Pandangan Informan terhadap Miss Indonesia Setelah Mengikuti Ajang Miss Indonesia

4.7.3 Pandangan Informan terhadap Miss Indonesia Setelah Mengikuti Ajang Miss Indonesia

Setelah peserta dipilih, mereka harus mengikuti masa karantina selama kurang lebih 14 hari untuk diberikan berbagai pembekalan dan pengetahuan baru mengenai Miss Indonesia dan bagaimana menjadi sosok perempuan yang seharusnya, sebelum akhirnya dipilih satu orang pemenang yang menyandang gelar sebagai Miss Indonesia. Masa-masa ini baik langsung maupun tidak langsung akan membentuk, mengubah, dan memperkuat persepsi peserta mengenai ajang Miss Indonesia secara keseluruhan, dan sosok Miss Indonesia itu sendiri. Selain itu, masa-masa selama peserta menjalani perannya sebagai Miss Indonesia juga turut serta dalam pembentukan persepsi dan konsep diri peserta Miss Indonesia.

Hal ini menjadi penting untuk diteliti karena melalui pembahasan mengenai hal ini, akan diketahui seberapa jauh ajang Miss Indonesia mampu membentuk dan memperkuat konsep diri positif pesertanya agar dapat menjadi humas bagi ajang Miss Indonesia itu sendiri.

Informan 1 mengatakan bahwa seorang Miss Indonesia memang merupakan sosok perempuan yang dituntut harus sempurna dalam segala hal. Ia mengakui bahwa dari segi fisik memang dirinya diatas rata-rata perempuan Indonesia, lebih menguasai teknik public speaking dan serta memiliki pembawaan diri yang lebih baik:

“Memang ternyata dituntut sempurna. Memang bisa dibilang menguasai segalanya, maksudnya physically kita memang diatas rata-rata. Termasuk lebih pintar public speaking. Pembawaan diri kita lebih baik lah dari orang- orang pada umumnya.”

Namun, informan 1 menambahkan bahwa setelah menjadi Miss Indonesia, ia menyadari bahwa tetap ada ketidaksempurnaan dari diri setiap orang, termasuk dirinya sebagai seorang Miss Indonesia. Ia merasa, sebagai sosok public figure yang dilihat dan menjadi sorotan banyak orang, ketidaksempurnaannya sebagai seorang manusia menjadi terbuka dan menjadi konsumsi banyak pihak:

“Bukan berarti sesempurna yang kamu bayangin sebelumnya. Baru sadar gitu loh setiap orang punya masalah masing-masing dan ternyata jauh dari sempurna. Misalnya, kayak aku pribadi. Background keluargaku bikin orang juga jadi bertanya-tanya. Kok background keluarga kayak gini bisa sih jadi Miss Indonesia.”

Bahkan informan 1 menyatakan adanya penyesalan dalam dirinya, setelah mengikuti ajang Miss Indonesia dan menjalankan tugas sebagai seorang Miss Indonesia:

“sedikit ada penyesalan, karena hmm apa ya. Misalnya kayak kasusku ini. Kasusku, aku ngga suka banget karena aku tertutup orangnya. Aku ngga suka banget orang tahu kehidupanku yang sangat-sangat tidak sempurna. Sangat banyak cacatnya. Tapi karena aku public figure, se-Indonesia tahu. Sedetail- detailnya dari orangtuaku, semuanya tahu. Jadi penyesalan terbesarku ya disitu.”

Hal ini diutarakan oleh informan 1, sebab ia menyatakan bahwa selama menjalani tugas sebagai seorang Miss Indonesia, ia merasa bahwa yang menjadi beban dan sorotan publik adalah dirinya sendiri, bukan MNC Group sebagai pihak penyelenggara, maupun Yayasan Miss Indonesia:

“Miss Indonesia nya aja sih. Terlepas itu dari MNC atau yayasan Miss Indonesia. Karena orang itu kalau udah Miss persepsinya pasti cewek sempurna. Mereka cantik, pintar, pokoknya sempurna. Orang lihat Miss

Indonesia ya aku, bukan MNC atau yayasannya.”

Senada dengan yang diutarakan oleh informan 1, informan 2 juga menyatakan bahwa apa yang didapat olehnya setelah menjadi peserta Miss Indonesia tidak seperti yang dibayangkan pada awalnya, terutama dalam hal perlakuan masyarakat terhadap dirinya. Informan 2 merasa tidak ada perlakuan spesial dan hadiah yang mewah yang didapatnya setelah mengikuti ajang Miss Indonesia:

“...mungkin tidak sebaik dan semewah di awal ya. Karena setelah kita jalanin ternyata banyak hal-hal yg tidak sesuai dengan harapan kitalah tidak se-wah itu. Apa yaaa..(tertawa). Misalnya sewaktu diawal ternyata tidak mendapat hadiah seperti yang diharapkan. Itu satu, terus apa yah...tidak diperlakukan seperti misalnya masyarakat biasa berpikir wah ini pasti begini begini. Sementara pas kita alami ternyata ngga gitu-gitu juga. Jadi awalnya aku berpikir kita akan diperlakukan spesial, dapet hadiah banyak, ternyata tidak seperti itu.”

Namun, ia juga menambahkan bahwa banyak hal positif yang didapat dari keikutsertaannya dalam ajang Miss Indonesia, yang belum tentu ia dapatkan di tempat lain:

“tapi di Miss Indonesia sendiri kita banyak mendapat pelajaran berharga yang ngga akan kita dapetin kalo kita ngga ikut, yang ngga semua orang bisa dapet. Seperti ya..misalnya cara kita bersikap, kelas-kelas motivasi, kelas koreo, cara mengajarkan kita untuk senyum. Menurut aku tuh bener-bener ngga bisa dibayar ya. Yang kayak gitu kan kepake bukan hanya di Miss Indonesia tapi kepake untuk selamanya... Manfaatnya ya dari kelas-kelasnya itu. Kita bisa ketemu sama orang-orang yang ahli dibidangnya. Yang ngga mungkin bisa kita temui kalau kita cuma masyarakat biasa. Dan ilmu-ilmu nya itu benar-benar kepake sampe kita tua. Bisa bersikap yang baik, cara berbicara sama orang, yah pokoknya itu apa yah sangat bermanfat. ”

Lebih lanjut, informan 2 menyatakan bahwa terdapat perbedaan dan perubahan dalam dirinya ke arah yang lebih positif setelah mengikuti ajang Miss Indonesia:

“Perubahan itu lebih terlihat dari cara barsikap, cara berbicara. Itu lebih terorganisir ya. Karena setelah kita ada di MI itu ada sesuatu yang harus kita “Perubahan itu lebih terlihat dari cara barsikap, cara berbicara. Itu lebih terorganisir ya. Karena setelah kita ada di MI itu ada sesuatu yang harus kita

Hal berbeda diungkapkan oleh informan 3 yang merupakan Runner Up 2 Miss Indonesia 2012. Ia mengatakan bahwa setelah mengikuti ajang Miss Indonesia, ia merasa bahwa menjadi Miss Indonesia tidak semudah yang dibayangkan pada awalnya. Ia menyadari adanya tanggungjawab yang besar yang harus diembannya selama satu tahun:

“Tapi yang aku tau sih, dari karantina sampe sekarang, jadi Miss Indonesia tuh ngga gampang gitu, kayak berat. Jadi pas karantina sebenernya ada mikir juga kayak aduh, kayaknya kalau ntar jadi Miss Indonesia ngga bisa, tangungjawabnya terlalu besar gitu, ada sempet mikir kayak gitu juga sih. Cuma ditengah-tengah mikir yaudalah udah emang udah komitmen ikut, yaudah ikut. Just give my best sih ”

Hal ini dikarenakan informan 3 merasa latar belakang pendidikan dan pekerjaannya yang memang berseberangan dengan dunia kontes kecantikan:

“Sempet mikir juga sih kayaknya dunia gue bukan disini. Terus ada juga karena takut tanggungjawabnya dan takut juga akan tanggapan publik yang negatif, gitu. Jadi ya emang semuanya jadi satu gitu. ”

Selain itu, informan 3, menyatakan bahwa banyak dampak positif yang ia dapatkan setelah mengikuti ajang Miss Indonesia. Ia mengaku memiliki tingkat kepercayaan diri yang lebih baik, serta lebih berani mengambil keputusan dan bertindak: “Mungkin pede jadi sedikit lebih naik tapi masih kurang lah maksudnya aku pengen lebih pede lagi, jadi pede sedikit lebih nai k.”

Bukan itu saja, lebih terbukanya jalan dan kesempatan untuk melakukan kegiatan sosial juga diungkapkan oleh informan 3 sebagai perubahan yang ia rasakan dalam dirinya setelah mengikuti ajang Miss Indonesia: “Untuk kegiatan sosial kalau dulu mau berbuat sosial kadang-kadang mikir, aduh ntar dipikir ah sok baik lah apa lah. Kalau sekarang kayak udah lebih ngga perduli, kayak

emang…emang pengen berbuat sosial kan.”

Informan 4 menyatakan bahwa setelah mengikuti ajang Miss Indonesia, ia merasa bahwa asumsinya mengenai Miss Indonesia adalah sosok yang sempurna ternyata benar adanya. Bahkan, lebih lanjut ia menambahkan bahwa ia langsung dapat memprediksi peserta mana yang akan unggul:

“Ternyata bener kak kalo Miss Indonesia itu semua orang berbakatnya dikumpulin jadi satu, dan mereka bukan Cuma cantik luar aja kak, tapi mereka punya inner beauty. Aku pun bisa memprediksi wah dia pantes nih jadi 15 besar, jadi 5 besar. ”

Namun di sisi lain, informan 4 mengaku bahwa ekspektasinya terhadap ajang Miss Indonesia menurun persis disaat ia dinyatakan menjadi peserta ajang Miss Indonesia. Hal ini dikarenakan ia merasa dirinya tidak cukup sempurna untuk menjadi peserta ajang ini:

“Karena ternyata aku bisa di dalam situ, ngga tau sih, jujur dari diri aku, sebenernya ekspektasi aku jadi turun setelah aku masuk Miss Indonesia. Karena dulu aku melihat orang-orang yang disana tuh kaya keren banget.Tapi ternyata begitu aku masuk di sana, aku ngerasa diri aku biasa-biasa aja tapi ternyata aku bisa masuk. ”

Seiring dengan berjalannya waktu dan semakin menjalani masa-masa karantina serta peranannya sebagai peserta ajang Miss Indonesia, informan 4 merasakan bahwa memang ada hal lain selain kecantikan fisik yang dinilai dan menjadi titik penilaian ajang Miss Indonesia, seperti misalnya bakat, kepribadian, dan potensi masing-maisng peserta:

“Aku jadi ngeliat di luar ekspektasi awal aku yang aku liat Miss Indonesia itu suatu paket sempurna yang semua orang disana itu satu tipe. Ternyata ngga, begitu aku ikut Miss Indonesia, tiap orang itu punya nilai jual yang beda- beda. Kaya aku, mungkin aku tuh bukan yang sempurna banget, aku masih punya kekurangan, tapi juri itu kaya liat aku punya nilai tambah yang berbeda. Kaya misalnya aku lebih ke dunia perempuan dan seni. Tapi orang lain mungkin potensinya beda sama aku, tapi dia juga bisa masuk. Jadi begitu aku masuk Miss Indonesia, ternyata yang diliat bukan Cuma cantik doang kak, tapi juga kepribadian kita sendiri gitu. ”

Dari keikutsertaannya dalam ajang Miss Indonesia pula, informan 4 merasakan adanya perubahan yang positif dalam dirinya. Ia mengaku kini ia lebih dapat menerima dirinya apa adanya, dengan segala kelebihan dan kekurangannya, tidak berpura-pura, serta belajar mengontrol emosi dan tekanan:

“Aku lebih jadi orang yang lebih dewasa ketika aku masuk Miss Indonesia. Aku bisa terima diri aku seutuhnya. Ini ketika aku melihat kemauan juri adalah perempuan Indonesia yang apa adanya. Ngga fake. Kalo misalnya ngga bisa, ngga maksain, dan cara bicara juga sesuai dengan kitanya sendiri. Ini yang bener-bener bikin aku jadi dewasa. Kita jadi bener-bener jadi diri kita apa adanya. Ternyata kemarin yang dibuat-buat ngga masuk sama sekali ke nominasi. Miss Indonesia itu membentuk pribadi lebih apa adanya...Bisa handle nervous, stres, jadi banyak belajar tentang manajemen stres gitu. ”

Setelah mengikuti berbagai proses dan tahapan, serta menjalani hari-hari sebagai peserta ajang Miss Indonesia, keempat informan menyatakan bahwa memang tidak seluruh asumsi awal mengenai ajang tersebut benar adanya. Namun, mereka menyatakan bahwa banyak hal positif yang mereka dapatkan, yang juga mengubah diri mereka menjadi sosok perempuan Indonesia yang lebih baik. Selain itu, keempat informan menyatakan bahwa setalah mengikuti ajang Miss Indonesia, mereka semakin merasa bahwa seorang Miss Indonesia memang adalah seorang yang dituntut sempurna, serta memiliki kemampuan, kepribadian, kecerdasan, dan kecantikan seorang perempuan Indonesia.

Informan 5 menyatakan bahwa seluruh peserta ajang Miss Indonesia terpilih telah memiliki kriteria MISS yang ditetapkan oleh Miss Indonesia Organization:

“Yang dipilih itu sesuai kriteria. Kalo menurut aku ya. Yang dipilih jadi sesuai sama kriteria yang kita mau, gitu loh. Sebagai miss tuh itu, jadi ngga ada keterpaksaan atau apapun. Jadi yang kita pilih yaudah, itu yang menurut kita udah yang terbaik. ”