Analisis Konsep Diri peserta Miss Indonesia berdasarkan Elemen Konsep Diri

4.3 Analisis Konsep Diri peserta Miss Indonesia berdasarkan Elemen Konsep Diri

Konsep diri selain merupakan teori individu mengenai siapa dan apa diriya, juga merupakan gambaran mental yang individu miliki mengenai dirinya. Konsep diri terdiri dari dua elemen, yaitu gambaran diri (self image) dan penghargaan diri (self esteem). Pengetahuan serta pemahaman informan mengenai gambaran diri dan penghargaan diri informan sangat penting untuk diketahui sebelum mendalami pembahasan mengenai konsep diri informan sebagai peserta Miss Indonesia.

Berdasarkan elemennya, konsep diri dimulai dari gambaran diri individu. Keempat informan menyatakan bahwa diri mereka adalah pribadi yang terutup, tidak percaya diri, dan sulit bergaul. Informan 1 yang adalah Miss Indonesia 2011 mendeskripsikan gambaran dirinya sebagai pribadi yang pemalu, pendiam, susah bergaul, dan tertutup: “Jadi, aku ini orangnya pemalu, pendiam, susah bergaul sebenarnya. Aku sangat tertutup, ngga suka ngomong sama orang.”

Selain itu, informan 1 juga menyatakan bahwa dirinya adalah seseorang yang sangat kompetitif dan memandang segala sesuatunya sebagai kompetisi:

“Jadinya semuanya itu aku lihat sebagai kompetisi aja. Pokoknya aku ngga bisa kalau nomor 2. Selama ini, pokoknya kalau nomor 2 itu mending ngga usah ikut daripada kalah. Jadi harus menang dari dulu itu.”

Sementara itu, informan 2 yang merupakan finalis Miss Indonesia 2012 menyatakan bahwa dirinya tertutup dan tidak percaya diri: “Waktu kecil aku tertutup, bener-bener ngga mau cerita sama siapapun. Itu waktu aku SD. Itu karena aku ngerasa aku ngga punya teman lain. Aku ngga percaya sama orang lain kecuali diri aku sendiri dan kakakku.”

Informan 3 yang merupakan Runner Up 2 Miss Indonesia 2012 menyatakan bahwa dirinya analitis, sehingga ia menjadi pribadi yang tertutup dan tidak percaya diri:

“Sebenernya orangnya ngga terlalu terbuka sih.Agak tertutup orangnya. Masa kecil orangnya pendiam banget. Sosialnya juga kurang, maksudnya jarang temenan. Terus mungkin karena orangnya analitycal banget, jadi setiap kali mau ngomong apa, mau ngapain, kebanyakan mikir gitu kadang- kadang. Jadi kayaknya takut. Yang bikin ngga PD tuh itu, karena takut di- judge kalo berbuat something yang salah .”

Informan 4 merupakan finalis Top 15 Miss Indonesia 2012 menyatakan bahwa dirinya egois, tidak mau kalah, tidak mudah bergaul, dan tidak mudah terbuka dengan orang lain:

“Waktu kecil itu aku bener-bener ngerasa aku dari kecil adalah anak yang egois.Jadi karena mungkin sempet jadi anak pertama lama, tunggal gitu, jadi merasa apapun yang aku mau itu diturutin. Waktu TK pun aku ngerasa jadi anak yang superior gitu, ngga mau dianggap rendah sama orang lain, jadi maunya sendiri. Udah gitu, aku waktu SD kaya devian gitu, jadi kalo anak lain pada nge-gank, aku sendirian, dan aku lebih milih deket sama ketua gank nya gitu, tapi kita kaya punya hubungan yang lain gitu, kaya ngga ikutan gank itu.”

Selain itu informan 4 juga menyatakan dirinya adalah orang yang terkonsep dan memiliki target jangka pendek: “Dari kecil aku udah pengen kalau aku SMA udah bisa keluarin buku.Terus

aku keluarin buku.Terus begitu aku bisa nulis, aku pengen banget bikin script film. Terus akhirnya aku bikin film. Jadi apa yang aku cita-citakan itu selalu dalam jangka waktu yang singkat gitu loh kak. Jadi aku bisa konsen, ngga yang muluk-muluk, misalnya aduh aku pengen banget jadi presiden, gitu kan kayanya ngga mungkin step nya dimulai dari sekarang. Jadi aku harus yang jangka waktunya pendek terus aku realisasiin dalam waktu berapa tahun udah tercap ai gitu.”

Selain gambaran diri, konsep diri juga dibentuk dari elemen penghargaan diri. Informan 1 menyatakan bahwa informan merasa bangga dengan pencapaiannya dalam akademis, bahkan hal ini dapat membentuk kepercayaan diri informan:

“Karena akademis aku bagus jadi aku percaya diri.Ini modalku, ini yang bisa aku banggain.Terus dengan kuliah di UPH jurusan Hubungan Internasional, juga wawasannya lebih luas lah.Apalagi Miss Indonesia juga berhubungan dengan yang gitu- gitu, jadi ya lebih percaya diri aja.”

Namun, informan 1 juga menyatakan ketidakpuasannya dan penyesalannya terhadap dirinya. Hal ini dikarenakan pada masa kecil informan banyak menolak pendidikan informal yang diberikan oleh ibunya:

“Sebenarnya aku punya kesempatan banyak banget untuk diri aku. Aku bisa jadi Ellen yang jauh lebih baik, lebih bisa menguasai banyak bidang. Cuma karena aku dulu lebih suka main, dan kekanak-kanakan yadi yah sekarang

dengan apa adanya aku aja.” Sementara itu, informan 2 menyatakan bahwa informan bertumbuh dalam keluarga yang cukup memiliki banyak masalah sehingga ia menyatakan dirinya adalah orang yang kuat dan tegar dalam menghadapi masalah: “Sisi positifnya aku ngerasa sekarang aku jadi jauh lebih kuat.Selama ini aku udah berhasil ngelewatinnya dan aku merasa untuk anak seumuran aku belom bisa seperti aku.”

Informan 3 menyatakan bahwa dirinya merupakan pribadi yang cepat tangkap dan perfeksionis: “Mungkin, orangnya aku tuh cepet nangkep. Diajarin apa cepet nangkep,

cepet nangkep. Terus abis itu orangnya agak perfeksionis juga sih.Jadi kalau mau tampil benar-benar harus nyiapin banget, kalau ngga, mendingan ngga tampil.”

Di sisi lain, informan 3 juga menyatakan ketidakpuasan akan dirinya dalam hal kurang percaya diri dan kurang spontan: “Pengen lebih percaya diri gi tu. Pengen lebih… bisa spontan gitu.Jadi ngga terlalu menahan diri mau ngapain, mau ngapain. Pengen lebih bisa spontan, lebih PD.”

Informan 4 menyatakan dirinya labil, dikarenakan ia mudah bahagia dan bangga terhadap apa yang ia lakukan. Namun di sisi lain, ia sering kali merasa sangat tidak bahagia ketika dalam kondisi stagnan:

“Labil sih kak, kadang-kadang ngga stabil. Kalo misalnya kita udah terima achievement itu rasanya seneng, terus kaya bangga sama apa yang kita lakuin “Labil sih kak, kadang-kadang ngga stabil. Kalo misalnya kita udah terima achievement itu rasanya seneng, terus kaya bangga sama apa yang kita lakuin

Selain itu informan 4 juga menyatakan bahwa ia merasa beruntung dan lebih menghargai dirinya ketika membandingkan dirinya dengan orang lain yang kurang beruntung:

“Selama ini kan aku kaya melihat kegagalan-kegagalan yang dulu misalnya kaya mau prestasi ini tapi ternyata ngga kesampean, itu biasanya jadi emosional banget, aku nya jadi gampang sedih, terus ngerasa percuma dong apa yang aku lakuin ngga ada hasilnya. Disitu aku mulai mikir, oh ya mungkin ada cewek lain di tempat sana yang ingin posisi aku tapi dia ga seberuntung

aku.”