Pandangan mengenai Kontes Kecantikan

4.8 Pandangan mengenai Kontes Kecantikan

Selanjutnya, peneliti akan menganalisis bagaimana para informan, sebagai peserta ajang Miss Indonesia, memandang kontes kecantikan itu sendiri secara umum. Melalui hal ini, dapat dilihat bagaimana informan memaknai kontes kecantikan.

Menurut informan 1, kontes kecantikan tidak hanya mempertandingkan kecantikan secara fisik saja. Informan 1 mengatakan bahwa ia mengalami dan merasakan sendiri bahwa memang kontes kecantikan tidak hanya mempertandingkan kecantikan secara fisik:

“Ya memang walaupun judulnya kontes kecantikan, tapi memang yang dipertandingkan bukan hanya kecantikan fisiknya aja ya. Kepribadian, kepintaran, ya yang kayak gitu-gitu juga menunjang kecantikan seseorang kan. Kalau menurutku sih Miss Indonesia bukan hanya cantik aja. Soalnya kalau cantik aja mungkin kamu yang menang. Soalnya menurutku kamu lebih bisa mencerminkan sebagai orang Indonesia, lebih tinggi lebih semuan ya.”

Informan 1 juga menambahkan pendapatnya dengan mengatakan bahwa hal tersebut memang seharusnya terjadi, sebab menurutnya kecantikan adalah sebuah hal yang relatif dan tidak dapat dipertandingkan. Informan 1 menilai Informan 1 juga menambahkan pendapatnya dengan mengatakan bahwa hal tersebut memang seharusnya terjadi, sebab menurutnya kecantikan adalah sebuah hal yang relatif dan tidak dapat dipertandingkan. Informan 1 menilai

“Ada kontes yang mentingin cantiknya aja. Malah kadang yang menang yang menurutku bukan yang paling cantik. Karena yang nilai dewan juri. Jadi ya gimana ya, kacau juga sih. Kecuali yang nilai masyarakat. Tapi itu juga bisa direkayasa kan. Harusnya kontes kecantikan itu bukan hanya kecantikannya aja. Karena menurutku cantik itu kan relatif ya, jadi kecantikan fisik itu ngga

bisa dipertandingkan.” Senada dengan pendapat informan 1, informan 4 mengatakan bahwa

menurutnya kontes kecantikan adalah kumpulan perempuan-perempuan yang tidak hanya cantik, tetapi juga pintar dan berbakat:

“Dari awal aku emang udah suka banget sama kontes kecantikan, soalnya perempuan cantik yang ditawarkan itu bukan artis-artis yang biasa kak, tapi bener-bener orang-orang dari latar belakang yang berbeda dikumpulin dan mereka ngga cuma pinter, tapi mereka juga cantik. Itu paket yang bener-bener jadi panutan yang bagus buat di masyarakat. ”

Sementara itu, informan 3, meskipun menyatakan hal yang senada dengan informan 1 dan informan 4, menyatakan bahwa merupakan sebuah hal yang wajar dan lumrah jika kontes kecantikan mementingkan faktor kecantikan secara fisik, sebab hal tersebut diperlukan untuk menarik perhatian masyarkat sehingga menyampaikan pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat:

“sebenernya ngga bisa disalahin kalau mereka cari…apa sih…cari wanita yang cantik, gitu loh. Karena mereka membutuhkan wanita yang cantik untuk menarik perhatian orang baru mereka menyampaikan pesannya, gitu. Jadi nga bisa disalahin sih kalau mereka cari yang secara fisiknya emang cantik, gitu. ”

Informan 3 menambahkan bahwa pesan yang dimaksud adalah pesan untuk melakukan kegiatan sosial dan membawa budaya Indonesia kepada orang lain, baik lokal maupun internasional:

“Maksudnya untuk ngajak orang berbuat sosial, terus untuk…kan memang taglinenya

gitu, untuk membawa…emmm…culturenya Indonesia ke dunia luar, traditionsnya, dan

kan

me- represent

Indonesia Indonesia

Sementara itu, informan 5 sebagai pihak yang telah terlebih dahulu menangani kontes kecantikan mengatakan bahwa kontes kecantikan adalah sebuah hal yang menarik dan menantang, dimana pihak penyelenggara harus jeli melihat karakter dan diri sebenarnya dari para peserta kontes kecantikan. Sebab, banyak terjadi para peserta kontes kecantikan memang hanya memiliki kecantikan dari segi fisik saja, dan tidak memiliki karakter dan konsep diri yang memang positif:

“Jadi begitu ada Miss Indonesia terpilih atau ada kontes kecantikan lain gitu, liat terpilih, aku langsung liat, oh ini apa ya, yang kurang nih apa ya. Physically oke, nice gitu kan. Cuma begitu kita kenal, kita deket, kita tahu.Makin lama kesini kesini kesini, makin deket, kita tahu. Jadi makanya kalo liat ajang kontes kecantikan lain, liat physically oh cantik ya, tapi gimana ya. Jadi buat kita mikir sendiri, gimana ya dalemnya, karena kita kerjanya dunianya kayak gini, jadi udah tahu. Nah itu kalo aku yang aku suka dari kontes kecantikan. Karena aku bisa kayak ngorek lebih dalem lagi nih nanti aku tahu nih orang apa kurangnya dibalik dia yang sempurna. ”

Menanggapi komentar miring yang ada di masyarakat Indonesia mengenai kontes kecantikan, informan 2, informan 3, dan informan 4 menyatakan hal yang serupa. Menurut mereka, kontroversi dan komentar miring tersebut muncul karena masyarakat tidak merasakan dan tidak terlibat langsung dengan kegiatan dan dunia kontes kecantikan. Sehingga, apa yang muncul di masyarakat adalah kritikan bahwa hanya mementingkan kecantikan fisik, dan menjual tubuh perempuan.

Informan 2 menyatakan bahwa kontroversi tersebut dapat muncul dari orang-orang yang benar-benar mengerti tentang kontes kecantikan, maupun dari orang-orang yang hanya melihat dari luar saja. Bahkan, ia berpendapat bahwa komentar miring muncul dari orang-orang yang sebenarnya ingin mengikuti kontes kecantikan:

“Orang-orang itu sih sebenarnya punya motif pengen ikutan kontes itu. kalo ada komentar miring itu ada 2 kemungkinan, dari orang yang bener-bener mengerti atau justru orang yang tidak mengerti. Jadi ngga semua tanggapan itu bisa kita denger. Semua tanggapan itu harus kita olah dipikiran.”

Informan 3 menyatakan bahwa sebaiknya masyarakat tidak menghakimi kontes kecantikan sebelum mereka benar-benar paham apa saja yang dilakukan oleh kontes kecantikan:

“kalau mereka sendiri udah ikut karantinanya dan mereka sendiri ikut beauty pageant sendiri mereka pasti…pandangan terhadap beauty pageant pasti akan berubah. Aku yakin banget mereka pasti pandangannya berubah. Jadi jangan judge lah kalau misalnya belum… belum ngerasain sendiri jangan judge.”

Namun di sisi lain, informan 3 memaklumi pandangan tersebut, sebab dari namanya yaitu kontes kecantikan, tidak heran bahwa orang berpikir bahwa hanya mementingkan kecantikan fisik dan tubuh perempuan: “Aku ngerti sih soalnya judulnya sendiri udah „beauty pageants‟ gitu, pasti mereka mikir ini hanya tentang cantiknya aja luarnya, gitu. Sebenernya kan ngga juga. ”

Menurut informan 4, selain karena banyak orang yang tidak merasakan langsung proses kontes kecantikan, kontroversi tersebut muncul tidak lepas dari campur tangan pihak media. Media dinilai hanya mengangkat hal-hal negatif yang muncul, atau hal-hal yang dapat dinilai negatif oleh masyarakat dan kurang mengekspos hal-hal positif dari kontes kecantikan:

“mereka ngga tau cara prosesnya, kaya mau ke Miss World itu mereka ngga tau cara jalannya, latar belakang orang-orangnya. Mereka bisa bilang gitu mungkin karena kita pake swimsuit doang, dan cuma itu doang kak, sisanya mereka ngga liat kan talent show nya gimana, penjuriannya gimana, kepribadian yang dieksplor, mereka kan ngga tau itu. Dan kurang diekspos juga kan sama media tentang itu ... mungkin dari media yang komentarnya lebih negatif, kaya misalnya Miss Indonesia cuma liat kecantikan, ngga liat bobot otaknya. Menurut aku, mereka sebenernya ngga tau perjuangan kita di dalam tuh seperti apa. Dan aku rasa posisi Miss Indonesia atau lomba-lomba kecantikan yang lain itu lebih diekspos hal-hal negatifnya, kaya misalnya mereka melakukan kesalahan, lebih diekspos oleh media. ”

Informan 4 menambahkan bahwa hal tersebut juga kurang mendapat klarifikasi melalui media dari pihak penyelenggara kontes kecantikan, sehingga masyarakat cenderung bersikap skeptis terhadap kontes kecantikan:

“jadi terlalu banyak komentar negatif dan tidak ada klarifikasi dari Miss Indonesianya sendiri. Kaya kemarin-kemarin tuh ngga pernah kan Miss Indonesianya klarifikasi gitu kalo ada salah, jadi kurang klarifikasi. Tapi dengan adanya itu, opini publik kan bisa menilai sendiri gitu bahwa kesalahan yang dibuat Miss Indonesia emang lumrah. ”

Pada dasarnya informan 1 setuju bahwa komentar negatif muncul karena masyarakat tidak merasakan dan terlibat langsung dengan kontes kecantikan, namun, informan 1 menambahkan pandangan bahwa munculnya kontroversi tersebut juga disebabkan oleh kesalahan dari kontes kecantikannya sendiri, yang tidak jeli dalam memilih pemenang:

“menurutku karena salah beauty pageantnya sendiri sih. Misalnya kayak kontes lain, mereka cuma cari cantiknya aja tapi malah mempermalukan Indonesia di ajang internasional. Jadi wajar kalau orang sampai merendahkan. Misalnya kayak ada tuh yang bahasa inggrisnya kacau cuma menang cantik dan tinggi. Orang Indon esia juga malu kali nontonnya.”

Namun, informan 1 berpendapat bahwa kontroversi akan selalu muncul karena Indonesia memegang nilai-nilai ketimuran:

“Tapi orang Indonesia biar gimana pun eastern value kan. Mau pakai yang terbuka juga diprotes, sedangkan beauty pageant yang internasional kan musti pakai baju renang karena mereka mau lihat fisik. Jadi ya menurutku selama Indonesia masih eastern value ya akan tetep diprotes. Kecuali kita westernisasinya kuat banget udah meninggalkan adat- adat yang lama.”

Bahkan, lebih lanjut informan 1 menceritakan pengalamannya dalam menghadapi komentar negatif tentang kontes kecantikan sesaat sebelum ia mewakili Indonesia ke ajang internasional:

“Sebelum aku berangkat Miss World juga pernah ditanya gini. Jawabanku sih ya tetep aku memang ngga suka pakaian terbuka, jadi kalau aku bisa pakai

one piece ya one piece. Tapi juga jangan karena one piece aku pulang. Itu lebih malu lagi Indonesia. Dan karena mamiku juga ngikutin kontes one piece ya one piece. Tapi juga jangan karena one piece aku pulang. Itu lebih malu lagi Indonesia. Dan karena mamiku juga ngikutin kontes

Sementara itu, senada dengan informan 1, informan 5 menyatakan bahwa kontroversi yang terjadi karena nilai-nilai ketimuran yag masih sangat melekat dengan budaya Indonesia. Ditambah lagi, dengan label bahwa Indonesia adalah negara yang masyarakatnya mayoritas beragama Muslim, dan acapkali dicap sebagai negara Muslim:

“Mungkin pemikiran Indonesia tuh masih timur. Pemikiran orang timur kan, jadi beda. Padahal sebenernya ya ngga gitu-gitu amat. Tapi selama Indonesia masih segini kuatnya dengan yang katanya budaya timur itu, ya ngga bisa disangkal kalo kontroversi itu pasti akan tetep ada. Karena kontroversinya kita kan karena pakai swimsuit gitu ya. Beda mungkin sama kontroversinya di dunia barat yang katanya beauty pageants itu bikin cewek-cewek jadi obsesi kurus, jadi anoreksia gitu- gitu.”

Lebih lanjut, informan 5 menyatakan bahwa kontroversi tersebut malah menghambat kegiatan yang sebenarnya berdampak positif bagi kesadaran masyarakat dunia tentang hal-hal positif dari Indonesia:

“Cuma menurut aku masalah kontroversi-kontroversi gitu kalo pribadi itu menurut aku harusnya ngga masalah sih... Jadi, mereka menghambat kita buat menuju mengenalkan sesuatu yang membuat kita ke internasional tuh bagus. Kayak ajang kompetisi Miss World misalnya. Kalo mereka halangin kita, orang ngga akan tahu tentang Indonesia. Mereka ngga akan tahu kalo Indonesia punya alam yang keren banget, orang juga jadi tahu kalo Indonesia tuh bukan Bali doang. Terus Indonesia tuh punya anak-anak bangsa yang punya prestasi luar biasa, segala macem gitu lah. Orang tahunya cap Indonesia negatif, ini bom lah, itu segala macem. Demo lah, apa segala macem. Yang konser disini dilarang lah segala macem.Padahal, itu ngga kayak gitu, gitu loh. Jadi menurut aku malah justru menghambat perkembangan Indonesianya sendiri .”

Informan 5 kemudian mengatakan bahwa ajang Miss Indonesia sendiri tidak pernah terbentur dengan kontroversi semacam itu. Hal ini dirasa karena Informan 5 kemudian mengatakan bahwa ajang Miss Indonesia sendiri tidak pernah terbentur dengan kontroversi semacam itu. Hal ini dirasa karena

“Cuma orang lama-lama kayak mungkin ngerasa ngapain ngurusin itu lama- lama kayka ngga aware sendiri, ya kan. Jadi kayak ngilang sendiri. Karena mungkin ngga ditanggepin juga karena emang ngga penting kan nanggepin yang seperti itu. Jadi sampai sekarang juga dari jamannya Asyifa, Ellen, dari Disti dulu, terus Sandra, Nina, Asyifa, Ellen, sampai sekarang Inesh ngga ada yang masalah kontroversi segala macem itu udah ngga ada. Kayak mereka sendiri yang nurunin, ngga buat problem lagi dengan itu, gitu loh. ”