Bongkar

Dalam Negeri Muat

Luar Negeri Ekspor 12.00%

(%, yoy)

Pertumbuhan Konsumsi RT

(ton)

Luar Negeri Impor

0.00% I II III

2014 Sumber: BPS, diolah.

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.26 Grafik 1.27 Pengaruh Inflasi terhadap Pertumbuhan Sektor

Volume Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Kota Perdagangan Besar dan Eceran

Batam

Subsektor hotel dan restoran juga tumbuh menguat, masing-masing sebesar 8,83% (yoy) dan 8,64% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan triw ulan sebelumnya sebesar masing-masing 7,08% (yoy) dan 7,12% (yoy). Penguatan pertumbuhan tersebut didorong oleh peningkatan jumlah w isman pada triw ulan laporan yang tercatat sebanyak 497.213 orang atau tumbuh 8,5% (yoy), dan berdampak pula pada peningkatan tingkat okupansi hotel maupun tingkat penghunian kamar (TPK) pada triw ulan laporan.

Penguatan pertumbuhan pada sektor PHR juga terkonfirmasi melalui hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) di Kepulauan Riau yang menunjukkan peningkatan realisasi kegiatan usaha pada triw ulan laporan dibanding triw ulan sebelumnya, dengan angka saldo bersih sebesar 6,27 lebih tinggi dibanding triw ulan sebelumnya sebesar 5,21.

Pertumbuhan (%, yoy) 600000

Jumlah Wisman (orang - LHS)

Pertumbuhan (%, yoy - RHS)

Jumlah Wisman (orang)

16 jmlh orang jmlh orang jmlh orang jmlh orang

IV I II 0 Jan -30.00 Feb Jun Jul 2011

Apr May Ju n Jul Ag Sep kt O N ov Des n Ja Feb Mar Apr May June

st

2013 2014 Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau, diolah.

Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah

Grafik 1.28 Grafik 1.29 Jumlah Wisman yang Berkunjung ke

Tingkat Penghunian Kamar (TPK) dan Rata-Rata Lama

Provinsi Kepulauan Riau Menginap Hotel Berbintang di Kepulauan Riau

PHR - Perkiraan Kegiatan Usaha

(saldo bersih)

PHR - Realisasi Kegiatan Usaha 30.00

-5.00 I II III

-10.00 -15.00 -20.00

Sumber: SKDU KPw BI Provinsi Kepulauan Riau

Grafik 1.30 Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha pada Sektor PHR

1.3.3 SEKTOR BANGUNAN

M eskipun melambat dibanding triw ulan sebelumnya, namun pertumbuhan sektor bangunan tercatat tetap tinggi pada triw ulan laporan. Sektor bangunan tumbuh 13,27% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triw ulan sebelumnya sebesar 15,21% (yoy).

Perlambatan pertumbuhan sektor bangunan antara lain dipengaruhi oleh sejumlah pekerjaan pembangunan jalan dan gedung untuk persiapan M TQ nasional yang sudah diselesaikan di triw ulan I 2014. M eskipun demikian, angka pertumbuhan sektor bangunan yang tetap tinggi tersebut mengindikasikan kegiatan konstruksi di Kepulauan Riau yang tetap tinggi pada triw ulan laporan dibanding periode yang sama tahun lalu, antara lain ditopang oleh industri perumahan/real estate yang tetap marak di Kepulauan Riau, serta realisasi proyek pemerintah yang mulai berjalan pada triw ulan kedua.

Sementara itu, data kredit pada sektor bangunan hingga triw ulan II 2014 masih pada tren menurun. Kondisi ini diprakirakan dipengaruhi oleh berbagai tekanan pada sektor konstruksi seperti polemik status lahan yang masih belum terselesaikan di Kepulauan Riau, pelemahan nilai tukar yang masih berlanjut turut berdampak pada tingginya harga bahan bangunan, serta kebijakan loan to value (LTV) Bank Indonesia.

Searah dengan perlambatan sektor bangunan, pertumbuhan konsumsi semen Kepulauan Riau juga tercatat menurun di triw ulan laporan. Total konsumsi semen sebesar 227.796 ton, tumbuh melambat dari 4,49% (yoy) pada triw ulan sebelumnya menjadi negatif 3,94% pada triw ulan laporan. Sementara itu, hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) oleh Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau menunjukkan terjadi peningkatan harga rumah hunian yang tercermin dari peningkatan indeks harga rumah pada triw ulan kedua dibandingkan triw ulan pertama, yaitu dari 105,10 pada triw ulan sebelumnya menjadi 106,69 pada triw ulan laporan.

300,000 40 Realisasi Pengadaan Semen Kepri (lhs) Konstruksi (Rp miliar) Pertumbuhan Kredit Konstruksi

Pertumbuhan Semen (rhs)

(20.00) 0 I II I II III IV

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Sumber: Asosiasi Semen Indonesia

I II (30) III IV

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 1.31 Grafik 1.32 Konsumsi Semen Kepulauan Riau

Perkembangan Kredit Konstruksi Kepulauan Riau

1.3.4 SEKTOR PERTAM BANGAN DAN PENGGALIAN

Tren perlambatan sektor pertambangan dan penggalian masih berlanjut pada triw ulan laporan. Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh 1,26% (yoy), melambat dibanding pertumbuhan pada triw ulan sebelumnya sebesar 1,36% (yoy).

Perlambatan sektor pertambangan dan penggalian terutama disumbang oleh perlambatan pertumbuhan pada subsektor minyak dan gas bumi yang tumbuh melambat dari 1,08% (yoy) pada triw ulan sebelumnya menjadi 0,83% (yoy) pada triw ulan laporan. Data lifting minyak dan gas bumi Kepulauan Riau menunjukkan lifting minyak sebesar 2,8 ribu M BBL, mengalami penurunan 10,7% (yoy). Sementara itu, meskipun masih tumbuh negatif, namun kinerja lifting gas tercatat lebih baik pada triw ulan laporan, yaitu sebesar 41,4 M BBTU atau tumbuh negatif 31,20% (yoy), membaik dibanding angka pertumbuhan triw ulan sebelumnya sebesar negatif 44,50% (yoy). Ke depan, lifting minyak dan gas Kepulauan Riau masih berpeluang untuk tumbuh lebih tinggi, dengan berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah bersama dengan KKKS (Kontraktor Kontrak Kerjasama) antara lain melalui penyelesaian proyek pengembangan South Belut (sumur dan fasilitasnya), pengembangan program pengeboran, serta berbagai program pemeliharaan sumur.

Sementara itu, subsektor pertambangan tanpa migas juga tumbuh melambat yang masih dipengaruhi oleh pelarangan ekspor mineral mentah sesuai UU No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan M ineral dan Batu Bara. Sektor pertambangan tanpa migas tumbuh 3,18% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triw ulan sebelumnya sebesar 3,28% . Searah dengan kondisi tersebut, data ekspor luar negeri di Provinsi Kepulauan Riau untuk komoditas hasil tambang pasir/bijih logam (termasuk non migas) nihil yang menunjukkan tidak ada ekspor untuk komoditas tersebut, mengindikasikan bahw a hasil Sementara itu, subsektor pertambangan tanpa migas juga tumbuh melambat yang masih dipengaruhi oleh pelarangan ekspor mineral mentah sesuai UU No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan M ineral dan Batu Bara. Sektor pertambangan tanpa migas tumbuh 3,18% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triw ulan sebelumnya sebesar 3,28% . Searah dengan kondisi tersebut, data ekspor luar negeri di Provinsi Kepulauan Riau untuk komoditas hasil tambang pasir/bijih logam (termasuk non migas) nihil yang menunjukkan tidak ada ekspor untuk komoditas tersebut, mengindikasikan bahw a hasil

Namun, perlambatan pada subsektor pertambangan masih tertahan oleh pertumbuhan pada subsektor penggalian, dengan angka pertumbuhan 3,04% (yoy) lebih tinggi dibanding pertumbuhan triw ulan sebelumnya sebesar 1,57% (yoy). Searah dengan kondisi tersebut, nilai ekspor luar negeri untuk kelompok komoditas pertambangan dan penggalian lainnya (hasil penggalian Kepulauan Riau antara lain berupa pasir granit ) tercatat mulai meningkat dibanding triw ulan sebelumnya meskipun masih mencatatkan pertumbuhan tahunan yang negatif yaitu sebesar negatif 6,27% (yoy), lebih baik dibanding pertumbuhan pada triw ulan sebelumnya sebesar negatif 47,49% (yoy).

Nilai Ekspor - Pertambangan dan Penggalian Lainnya (RHS)

growth (RHS) Nilai Ekspor - Pertambangan Pasir/Bijih Metal (RHS) growth - Pertambangan Pasir/Bijih Metal (LHS)

Lifting Minyak (LHS)

% (Juta USD)

Ribu MBBL

growth - Pertambangan dan Penggalian Lainnya (LHS)

IV I 0.0 (80.0) 2012

Tw-II Tw-III Tw-IV

Tw-I

Tw-II Tw-III Tw-IV

Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw I Tw II

2013 2014 Sumber: Bank Indonesia

Sumber: Kementerian ESDM , diolah.

Grafik 1.33 Grafik 1.34

Perkembangan Pertumbuhan Ekspor Hasil Tambang

Perkembangan Lifting Minyak Kepulauan Riau

Kepulauan Riau

Lifting Gas (LHS)

growth (RHS)

ribu MMBTU

Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I

Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I

Sumber: Kementerian ESDM, diolah.

Grafik 1.35

Perkembangan Lifting Gas Kepulauan Riau

BOKS 1

KUNJUNGAN WISATAWAN M ANCANEGARA M ENOPANG PERTUM BUHAN

EKONOM I

Provinsi Kepulauan Riau merupakan salah satu gerbang w isata mancanegara di Indonesia dan tercatat sebagai destinasi penyumbang w isataw an mancanegara nomor tiga terbesar di Indonesia setelah Bali dan Jakarta. Luas w ilayah sebesar

251.810 km 2 , terdiri atas 2.408 pulau, dengan 96% luas w ilayahnya berupa lautan.

Kepulauan Riau dengan ribuan pulaunya memiliki banyak destinasi w isata

menarik antara lain Lagoi di Bintan, Pantai Pulau Penaah di Lingga, Pantai Padang M elang di Anambas , Pantai M elur Batam di Pulau Galang, Pantai Indah di Batam, Pantai Trikora Bintan, Pantai Pelaw an dan Pongkar di Karimun, Pantai Sisi dan

Tanjung di Natuna, Pasir Panjang di Pulau Rupat, Nongsa di Pulau Batam, dan

lain-lain. Wisataw an dapat menikmati w isata selam, memancing, snorkeling , diving , tracking , w isata hutan bakau, w isata All Terrain Vehicle (ATV), parasailing , dan lain- lain, menjadikan Provinsi Kepulauan Riau menarik untuk dikunjungi khususnya untuk tujuan w isata yang berbasis kelautan dan budaya setempat.

Berdasarkan Passenger Exit Survey (PES) yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Kepulauan Riau pada bulan Juli 2014 terhadap 100 responden w isataw an mancanegara yang berkunjung ke Provinsi Kepri melalui Kota Batam, diketahui bahw a w isataw an terbanyak berasal dari Singapura (77% ) karena jarak negara tersebut sangat dekat dengan Kota Batam. Sejalan dengan hal tersebut, berdasarkan hasil PES, 94% mata uang asing yang disiapkan oleh w isman berupa dollar Singapura (SGD).

3% Holiday/Leisure

M alaysia

Visiting Friends/Relatives

France

Educstion/Study

Sport M ission

Lain-lain

Health and Beauty

Grafik B1.1. Asal Negara Wisatawan Mancanegara Grafik B1.2. Alasan Wisatawan Mancanegara Berkunjung ke Kepulauan Riau

Hasil PES menunjukkan bahw a 42%

w isman yang berkunjung adalah business

M anager/Executiv

e manager atau executive dengan tujuan

Student

kunjungan sebagian besar untuk berlibur

(79% responden). Hal ini menunjukkan

Others

bahw a kondisi Kepulauan Riau dengan

Clerical/Technical/

destinasi-destinasi w isata yang ada,

Sales

cukup menarik bagi w isataw an asing sebagai alternatif liburan.

Grafik B1.3. Pekerjaan Wisatawan yang Berkunjung ke Kepri

Kunjungan w isataw an mancanegara ke Kepulauan Riau turut berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan hasil PES, sebanyak 57% w isataw an

mancanegara yang mengunjungi Kepri menginap di hotel, hal ini dapat m embantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kepri khususnya di sektor perdagangan, hotel dan restoran. Pada triw ulan II 2014 pertumbuhan ekonomi Kepri di sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 9,80% (yoy).

Villa/Apartment

5 Ferry Terminal M arina

Hang Nadim

Residence Of Friend/Family

10 Lainnya

Non-Classified Hotel

11 Ferry Terminal Nongsa

Others

17 Ferry Terminal Harbour Bay

29 Classified Hotel

Ferry Terminal Batam Center

57 Ferry Terminal Sekupang

Grafik B1.4. Akomodasi Wisatawan Mancanegara di Grafik B1.5. Pintu Masuk Wisatawan Mancanegara ke Provinsi Kepulauan Riau

Provinsi Kepulauan Riau

Lebih lanjut, w isman yang berkunjung juga memberikan pemasukan bagi sektor transportasi. Dari Grafik B1.5. terlihat bahw a w isman yang berkunjung ke Kepulauan Riau cenderung memilih menggunakan kapal feri (93% responden), karena jarak yang dekat dengan Batam, jumlah armada banyak, dan biayanya relatif murah. Sementara itu, pelabuhan yang paling banyak dijadikan pintu masuk w isman ke Kepri adalah Terminal Feri Sekupang.

Accomodation 30 hari

Food and Beverages 5 hari

Souvenirs 6 hari

Blank 9 Shopping and Daily

Needs 3 hari

Entertainment 2 hari

Local Transportation 1 hari

Local Transportation (Land)

Grafik B1.6. Lama Wisatawan Berkunjung di Grafik B1.7. Rata-rata Distribusi Pengeluaran Kepulauan Riau

Wisatawan Selama berkunjung di Kepri

Kunjungan w isataw an asing juga berkontribusi terhadap peningkatan cadangan devisa. Wisataw an asing yang berkunjung harus menukarkan mata uang mereka untuk dapat bertransaksi di Kepulauan Riau. Berdasarkan hasil PES Juli 2014, 85% w isman berkunjung ke Kepulauan Riau selama 1-3 hari, dengan rata-rata pengeluaran sebesar Rp 3,19 juta (atau rata-rata sebesar SGD 340) per w isman. Dari uang yang mereka keluarkan di Kepulauan Riau tersebut, sebagian besar untuk keperluan akomodasi, makan dan minum, suvenir serta hiburan (Grafik B1.7.).

Untuk mendorong peningkatan kontribusi sektor pariw isata terhadap perekonomian, maka pemerintah daerah diharapkan untuk terus meningkatkan potensi destinasi w isata yang ada serta lebih gencar melakukan promosi terutama ke negara-negara tetangga terdekat. Selain itu, pemerintah bersama seluruh masyarakat juga diharapkan berperan aktif menjadikan Kepulauan Riau sebagai daerah tujuan w isata yang nyaman, antara lain dengan menjaga sikap ramah terhadap w isataw an, disiplin menjaga kebersihan lingkungan, penyediaan sarana transportasi publik yang nyaman, serta menjaga agar kondisi keamanan Kepulauan Riau selalu kondusif.

(Sumber: Passenger Exit Survei Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau)

BAB 2 PERKEM BANGAN INFLASI REGIONAL

Inflasi Kepulauan Riau pada Triw ulan II 2014 mengalami penurunan mengikuti pola tahunan yang berangsur turun hingga pertengahan tahun. Inflasi Kepulauan Riau triw ulan II 2014 tercatat sebesar 6,03% (yoy) menurun dibandingkan triw ulan sebelumnya sebesar 7,84% (yoy). Penurunan inflasi tersebut dipengaruhi kecukupan pasokan bahan pangan dan kelancaran distribusi barang terutama bahan makanan seperti cabai merah dan baw ang merah yang dipenuhi dari luar daerah Kepulauan Riau.

2.1. PERKEM BANGAN INFLASI M ENURUT KELOM POK BARANG DAN JASA

2.1.1 INFLASI BULANAN (mtm)

Kepulauan Riau secara bulanan, mengalami deflasi dua bulan berturut -turut yakni April dan M ei 2014 sedangkan pada Juni mulai tercatat inflasi. Kepulauan Riau mengalami deflasi pada April dan M ei dengan masing-masing sebesar 0,58% (mtm) dan 0,03% (mtm). Sementara pada Juni 2014 terjadi inflasi sebesar 0,24% (mtm).

Tabel 2.1 Inflasi Bulanan Kepulauan Riau Menurut Kelompok Barang dan Jasa (% mtm)

No Kelompok

1 Bahan Makanan

-0,24 -4,16 -1,69 0,02 Makanan Jadi, minuman,

0,67 0,24 rokok dan tembakau

Perumahan, air, listrik,

0,32 0,58 gas dan bahan bakar

2,95 0,08 Pendidikan, rekreasi dan

0,01 -0,03 olahraga

Transpor, komunikasi dan

-0,14 0,01 0,12 jasa keuangan

Sumber : BPS Kepulauan Riau , diolah